TintaSiyasi.com -- Aktivis Dakwah dr. Estyningtias P. mengajak untuk bersama-sama membangun pemikiran umat menuju tegaknya Islam guna melindungi generasi dari kekerasan. “Mari bersama membangun pemikiran umat menuju tegaknya Islam,” tuturnya dalam Diskusi Konstruktif Tokoh Muslimah: Indahnya Islam Menjaga dan Melindungi Generasi via daring Zoom Meeting, Ahad (06/02/2022).
“Dalam sudut pandang Islam, perlindungan terhadap anak sangat maksimal saat negara menerapkan Islam secara kaffah, karena sistem Islam tegak atas dasar keimanan kepada Allah Subhabahu Wata’ala dan upaya menjalankan syariat Islam,” tegasnya.
Esty menyatakan, Islam mewajibkan khalifah untuk menjamin semua kebutuhan pokok warga negara. Di sisi lain, penegakan hukum menjadi bagian dari pelaksanaan syariat Islam. Para pelaku kekerasan akan mendapatkan hukuman berdasarkan syariat, sehingga akan menimbulkan efek jera.
“Pendidikan pun dirancang untuk menghasilkan generasi penerus peradaban dengan terus melakukan edukasi dan dakwah Islam dengan gencar. Sehingga, membuat setiap orang kian sadar akan idrak silah billah (kesadaran hubungan dengan Allah), sehingga takut untuk melakukan kemaksiatan,” paparnya.
Ia menambahkan, media sosial pun terkontrol dalam menyebarkan informasi ke tengah-tengah umat. “Apa yang harus dilakukan? Tidak ada cara lain kecuali dengan mengembalikan kehidupan ini sesuai dengan pengaturan Islam,” yakinnya.
“Bukan pekerjaan mudah, butuh dukungan seluruh elemen masyarakat. Bukan hanya tanggung jawab pihak tertentu, tapi ini adalah kewajiban tiap individu muslim,” ujarnya.
Esty menggambarkan bagaimana mengubah kondisi tersebut. “Di dalam Al-Qur’an surah Ar-Ra’d ayat 11 Allah Ta’ala berfirman,إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُوا۟ مَا بِأَنفُسِهِمْ ۗ وَإِذَآ أَرَادَ ٱللَّهُ بِقَوْمٍ سُوٓءًا فَلَا مَرَدَّ لَهُۥ ۚ وَمَا لَهُم مِّن دُونِهِۦ مِن وَالٍ
‘Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.’,” kutipnya.
“مَا pada kalimat tersebut merujuk pada sesuatu yang ada pada sebuah umat, yaitu sesuatu yang paling mendasar berupa sudut pandang terhadap kehidupan, yaitu Islam,” tandasnya.
Aset
Esty menyitat sebuah hadis yang berbunyi, “كُلُّ مَوْلُوْدٍ يُوْلَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ، فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ , ‘Setiap anak yang lahir dilahirkan di atas fitrah (suci). Kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Majusi, atau Nasrani.’ Anak adalah aset. Baik bagi orang tunya, maupun bagi umat,” sebutnya.
“Anak adalah aset bagi orang tuanya. Ia adalah anugrah sekaligus amanah yang wajib dijaga, sebagaimana disebutkan di dalam Al-Qur’an surat Al-Furqan ayat 74 dan Munafikun ayat 9,” bebernya.
Lanjutnya, anak adalah aset umat sebagai penerus peradaban. Seperti yang tersebut di dalam Al-Qur’an surah An-Nisaa ayat 9 yang artinya, “Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.”
“Mendidik anak merupakan tugas berat seorang ibu. Tanpa ibu yang hebat, takkan lahir para ulama hebat di zamannya, sehingga butuh ditunjang dengan sistem yang baik,” tandasnya.[] Reni Tri Yuli Setiawati
0 Comments