Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Kekerasan kepada Anak, dr. Estyningtias: Kapitalisme Meniscayakan Proyek Tambal Sulam untuk Menjaga Eksistensinya


TintaSiyasi.com -- Merespons semakin maraknya kekerasan kepada anak, Aktivis Dakwah dr. Estyningtias menyatakan bahwa kapitalisme meniscayakan proyek tambal sulam untuk menjaga eksistensinya

“Munculnya kekerasan kepada anak diakibatkan oleh sistem kapitalisme yang meniscayakan proyek tambal sulam untuk menjaga eksistensinya,” lugasnya pada Ahad (06/02/2022) dalam acara Diskusi Konstruktif Tokoh Muslimah: Indahnya Islam Menjaga dan Melindungi Generasi via daring Zoom Meeting.

Esty mencontohkan proyek dan solusi tambal sulam ala kapitalisme, “Contohnya pojok ASI (air susu ibu). Ibu tetap bekerja di luar rumah untuk menghasilkan uang, tetapi anak tetap mendapat ASI dengan diperah. Secara pemenuhan ASI ia mendapatkan, tetapi untuk perhatian dan pendidikan tidak mendapatkan,” ujarnya.

“Ada juga proyek pemerintah, yaitu kota layak anak (KLA). Pembangunan masif membuat hilangnya ruang terbuka hijau di perkotaan tempat bermain anak-anak, maka dibuatkan fasilitas-fasilitas agar anak-anak bisa bermain,” tambahnya.

Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa sistem kapitalis meniscayakan kebebasan berekspresi dan kebebasan berperilaku. “Ketika orang tidak mau menanggung konsekuensi pernikahan, maka mereka memilih free sex, L98T, sehingga kumpul kebo meningkat. Ketika mereka tidak sanggup melakukan dengan sesama orang dewasa, mereka beralih ke anak-anak, maka pedofilia merajalela,” ungkapnya.

“Kapitalisme juga memandang anak sebagai aset materi atau mesin penghasil materi, sehingga terjadi eksploitasi pada anak-anak. Mereka bangga menjadi artis cilik atau penyanyi jalanan dan YouTuber,” bebernya. 

Lanjutnya, mereka yang tidak ingin memiliki anak, maka mengampanyekan childfree. Kemudian, mereka melampiaskan naluri suka kepada anak-anak dengan memelihara boneka arwah atau spirit doll.

Islam Dituding

“Anehnya, banyaknya persoalan yang muncul itu dituding karena Islam. Padahal, solusi yang dimunculkan justru menghilangkan aturan Islam sedikit demi sedikit,” ujar Esti lagi.

Ia menjelaskan, penegakan hukum terhadap pelaku kekerasan kepada anak yang diusulkan memiliki standar ganda, sehingga tidak tegas. “Pendidikan pun dirancang dengan visi yang materialistis. Ditambah dengan pergaulan yang dibuat untuk menjamin kehidupan yang hedonistisk ala kapitalis,” urainya.

“Akibatnya, tidak ada persoalan yang terselesaikan. Ketika khilafah runtuh, perlindungan terhadap anak berangsur-angsur hilang. Mengapa? Karena, penerapan sistem kapitalis telah mengarahkan sudut pandang manusia hanya pada aspek materi dan kenikmatan duniawi. Contohnya program keluarga berencana (KB) yang menghilangkan mitos banyak anak banyak rezeki,” pungkasnya.[] Reni Tri Yuli Setiawati
Baca Juga

Post a Comment

0 Comments