Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

CFW: Fenomena Generasi Muda Krisis Jati Diri


TintaSiyasi.com -- Seperti diketahui, bulan lalu kita sempat dihebohkan dengan aksi Citayam Fashion Week (CFW). Meskipun CFW resmi ditutup, fenomena budaya latah ini seolah menjadi magnet berbagai kalangan untuk datang, menjajal dan menonton. Di manapun, bukan hanya di Jakarta. Muda mudi pun unjuk kebolehan memadu gaya, tak mau kalah dari Citayam Fashion Week. Bahkan 'emak-emak'nya pun tak mau kalah dengan anak-anaknya menyemarakkan CFW. 

Berikut beberapa daerah yang ikut tertular fenomena Citayam Fashion Week dirangkum dari detik.com (26/7/2022), antara lain:

Madura Fashion Week. Akses jalan di sekitar kantor pemerintahan di Kabupaten Pamekasan, Jawa Timur disulap menjadi 'Madura Fashion Week'. Kegiatan ini diikuti sejumlah elemen pemuda dan pegiat Youtuber di Pulau Madura.

Makassar Fashion Week. Remaja Makassar bergabung dalam tren fashion week di Makassar, Sulawesi Selatan. Bahkan kegiatan ini didukung Wali Kota Makassar, Moh. Ramdhan Pomanto.ss

Tunjungan Fashion Week. Muda mudi Surabaya juga demam dengan Citayam Fashion Week. Mereka pun mengadakan kegiatan fashion show dan catwalk di salah satu zebra cross Jalan Tunjungan dan menimbulkan kerumunan orang. Akibatnya timbul kemacetan di sepanjang jalan tersebut. Kegiatan ini dibubarkan oleh Satpol PP.

Kayutangan Fashion Week di Malang. Gaung Citayam Fashion Week juga menjalar ke kawasan Kayutangan, Kota Malang. Sejumlah orang menggagas dan menyerukan Kayutangan Street Style.

Madiun Fashion Week. Anak-anak muda di Madiun menjalankan aksi "street fashion", fashion jalanan di zebra cross Jalan Pahlawan (depan Plaza Madiun). Aksi ini menarik minat masyarakat setempat. Para pengunjung Plaza Madiun bahkan tampak berhamburan keluar untuk menyaksikan aksi ini.

Fenomena budaya latah asing ini turut didukung penuh oleh media sekuler, influencer, hingga pejabat. Sekilas, kegiatan pemuda di Citayam terkesan positif. Dengan dalih: daripada energi pemuda dihabiskan untuk hal-hal negatif, seperti seks bebas, narkoba, mabuk-mabukan; lebih baik digunakan untuk mengembangkan kreativitas anak muda lewat CFW. Benarkah CFW murni kreativitas anak muda, atau malah menjadi wadah untuk ditunggangi kepentingan asing yang bertentangan dengan Islam?  


CFW: Bentuk Pembajakan Potensi Pemuda Muslim 

Di balik hingar bingar dan euforia CFW beserta kesan positifnya, ada hal memprihatinkan yang kita saksikan di sana dan bisa berdampak negatif. Dua di antaranya: 

Pertama. Syiar LGBT di Citayam Fashion Week. 
Dugaan LGBT yang menyusup, dan berseliweran di ajang CFW ini diungkapkan oleh Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bidang Seni Budaya dan Peradaban Islam, KH Jeje Zaenuddin, kepada Republika.co.id di Jakarta, Selasa (2/8/2022). "Memang di forum LSBPI itu menjadi pembicaraan yang hangat tentang adanya media-media kreasi seni atau tempat-tempat ekspresi seni itu yang disalahgunakan untuk kepentingan kampanye, promosi, dan publikasi perilaku yang tidak sejalan dengan nilai-nilai Islam, nilai budaya bangsa dan juga dengan konstitusi negara kita, salah satunya kan seperti perilaku menyimpang LGBT," ujar KH Jeje Zaenuddin. 

Kedua. Profil anak-anak muda yang sedang mengalami krisis jati diri bahkan terlibat dalam kampanye "pacaran", aktivitas yang mendekati zina. Di CFW, ditemukan banyak anak muda belia berpenampilan 'alay dan nyeleneh'. Mereka dengan bangganya memperkenalkan pacarnya. 

Bahkan ada yang rela datang jauh-jauh hingga tidur di jalanan, muda mudi perempuan dan laki-laki, hanya untuk menghadiri CFW. Entah bagaimana tanggapan orang tua mereka menyaksikan tingkah putra/inya yang serba bebas nilai agama ini. Apakah mereka sudah menasihati atau malah membiarkannya? 
Apakah hal ini pantas dilakukan dan ditiru oleh generasi muda Islam? 

Fenomena Citayam Fashion Week yang merambah ke daerah-daerah lain sejatinya bukan budaya yang ditolerir eksistensinya oleh budaya timur yang menjunjung norma kesusilaan, lebih-lebih agama Islam. Selain itu, keterlibatan anak-anak muda kaum Muslim di dalamnya menunjukkan potensi besar mereka telah "dibajak" untuk menyebarluaskan gaya hidup dan paham-paham sesat Barat. Seperti gaya hidup kapitalis liberal, sekuler, hedonis, dan individualis (cuek, tidak peduli). Mereka bangga berperilaku bebas. 

Sungguh amat disayangkan jika potensi luar biasa generasi Muslim ini dibajak oleh musuh-musuh Allah dan agama-Nya. Akibatnya, mereka menjadi generasi yang dibuat bingung dengan jati diri mereka sendiri, bahkan berubah menjadi profil berkepribadian sekuler yang tidak peduli bahkan memusuhi agamanya sendiri. 

Pembajakan potensi pemuda ini tak lepas dari abainya negara dari pemberdayaan pemuda sesuai amanat Allah dalam Syariat Islam. Apabila negara mengabaikan syariat Allah dan malah menerapkan aturan hidup sekuler, negara pun tinggal menunggu waktu menuju kehancurannya. 


Kembalikan Potensi Generasi Rabbani, Generasi Idaman Islam 

Pemuda sangat dimuliakan Allah. Allah memuji "Ashabul Kahfi" (pemuda gua) yang dikenal kokoh iman dan azzamnya dalam memegang teguh prinsip kebenaran (QS. Al-Kahfi: 13). Begitu pula masa remaja Nabi Ibrahim yang dihabiskan untuk agama Allah (QS. Al-Anbiyaa': 68). Rasulullah juga memberikan jaminan keselamatan di hari akhir kelak, di antaranya kepada pemuda yang menghabiskan masa mudanya untuk beribadah kepada Allah, mengabdikan hidupnya untuk Allah dan agama-Nya, dan sanggup menahan gejolak jiwanya ketika berhadapan dengan godaan syahwat. 

Tak cukup di sini. Begitu banyak kisah kepahlawanan Islam yang melibatkan pemuda di masa dahulu. Di antaranya: 

Pertama. Ali bin Abi Thalib yang sudah masuk Islam sejak usia 7 tahun dan berjuang bersama Rasulullah. 
Kedua. Mushab bin Umair yang masuk Islam di usia mudanya dan diutus Rasulullah sebagai duta Islam pertama. Misi tersebut mengantarkan kaum muslimin pada kemenangan Islam dengan tegaknya Daulah Islam pertama di Yatsrib. 
Ketiga. Muhammad Al Fatih, sang penakluk Konstantinopel di usia 21 tahun. 
Keempat. Shalahuddin Al Ayyubi yang menghabiskan masa mudanya untuk perjuangan Islam. Hal ini menjadikannya berhasil merebut Yerussalem setelah 88 tahun dikuasai tentara Salib. 
Kelima. Dan lain-lain. 

Ibnu Abbas ra berkata, "Tidaklah Allah mengutus seorang nabi melainkan pemuda. Dan seorang alim tidak diberi ilmu pengetahuan melainkan di masa mudanya." 

Semua ini adalah gambaran pemuda, generasi Rabbani, generasi dambaan Islam dan apresiasi Islam terhadap kontribusi besar peran pemuda. 
Wujud generasi ideal ini hanya lahir dari sistem (aturan hidup) ilahi yang diterapkan oleh negara. Mengapa? Karena peran negara sangat penting dalam melahirkan generasi muda yang kuat dan tangguh. Mereka mampu membangun peradaban Islam, sebuah peradaban yang mewujudkan konsep Islam sebagai Rahmat bagi seluruh alam semesta. Negara tersebut adalah institusi pemerintahan Islam. Dialah Khilafah Islam. 

Dengannya, akan lahir para pemuda yang paham jati dirinya, biasa berpikir peka dan kritis sejak usia dini, serta mengabdikan hidup matinya hanya untuk Allah dan agama-Nya, Islam. 

"Katakanlah (Muhammad), "Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan seluruh alam" (QS. al-An'am: 162).

Jika saat ini masih kita saksikan orang-orang kafir Barat kapitalis memberikan perhatian khusus kepada pemuda dan bersungguh-sungguh untuk merealisasikan makar jahat mereka terhadap agama-Nya, maka kita harus melipatgandakan perhatian kita pada mereka. Sebagaimana Allah memuliakan pemuda, dengan cara mengapresiasi dan mengoptimalkan peran mereka untuk menolong agama Allah. Saatnya kita kembalikan potensi pemuda sebagai generasi Rabbani, generasi idaman Islam. 

Wallahu a'lam bishshawab. []


Oleh: Dian Puspita Sari
Aktivis Muslimah
Baca Juga

Post a Comment

0 Comments