Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Wisata Halal Jadi Sasaran, Sumber Daya Alam Diabaikan?

TintaSiyasi.com -- Wisata halal merupakan adopsi dari negara-negara non-Organisasi Konferensi Islam (OKI) yang melihat potensi besar dari pertumbuhan Muslim di seluruh dunia. Wisata halal diciptakan untuk mewadahi kebutuhan beribadah bagi para muslim di negara- negara non-OKI, seperti penyediaan tempat ibadah (mushola) dan restoran halal.

Negara-negara yang cepat menangkap peluang pelayanan wisata ramah Muslim ini adalah Indonesia, Thailand, Malaysia, Singapura, Jepang, Korea, Australia, Selandia Baru, Inggris, Prancis, dan masih banyak negara lainnya.

Indonesia sebagai salah satu negara muslim terbesar di dunia tampaknya tidak mau menyia-nyiakan 'julukan' tersebut. Buktinya pada tahun ini, Indonesia berhasil menyabet rangking satu destinasi wisata halal dunia dalam laporan The Global Muslim Travel Index yang dikeluarkan oleh CrescentRating.com. Indonesia menempati posisi teratas dalam kategori 20 Destinasi Favorit, Komunikasi, dan Pelayanan.

Menanggapi pencapaian besar sektor pariwisata ini, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menkparekraf) mengakui berhasilnya Indonesia menjadi Top Muslim Friendly Destination of The Year 2023 ini luar biasa. Pasalnya, Ia menargetkan Indonesia bisa mendapuk peringkat satu ini pada tahun 2025. Namun, ternyata 2023 ini Indonesia berhasil mendapuk. Hal ini tentunya tak lepas dari kerjasama berbagai pihak (Katadata.com 3/6/2023).

Diharapkan dengan pencapaian ini mampu mendorong pencapaian target penciptaan 4,4 juta lapangan pekerjaan di 2024. Dan mampu mencapai target 8,5 juta wisatawan tahun ini untuk mendorong pendapatan negara (Katadata.com 3/6/2023).

Pengangguran dan tambahan devisa
meningkatnya angka pengangguran dan menyempitnya lapangan pekerjaan tahun ini tampaknya mendorong pemerintah menargetkan sektor pariwisata sebagai lahan pekerjaan baru. Untuk itu, pemerintah mengejar pengembangan pariwisata. Memperindah objek wisata lokal, menyetujui pembangunan hotel-hotel dan fasilitas pendukung wisata, serta mengeksplor potensi-potensi alam maupun budaya yang mampu dipromosikan mengundang wisatawan.

Sebagai negara mayoritas muslim sektor wisata halal memang menjanjikan sebagai salah satu sumber pemasukan negara. Pemerintah memperkirakan potensi penerimaan devisa dari sektor pariwisata halal tahun ini mencapai sekitar US$5,5 miliar -US$10 miliar atau setara Rp77 triliun - Rp140 triliun (kurs 14 ribu per dolar Amerika Serikat)
(CNNIndonesia.com, 9/4/2019).

Sekilas jumlah ini begitu besar, namun sejatinya ada sumber yang jauh lebih besar hasilnya jika di kelola dengan benar, yaitu sumber daya alam. Selain negara mayoritas muslim Indonesia juga di berkati dengan kekayaan alam yang melimpah. Potensi kekayaan baik tambang, laut, hutan, dan hasil bumi lainnya sebenarnya lebih dari cukup untuk membiayai kebutuhan negara. Sebagai contoh Sebagai contoh, perusahaan tambang emas-tembaga raksasa Amerika Serikat (AS) yang  beroperasi di Indonesia, PT Freeport-McMoran Inc., mencatatkan pendapatan sebesar  US$ 22,78 miliar atau setara Rp 341,70 triliun (asumsi kurs Rp 15.000/US$) sepanjang tahun 2022(CNBC  Indonesia, 7/2/2023).

Angka tersebut hanya dalan kurun waktu tahun 2022, padahal PT Freeport sudah beroperasi sejak April 1967. Sudah berapa trilyun kekayaan negara kita yang masuk ke negara  Paman Sam tersebut. Belum berhitung potensi dan hasil sumber daya alam yang lain.

Negara kita terjebak dalam  tata kelola sistem ekonomi kapitalisme. Sumber daya alam yang melimpah seharusnya menjadi sumber pemasukan negara yang strategis. Hasilnya dipergunakan untuk kesejahteraan rakyat. Namun sayang, paradigma kapitalisme memaksa sumber daya alam yang melimpah justru diserahkan kepada swasta, asing maupun aseng. Rakyat akhirnya terjerat dalam kemiskinan secara struktural dan sistematis. Alhasil, negara mengais-ngais rupiah dari sektor non strategis, seperti wisata.

Wisata Halal, Mensejahterakan?

Fakta yang berlaku saat ini, sebagian besar kekayaan alam dan potensi pariwisata Indonesia dijual pada pihak swasta dan asing. Sekalipun Indonesia dinobatkan sebagai destinasi wisata halal favorit dunia, apakah berimbas pada kenaikan devisa negara secara signifikan juga? Nyatanya tidak. Karena sebagian besar objek wisata, perhotelan, dan sebagainya dikelola oleh pihak asing dan swasta.

Kita bisa melihat di kota-kota pariwisata, yang lebih berkembang adalah para kontraktor dan para pemilik tender bangunan dibandingkan UMKM lokal. Keuntungan lebih banyak mengalir pada para pemilik modal ketimbang masuk ke dalam kas negara.

Ironis sekali bahwa Indonesia yang kaya akan SDA dan menjadi Top Muslim Friendly Destination of The Year 2023 namun pemasukan kas terbesar masih bertumpu pada pajak. Indonesia yang kaya akan SDM namun angka pengangguran tinggi. Sibuk impor berbagai macam kebutuhan dan menjual kekayaan alam ke luar, alih-alih memanfaatkan untuk kesejahteraan bangsanya sendiri.

Islam Memberdayakan

Islam yang memiliki peraturan paripurna mampu mengatur segala lini kehidupan dan menjaga keseimbangan tatanan kehidupan. Islam memiliki konsep kepemilikan yang adil dan sempurna. Adapun sumber daya alam dan objek wisata besar yang ada dalam negara islam tidak bisa dikelola ataupun diberikan pada individu atau kelompok tertentu.

Melainkan dikelola oleh negara dan manfaatnya dikembalikan pada masyarakat. Karena semua kekayaan tersebut milik umat, bukan milik negara maupun individu. Selanjutnya, segala potensi pariwisata dan sumber daya alam akan dikelola sebaik mungkin oleh negara. Negara melibatkan rakyat untuk mengembangkan dan membayarkan segala kekayaan tersebut.

Dalam sektor pariwisata, negara akan mengelola objek wisata sebaik mungkin. Kemudian memberikan peluang bagi rakyat untuk mengembangkan usaha dan memberikan jasa yang berkaitan dengan wisata. Selain penduduk setempat diberdayakan dan meraup banyak keuntungan, Negara Islam juga bisa menjadi gambaran ideal dan menunjukkan keindahan Islam. Secara tidak langsung, mempresentasikan wajah Islam pada dunia.

Dengan potensi pariwisata yang besar, tidak hanya dimanfaatkan untuk mendulang cuan-cuan penambah devisa. Tapi bisa memberdayakan masyarakat dan menjadi lahan dakwah. Karena visi politik Negara Islam adalah mengurusi urusan masyarakat dan mengemban dakwah Islam menuju kancah internasional. Dengan penerapan sistem Islam yang paripurna secara kaffah, Islam sebagai rahmat bagi seluruh alam dapat terwujud. Wallahu'alam bishshawwab.[]

Oleh: Rines Reso
(Pemerhati Masalah Sosial)
Baca Juga

Post a Comment

0 Comments