Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Menyoal Fenomena Fatherless, Bagaimana Islam Menyolusi?


Tintasiyasi.com -- Indonesia disebut menjadi negara fatherless atau tanpa peran ayah tertinggi ketiga di dunia (Narasi.tv, 4 Mei 2023). Topik terkait ayah menjadi perbincangan di kalangan netizen di jejaring sosial media. Mereka menekankan peran ayah dalam keluarga, terutama dalam perkembangan anak.

Istilah fatherless mengacu pada tekanan emosional yang disebabkan oleh hilangnya sosok ayah, baik fisik maupun emosional. Istilah ini juga identik dengan ketidakhadiran sosok ayah.
 
Meskipun tidak dijelaskan dari penelitian apa klaim tersebut didapat, namun isu fatherless ini mengajak masyarakat untuk mempertanyakan ulang peran ayah dalam keluarga, khususnya tumbuh kembang anak. Disebutkan bahwa penyebab fatherless adalah karena masalah ekonomi, sosial dan budaya.

Ketika laki-laki yang menjadi ayah harus mencari nafkah, seperti tidak punya waktu untuk mengurus anaknya di rumah. Padahal, peran seorang ayah dalam pengasuhan anak sangatlah dibutuhkan. 
Maka tak heran fenomena fatherless disebut-sebut karena budaya patriarki masih melekat di budaya Indonesia.

Seperti yang diketahui bahwa budaya patriarki meyakini bahwa laki-laki bertanggungjawab pada urusan nafkah. Sedangkan urusan domestik dan mengurus anak adalah tanggungjawab perempuan atau istri. Disisi lain angka perceraian yang kian tinggi dari tahun sebelumnya yang mencapai lebih dari 500.000 kasus (Narasi.tv, 4 Mei 2023).

Dari perceraian ini berdampak pada anak yang kehilangan sosok ayah. Padahal jelas dalam Islam kewajiban mencari nafkah adalah suami atau ayah, namun juga berkewajiban mendidik anak-anaknya.

Pun saat ini kita tidak memungkiri bahwa kedudukan ayah dalam hubungannya dengan anak lebih sebagai pendukung dan lebih jarang sebagai pendidik atau orang yang mengasuh anaknya, karena tugas mengasuh anak seringkali diserahkan kepada sang ibu saja. Sehingga tidak sedikit anak yang tidak dekat dengan ayahnya, terutama anak perempuan.

Padahal, ayah juga berperan penting dalam kehidupan anak-anaknya. 
Kepemimpinan ayah dalam keluarga dijelaskan dengan sangat jelas dalam Al-Qur'an dan As-Sunnah. Suami atau ayah adalah kepala keluarga, dialah yang paling bertanggung jawab terhadap keluarga, karena keluarga adalah amanah yang harus dijaga dan dihormati oleh laki-laki dalam hal ini suami atau ayah. Tanggung jawab terpenting dalam memimpin sebuah keluarga adalah memberikan pendidikan, penghidupan, keselamatan dan keamanan keluarga yang mengarah ke surga.

Seorang ayah memiliki kewajiban untuk mengajarkan kepada anaknya tentang keesaan Allah SWT. Ayah adalah penjaga awal tauhid anak agar tidak menyekutukan Allah SWT. Sebagaimana firman Allah SWT yang menjelaskan sosok teladan Luqman saat menasehati anaknya sebagai berikut:

وَإِذْ قَالَ لُقْمَٰنُ لِٱبْنِهِۦ وَهُوَ يَعِظُهُۥ يَٰبُنَىَّ لَا تُشْرِكْ بِٱللَّهِ ۖ إِنَّ 
ٱلشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ

Artinya: “Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar." (QS Luqman ayat 13).

Selain itu seorang ayah juga wajib membimbing anak untuk menjalankan agamanya. Menjaga anak dan istrinya terhindar dari neraka di hari akhir adalah kewajiban seorang ayah. Allah SWT berfirman:

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ قُوٓا۟ أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا ٱلنَّاسُ وَٱلْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَٰٓئِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَّا يَعْصُونَ ٱللَّهَ مَآ أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ

Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan." (QS At Tahrim ayat 6).

Tanggung jawab seorang ayah juga adalah menjadi teladan akhlak baik untuk anaknya. Nabi Muhammad SAW bahkan menyebut pemberian terbaik seorang ayah adalah akhlak yang baik.

مَا نَحَلَ وَالِدٌ وَلَدَهُ أَفْضَلَ مِنْ أَدَبٍ حَسَنٍ

Artinya : “Tidak ada suatu pemberian yang diberikan oleh seorang ayah kepada anaknya yang lebih utama dari pada pemberian budi pekerti yang baik.” (HR Tirmidzi).

Sehingga dari penjelasan ini menjadi tergambar bahwa seorang ayah memiliki peran besar yaitu tidak hanya mencari nafkah tapi juga membersamai ibu untuk mendidik anak-anaknya sehingga menjadi anak yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Wallahu'alam bishshawab.[]

Oleh: Ummu Syifa
(Pegiat Literasi)


Baca Juga

Post a Comment

0 Comments