TintaSiyasi.com -- Tewasnya seorang remaja keturunan Aljazair-Maroko bernama M. Nahel (17) pada Selasa (27/6) karena ditembak oleh polisi Nanterre telah memicu kerusuhan besar di Perancis. Pihak berwenang menyatakan bahwa Nahel hendak kabur dari razia dan membahayakan sehingga aparat menembak remaja tersebut hingga tewas di tempat. (BBC, 30/6/2023)
Ibu Nahel menyebutkan bahwa penembakan tersebut dilatari rasialisme. Bukan hal baru lagi jika di Perancis dan dunia Barat lainnya bahwa Islam dipandang sebagai sesuatu yang buruk dan tidak layak. Status muslim menjadikannya sasaran empuk rasisme dan diskriminasi. Selama bertahun-tahun, warga Perancis keturunan Arab menderita karena mendapatkan citra buruk.
Meskipun mengaku sebagai penjunjung HAM, nyatanya Barat justru sering bertindak tidak adil. Bahkan, sampai mengakibatkan hilangnya nyawa. Barat dengan HAM-nya sama sekali tak berpihak pada umat Islam. Ketidakadilan sering kali menimpa umat Islam.
Lihatlah bagaimana Barat yang dikomandoi Amerika menyerang negeri-negeri Muslim menjadikan mereka sebagai rakyat yang terjajah di negerinya sendiri. Narasi jahat pun disematkan kepada umat Islam sehingga menjadikannya layak untuk diperangi. Namun, pada saat yang bersamaan, kekayaan alamnya dijarah habis-habisan.
Itulah hipokrisi Barat. Mereka berbicara begitu tingginya tentang hak asasi, kesetaraan, keadilan, dan toleransi ke seluruh dunia. Namun, faktanya mereka sendiri yang melanggar hak orang lain.
Keadilan dan toleransi yang digaungkan Barat tak lain memang demi kepentingan mereka sendiri. Dengan segala cara Barat memaksakan pemikiran dan kepentingan mereka ke dunia Islam. Siapa saja yang menolak akan dihabisi. Tak ada HAM untuk Islam. Keadilan tak berlaku bagi kaum Muslim.
Hal ini sesungguhnya karena Barat terancam dengan keberadaan Islam sebagai sebuah ideologi yang dianut pengikutnya. Hanya Islam yang berpotensi besar menjadi penghalang Barat dalam memuluskan jalannya. Barat tahu jika umat Islam memegang teguh ajarannya, akan membahayakan eksistensi Barat dengan kapitalisme sekularismenya. Mereka tidak akan bisa lagi menguasai dan mengeruk sumber daya alam negeri-negeri Muslim yang begitu besar. Mereka ketakutan jika seluruh umat Islam bersatu dalam naungan Daulah Khilafah Islamiyah, mereka akan tersingkir dari tampuk kekuasaan dunia.
Karena itu, senyampang masih berkuasa, mereka menjalankan berbagai siasat untuk menghalangi kebangkitan Islam. Maka, dimunculkanlah berbagai propaganda dan stigma buruk yang menyerang Islam. Islamofobia pun berkembang hingga membunuhi Muslim tanpa hak.
Padahal, dalam Islam, terbunuhnya nyawa seorang Muslim menjadi sebuah perkara yang amat besar. Kehormatan agama dan darah setiap Muslim sangat berharga sebagaimana sabda Rasulullah: “Hilangnya dunia lebih ringan bagi Allah dibandingkan dengan terbunuhnya seorang mukmin tanpa hak.” (HR. Nasai, Tirmidzi)
.
Haram menumpahkan darah seorang Muslim tanpa alasan yang hak. Ada balasan yang berat bagi siapa saja yang melanggarnya, sebagaimana yang dinyatakan dalam surat An-Nisa ayat 93, “Siapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja, maka balasannya ialah jahanam. Ia kekal di dalamnya dan Allah murka kepadanya, dan mengutukinya serta menyediakan azab yang besar baginya.”
Sungguh, nasib buruk yang menimpa umat Islam saat ini tak lain dikarenakan ketiadaan pelindung. Umat Islam hidup sendiri-sendiri dan tercerai-berai. Mereka hidup dalam sistem sekularisme kapitalisme yang tidak layak. Mereka dipaksa menjalani kehidupan yang tidak sesuai dengan fitrahnya. Umat Islam dijejali dengan berbagai pemikiran yang rusak dan merusak. Nasib umat Muhammad saat ini berada dalam titik nadir.
Sekularisme kapitalisme adalah sistem yang batil adanya. Sistem ini mengabaikan aturan Allah.
Maka, jelaslah bagi muslim bahwa sistem buatan manusia ini sungguh tidak layak diambil dan dipertahankan. Sudah saatnya kita meninggalkan sistem buruk yang sekian lama membelit. Tak ada kebaikan yang lahir darinya selain keburukan dan permasalahan yang membawa penderitaan tiada ujungnya.
We need shield! Kita butuh perisai! Umat butuh pelindung yang akan menjaga dari segala ancaman. Seorang pemimpin yang akan mencegah musuh dari perbuatan mencelakai kaum Muslim, mencegah terjadinya kezaliman, menjaga agama dan kehormatan, serta menjadi tempat berlindung orang-orang yang berada di bawah kekuasaannya. Kita butuh pemimpin yang berdiri tegak di atas syariat-Nya sebagai penjaga dan peindung, sebagaimana yang disabdakan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, “Sungguh Imam (pemimpin) itu laksana perisai. Orang-orang berperang di belakangnya dan kepada dirinya mereka berlindung.” (HR. Bukhari dan Muslim)
.
Agar umat Islam tak terus menjadi objek penderita oleh sekularisme Barat, maka bersatu dalam naungan Islam adalah satu-satunya jalan terbaik. Hanya Islamlah yang menjadi habitat bagi kaum Muslim. Syariat Islam yang diterapkan secara kaffah oleh seorang khalifah menjadi the one and only bagi umat Islam. Syariat Islam ini juga membawa kebaikan bagi seluruh umat manusia di dunia. Diterapkannya syariat Islam secara totalitas pasti akan mewujudkan kenteraman, kesejahteraan, dan keadilan yang hakiki bagi seluruh umat manusia.
Wallahu a’lam bishshawab. []
Oleh: Nurcahyani
Aktivis Muslimah
0 Comments