TintaSiyasi.com -- Beberapa waktu yang lalu, beredar kabar tentang kematian seorang remaja Perancis karena terjadi penembakan oleh aparat kepolisian. Ini merupakan kejadian yang mengguncang bagi masyarakat. Pasalnya, dalam kejadian ini status pelaku merupakan aparat yang memiliki wewenang dalam pemerintahan. Kejadian ini memicu demo yang kemudian berimbas dengan kerusuhan dan kericuhan yang menjatuhkan beberapa korban.
Dilansir dari Detik.com, kronologi kejadian penembakan tersebut. Awalnya, polisi menghentikan remaja laki-laki karena melanggar aturan lalu lintas. Sebuah video di media sosial, yang diautentikasi oleh AFP, menunjukkan dua petugas polisi mencoba menghentikan kendaraan.
Salah satu polisi tampak menodongkan senjatanya ke pengemudi melalui jendela dan menembak dari jarak dekat. Lalu, mobil korban terlihat bergerak beberapa puluh meter sebelum menabrak.
Petugas layanan darurat mencoba menyadarkan remaja berusia 17 tahun tersebut di tempat kejadian. Namun, remaja tersebut meninggal dunia tidak lama kemudian. Demo yang terjadi merupakan akibat dari isu rasisme yang masih menjalar di negara barat. Sebelumnya Barat menggaungkan untuk menghentikan sikap rasis ini. Joe biden sebagai presiden AS saat ini, pernah menyatakan dalam pidatonya bahwa rasisme ini harus dihentikan. Sehingga dia (biden) mengambil beberapa tindakan.
Biden mengambil tindakan eksekutif di empat bidang: Membatasi penggunaan penjara swasta oleh pemerintah AS, memperkuat penegakan anti-diskriminasi di sektor perumahan, menggarisbawahi komitmen terhadap kedaulatan suku asli Amerika dan mengutuk diskriminasi terhadap orang Amerika keturunan Asia dan Amerika keturunan Kepulauan Pasifik, yang menurutnya telah meningkat selama pandemi COVID-19.
Namun, kepastian dari pelaksanaan rencana tersebut masih terlihat semu. Justru kasus rasisme semakin terlihat dan terpampang dipermukaan. Berkaitan dengan demo yang ada di Perancis. Polisi Prancis menangkap 1.311 orang di seluruh negeri saat demonstrasi brutal atas kematian seorang remaja berlanjut hingga malam ke empat. Data itu dirilis Kementerian Dalam Negeri, Sabtu (1/7/2023).Sekitar 4.500 polisi yang didukung kendaraan lapis baja dikerahkan untuk meredakan serangkaian protes. Masyarakat membakar tempat sampah dan mobil serta merusak bangunan.
Dikutip dari REPUBLIKA .Co.Id. Peristiwa ini merupakan bukan yang pertama kali terjadi dalam lingkaran sistem kapitalisme. Seperti kasus Vinicius, Idris Alba dengan komentar rasisnya dan lain sebagainya. Ini merupakan masalah yang seharusnya tidak terjadi dan sepatutnya untuk ditindaklanjuti karena dapat menyebabkan perpecahan dalam suatu negeri. Hukum Hak Asasi Manusia (HAM) sebagai asosiasi yang menampung masalah sosial termasuk rasisme ini. Terlihat tidak dapat memberikan solusi nyata terhadap persoalan. Hukum ini hanya dapat memberikan solusi semu dan pencegahan yang tidak efektif. Hipokrit HAM yang semakin tampak dengan tidak ada kontribusi untuk kejelasan dari permasalahan ini. Menjadi bukti nyata bahwa bukanlah HAM sebagai solusi.
Prinsip dalam suatu negara berdasarkan dasarnya dapat menentukan apakah akan terperangkap dialaminya rasisme ini atau tidak. Sistem Kapitalisme memiliki standar yang salah dalam menentukan kesetaraan manusia. Jikalau, memang tidak ada patokan yang tentu. Namun, sistem ini membuat manusia memiliki persepsi salah dalam melihat orang. Mungkin dari harta, tahta atau bahkan dari bentuk fisik. Merupakan koreksi besar terhadap tatanan negara kapitalis ini.
Dibutuhkan solusi yang efektif untuk meredam bahkan menghilangkan isu rasisme ini. Pertama, tentu pemerataan pemikiran manusia tentang kesetaraan. Dimana hal itu, tidak ditentukan dengan perkara yang bersifat duniawi. Seperti tahta, harta atau lainnya. Kedua, penjagaan negara terhadap kesatuan umat dengan prinsip/ keyakinan yang sesuai dengan Islam. Karena Islam adalah mabda (ideologi) benar. Sehingga Islam dapat menuntaskan problem ini.
Islam mencapai pada penjagaan individu dan masyarakat dikarenakan dalam Islam terdapat prinsip yang jelas. Bahwasanya semua manusia adalah setara, mereka dibedakan hanya berdasarkan ketakwaan mereka. Sehingga, tidak ada rasisme yang terjadi seperti saat ini. Selain itu, Islam juga memiliki konsep toleransi yang tertata. Sehingga, tidak menimbulkan kontroversi seperti toleran yang diusung oleh para kapitalis.
Ini tidak dapat diwujudkan kecuali dalam negara yang bersistem Islam. Yaitu daulah slam ala minhaj nubuwwah.
Wallahu Alam bis Shawwab
Oleh: Hilwa Imadiar
Aktivis Muslimah
0 Comments