Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Merdeka Hakiki dengan Islam Tegak di Muka Bumi


TintaSiyasi.com -- Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, merdeka berarti bebas. Kemerdekaan artinya kebebasan. Secara terminologi, merdeka dapat diartikan dengan bebas dari segala sesuatu yang bebas dari penjajahan. Bagi seorang Mukmin, merdeka berarti bebas dari segala hal yang menjadi penghalang, bebas menghamba pada Allah, bebas berdakwah, dan bebas berekspresi dengan ketentuan syariat Allah. Jadi, sudahkah kita benar-benar merdeka?

Indonesia tengah merayakan kemerdekaannya. Dengan segala euforia, 17 Agustus diperingati dengan berbagai perlombaan oleh seluruh masyarakatnya, seolah menjadi tradisi di hari kemerdekaan. Bahkan acap kali berbagai perlombaan tersebut menyebabkan campur baur antara laki-laki dan perempuan, saling bersentuhan, dan menampakkan aurat. Sehingga mengikis marwah perempuan di hadapan umum.

Hari kemerdekaan yang semestinya menjadi bahan renungan, justru diisi dengan berbagai kesenangan yang melenakan. Padahal, negeri yang begitu indah ini faktanya belum baik-baik saja. Banyak orang yang belum sadar bahwa kata "merdeka" sejatinya hanya simbol tanpa makna hakiki. Ya, sesungguhnya negeri ini masih belum merdeka.

Memang benar, secara fisik negeri ini memang sudah merdeka. Buktinya, tidak ada lagi perlawanan terhadap penjajahan dengan mengangkat senjata. Namun, secara nonfisik negeri ini masih dicengkeram oleh penjajah gaya baru, yakni penjajahan melalui kontrol penjajah atas aspek ekonomi, politik, hukum, sosial, keamanan, pendidikan, hingga kesehatan. Kata "merdeka" nyata sukses mengalihkan rakyat dari penjajahan gaya baru ini yang hingga hari ini masih berjalan.

Menurut Syekh Taqiyuddin an-Nabhani dalam Kitab Mafahim Siyasiyah, penjajahan merupakan metode yang diemban kapitalisme untuk menyebarluaskan paham dan mempertahankan pengaruhnya ke seluruh penjuru dunia, tidak terkecuali penjajahan gaya baru atau neoimperalisme yang tengah di jalankan Barat atas negeri ini.

Kapitalis Barat melalui neoimperalismenya sukses menjajah negeri ini di seluruh aspek kehidupan. Di bidang ekonomi misalnya, jebakan utang ala kapitalis Barat, telah sukses mengantarkan negeri ini ke jurang derita. Imbasnya, ekonomi ribawi melahirkan berbagai masalah sosial dan tingginya angka kemiskinan. Pengangguran pun makin meningkat akibat negara gagal mengurus rakyatnya.

Di bidang budaya, orang-orang Barat tidak akan lelah untuk terus mendangkalkan akidah umat. Melalui fashion, food, film, and fun, tidak sedikit generasi remaja yang terjebak dalam gaya hidup bebas ala Barat. Remaja yang diharapkan menjadi agen perubahan, justru terseret arus pergaulan bebas, penyalahgunaan miras dan narkoba, tawuran, hingga pembunuhan.

Di bidang politik, tak terhitung hukum dan perundang-undangan bersumber dari Barat. Kita bangga terbebas penjajahan dari Belanda, tetapi anehnya kita masih menggunakan undang-undang buatan Belanda. Artinya, secara tidak langsung kita menyelesaikan berbagai masalah di negeri yang mayoritas berpenduduk Muslim ini dengan cara penjajah. Alhasil, sudah semestinya ada evaluasi untuk negeri ini, bagaimana kemerdekaan hakiki dapat terwujud.

Sejatinya, kemerdekaan hakiki dapat terwujud, andai para penguasa negeri ini mau menerapkan aturan-Nya secara menyeluruh dalam seluruh aspek kehidupan. Sebab, paradigma Islam memandang, kemerdekaan hakiki adalah saat kita bebas menghamba kepada Allah SWT dan bebas menjalankan aturan syariat Islam di seluruh aspek kehidupan.

Dengan tegaknya aturan Islam di muka bumi, termasuk di negeri ini, niscaya akan mewujudkan kemerdekaan hakiki. Sehingga terwujud pula kemakmuran, kerukunan, kedamaian, dan ketenteraman di tengah umat. Wallahu a'lam bishshawab. []


Oleh: Suanah, S.Ag.
Aktivis Muslimah
Baca Juga

Post a Comment

1 Comments

  1. Alhamdulillah syukron katsiron tintasiyasi di izinkan berkesempatan bljar nulis untuk syiarkan islam

    ReplyDelete