TintaSiyasi.com -- Ada ungkapan dalam bahasa Arab “syubhanu al-yaum rijalu al-ghaddi” yang artinya “pemuda hari ini adalah tokoh pada masa yang akan datang”. Ungkapan tersebut menunjukkan bahwa pemudalah yang menjadi tombak peradaban dunia.
Namun yang terjadi sekarang adalah degradasi moral dengan munculnya berbagai fenomena yang menunjukkan kerusakan moral yang dialami oleh para generasi muda. Padahal, generasi muda menjadi tombak sebuah peradaban. Tapi yang terjadi justru membuat kita makin geleng-geleng kepala dengan fenomena yang terjadi yang menimpa generasi muda sekarang.
Baru-baru ini beredar video viral di sosial media yang menunjukkan sekumpulan remaja asal Tapanuli Selatan yang melakukan tindakan tak beradab terhadap salah seorang nenek yang diduga ODGJ (orang dengan gangguan jiwa). Dalam video tersebut tampak salah seorang dari sekumpulan remaja tersebut menendang nenek tersebut dengan kakinya dengan begitu keras hingga terjatuh. Sungguh ini adalah potret remaja yang begitu miris untuk dilihat.
Sebagaimana yang dikutip dari news.detik.com (21/11/2022), Komisioner KPAI Retno Listyarti berkomentar soal remaja di Tapanuli Selatan yang menendang nenek-nenek. Retno menyoroti soal pembentukan karakter anak yang gagal. Ia juga mengatakan, pendidikan yang diterima anak-anak tersebut gagal membentuk karakter Pancasila yang mengajarkan nilai welas asih kepada sesama dan peduli kepada orang-orang yang menderita atau yang diperlakukan tidak adil.
Dalam dunia kapitalisme, fenomena ini menjadi hal yang akan terus berulang terjadi setiap kalinya. Kapitalisme tegak atas dasar pemisahan agama dengan kehidupan (sekularisme). Kapitalisme menganggap bahwa manusia berhak membuat peraturan hidupnya dan mempertahankan kebebasan manusia yang terdiri dari kebebasan berakidah, berpendapat, hak milik dan kebebasan pribadi. Atas dasar sekulerisme inilah setiap arah pemikiran manusia dan arah pandangan6 hidupnya ditentukan.
Anggapan kapitalisme yang memperrtahankan kebebasan manusia ini akhirnya banyak melahirkan generasi liberal dan sekuler yang makin jauh dari agamanya sendiri. Tayangan dan berbagai informasi yang nirfaedah pun semakin marak diproduksi dan sangat mudah serta bebas untuk diakses kapan saja yang sebenarnya dapat ditiru oleh generasi muda sekarang dan menjadi viral di berbagai sosial media.
Alih-alih menjadi sebuah perhatian penting bagi penguasa, tapi justru yang terjadi sebaliknya. Penguasa malah sibuk mengkampanyekan arus moderasi beragama yang justru menjadikan generasi muda sekarang makin sekuler. Kapitalisme dan sekularisme telah menjadikan kehidupan generasi muda sekarang rusak dan berantakan karena moral generasi muda sekarang menjadi hancur sehancur-hancurnya.
Pendidikan dalam dunia kapitalisme juga tidak jauh-jauh dari pendidikan yang sekuler, di mana yang terjadi sekarang adalah bahwa dalam pendidikan hanya terjadi transfer of knowledge bukan transfer of character yang sebenarnya menjadi poin penting dalam dunia pendidikan. Apalagi, arus moderasi beragama semakin gencar disosialisasikan dalam dunia pendidikan. Moderasi beragama juga menjadi bagian dari kurikulum pembelajaran di dunia pendidikan.
Berbeda dengan Islam, Islam tegak atas dasar akidah yang benar yakni akidah Islam. Dalam Islam segala sesuatu yang ada dalam kehidupan selalu terikat dengan Islam dan tidak bebas sehingga tidak memiliki kebebasan yang mutlak. Dari segi tingkah laku, Islam juga ikut mengaturnya sehingga juga terikat dengan aturan Islam.
Dalam Islam, orang tua terutama ibu yakni sebagai ummu warabbatul bait berkewajiban mendidik anak sesuai dengan aturan syariat Islam. Ibu menjadi sekolah pertama untuk anak-anaknya dalam urusan mendidik sehingga mampu membentuk anak dengan pemikiran dan nafsiyah Islam.
Dari Amr bin Syu'aib dari bapaknya dari kakeknya, bahwa Rasulullah SAW bersabda yang artinya “Ajarkanlah kepada anak-anakmu shalat, ketika mereka berusia tujuh tahun, dan pukullah mereka manakala mengabaikannya ketika mereka berumur sepuluh tahun. Serta pisahkan mereka di dalam tempat tidur mereka (sejak itu).”
Dalam hadis tersebut Rasulullah tidak hanya memerintahkan shalat namun sebenarnya juga memerintahkan syariat Islam yang lainnya, namun karena shalat adalah hukum yang paling menonjol maka hukum inilah yang disebutkan. Sejarah menunjukkan bahwa pada masa Daulah Khilafah, keluarga menjadi madrasah pertama bagi putra-putrinya dengan membiasakan untuk menghafal Al-Qur’an dengan memperdengarkan setiap bacaannya. Sehingga rutinitas ini membuat generasi muda saat itu bisa hafal Al-Qur’an sebelum usia enam atau tujuh tahun dan di usia emas tersebut anak dapat dibentuk seperti apapun tergantung orang tuanya.
Dengan bekal ilmu dan pembentukan mental yang sehat dan kuat serta ditopang dengan dengan pembentukan nafsiyah yang mantap, pemuda pada masa Daulah Islam yakni khilafah jauh dari huru hara dan kriminalitas. Dalam Islam sanksi dan hukum pun tegas diterapkan tanpa belas kasihan, sehingga bagi siapapun yang bertindak semacam itu akan berpikir dua kali sebelum melakukannya. Maka tidak akan ditemukan dalam Daulah Khilafah para pemuda seperti yang terlihat pada video viral tersebut.
Oleh sebab itu, saatnya kita kembali kepada Islam. Hanya dalam Daulah Khilafahlah Islam bisa diterapkan secara kaffah. Maka marilah sama-sama memperjuangkannya agar kembali tegak di muka bumi ini. Wallahu a'lam. []
Oleh: Nur Amalya
Aktivis Muslimah
0 Comments