Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Target Penghapusan Kemiskinan Ekstrem Nol Persen di 2024, Harapan atau Sekadar Angan-Angan?


TintaSiyasi.com -- Kemiskinan selalu menjadi program pengentasan setiap tahunnya oleh pemimpin negeri. Bahkan masalah ini seperti tiada ujungnya karena transparasi jumlah kemiskinan makin tahun makin meningkat.

Hal ini tampak pada presentase kemiskinan yang dipaparkan Badan Pusat Statististik di laman www.bps.go.id yang menyatakan bahwa presentase penduduk miskin pada September 2022 sebesar 9,57 persen, meningkat 0,03 persen poin terhadap Maret 2022 dan menurun 0,014 persen poin terhadap September 2021. Hal ini juga berarti menyatakan jumlah penduduk miskin pada September 2022 sebesar 26,36 juta orang, meningkat menjadi 0,20 juta orang. Presentase angka ini benar-benar tampak jika kita meihat bagaimana kondisi kemiskinan di negeri ini sudah tidak dapat dielakkan lagi. Itu semua tampak pada kehidupan yang menyulitkan hari ini. 

Memang benar, banyak faktor penyebab kemiskinan yang tengah dirasakan oleh masyarakat hari ini seperti masalah angka pengangguran yang semakin meningkat yang dipicu oleh sempitnya lapangan pekerjaan, atau penghasilan yang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar.

Melihat kondisi seperti ini, makan tidak heran jika masalah kemiskinan susah terentaskan dari tahun ke tahun. Apalagi jika pemimpin negeri hanya mengandalkan stategi pengentasan kemiskinan tahunan yang ternyata belum tampak hasilnya, sehingga negeri ini belum bebas dari masalah kemiskinan yang menyengsarakan kehidupan masyarakat hingga hari ini.

Termasuk target pengentasan kemiskinan ekstrem di tahun 2024 menjadi 0 persen. Angka penurunan yang sangat fantastis dan mungkin menjadi harapan bagi semua lapisan masyarakat untuk bisa benar-benar terealisasi. Bukan sekedar tercapai dari segi angka tapi realisasi lapangan kecukupan ekonomi dan terjaminnya kesejahteraan dalam kehidupan masyarakat nantinya. 

Dilansir dari detik.news, menyatakan bahwa Muhadjir menerangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RP JMN) periode 2020 – 2024, pemerintah telah menetapkan penghapusan kemiskinan sebagai salah satu prioritas utama, khususnya pengapusan kemiskinan ekstrem. Dia menjelaskan dalam rangka mencapai target penurunan kemiskinan ekstrim menjadi nol persen pada tahun 2024, telah dikeluarkan instruksi Presiden Nomor 2022 tentang Percepatan Penghapusan Kemiskinan Ekstrem.

Target pengentasan kemiskinan ini tentu menjadi angin segar bagi masyarakat, jika benar terealisasi. Karena sampai hari ini, walau dilihat dari penurunan angka mungkin akan ada, tapi benarkah masyarakat benar-benar bebas dari timpaan kemiskinan ketika justru gaya hidup saat ini semakin mahal. Adanya target 0 persen ini menjadikan para pakar ikut berkomentar, akankah target pengentasan kemiskinan tahunan ini akan tercapai. 

Sebagaimana dilansir dalam berita voaindonesia.com, yang menyatakan bahwa Presiden Joko Widodo ingin mengentaskan kemiskinan ekstrem ketika mengakhiri masa jabatannya pada tahun dean. Namun, pakar berpendapat target itu terlampau ambisius sehingga hampir tidak mungkin tercapai. Optimisme Presiden Jokowi terkait penghapusan kemiskinan ekstrem bertabrakan dengan realitas, karena angka kemelaratan di tanah air masih cukup tinggi pada tahun ini. Pendapat itu disampaikan peneliti dari SDGs Center, Universitas Padjadjaran, Bandung.

Dari fakta-fakta tersebut maka bisa dikatakan bahwa program atau target pemerintah dalam upaya mengentaskan kemiskinan sebenarnya adalah hal yang benar-benar diidam-idamkan oleh masyarakat. Sebab secara alamiahnya, manusia itu akan risau jika kekurangan atau tidak bisa memenuhi kebutuhan hidupnya. Jika kita melihat faktor penyebab kemiskinan ini adalah faktor yang struktural, artinya secara struktur kemiskinan ini alami terbentuk di kondisi hari ini. 

Beberapa faktor penyebab kemiskinan di antaranya meliputi upah minimum rakyat atau upah minimum provinsi yang belum merata bahkan banyak ketidakseimbangan. Lalu jika dilihat dari jumlah dan kondisi lapangan kerja, tidak semua menjamin kesejahteraan pekerjanya. Pun ketika semakin sedikit lapangan pekerjaan yang layak maka semakin banyak juga jumlah pengangguran di negeri ini. Hal ini tampak jelas yang terjadi di kehidupan masyarakat. Semakin tinggi jumlah pengangguran di suatu daerah maka semakin tinggi pula tingkat kemiskinan. 
Selain itu, jika dilihat dari pertumbuhan ekonomi juga tidak membawa dampak langsung untuk bisa mengurangi angka kemiskinan. Ketidakkonsistenan pertumbuhan ekonomi pun tidak menjadi penentu tidak adanya kemiskinan di negeri ini.  

Bagaimana bisa mentas dari persoalan kemiskinan, jika target yang ditetapkan dicapai dalam waktu satu tahun. Secara logika mungkin bisa, jika pengentasan ini dilakukan dengan serius bukan sekedar ambisi akhir tahun penyelesaian masa jabatan yang ujungnya belum bisa tercentang. Sungguh ambisi seperti ini akan terus terulang dari tahun ke tahun. 

Berbeda ketika melihat permasalahan tersebut dengan menelaah faktor penyebab dan bagaimana penyelesaiannya satu-satu. Di mana kondisi lapangan pekerjaan, upah minimum rakyat, jumlah pengangguran diperhatikan dengan sungguh-sungguh dan disolusikan dengan menyediakannya serta menjaminnya sesuai kebutuhan masyarakat. Bukan menanggapi masalah dengan program-program belaka yang tidak mensolusikan. Roda sistem ekonomi hari ini pun menghendaki ekonomi tidak karuan dimana barang semakin mah al tapi upah pekerjaan juga habis digunakan untuk memenuhi kebutuhan dasar yang kian hari semakin sulit, belum lagi gaya hidup hedon di kalangan elit yang semakin mendorong kesesnjangan. Sungguh ini adalah buah penerapan sistem hari ini, sistem ekonomi kapitalis yang menciptakan banyak permasalahan negeri.

Lalu bagaimana masyarakat bisa tuntas dari kejenuhan kemiskinan hari ini? Bisa terjamin hidupnya secara utuh sandang, pangan dan papannya. Ketika kita melihat penerapan sistem ekonomi hari ini, sistem ekonomi yang bersumber dari kehendak manusia itu sendiri maka sangat tidak diherankan jika kemiskinan adalah masalah yang tidak bisa dielakkan. Dalam mengatasi masalah yang serius seperti ini, masalah yang dirasakan oleh hampir seluruh masyarakat yang belum penuh terjamin kesejahteraannya maka perlu melihat aturan yang sempurna. Sistem ekonomi islam yang akan bisa menuntaskan. Mustahil jika menerapkan sistem ekonomi hari ini, jika tidak didukung oleh lingkungan. Hanya dengan penerapan aturan islam, yang mampu mengentaskan permasalahan kemikinan ekstrem ini, tidak hanya di Indonesia bahkan hingga dunia pun terselesaikan. []


Oleh: Elvira Masitho
Aktivis Muslimah
Baca Juga

Post a Comment

0 Comments