Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Tambal Sulam Kapitalisme Atasi Narkoba


TintaSiyasi.com -- Kasus narkoba seolah tak ada habisnya. Baru-baru ini, narkoba jenis baru telah ditemukan. Beruntungnya, narkoba jenis liquid sebanyak 1,3 liter tersebut berhasil diamankan aparat. Menurut informasi, akan diedarkan di malam tahun baru 2023 kemarin. Dikatakan baru karena, zat berbahaya tersebut berupa zat cair atau liquid. Pemakaiannya dilarutkan di secangkir kopi atau Vape (rokok elektronik). Narkoba yang dicurigai berasal dari Iran itu diselundupkan ke Indonesia melalui Eropa (Suara.com, 17 Desember 2022).

Benar saja, per tanggal 15 januari 2023, Direktorat Narkoba Polda Metro Jaya akhirnya menemukan sindikat industri pembuatan cairan Vape di Jakarta. Miris, cairan Vape tersebut ternyata sudah mengandung sabu cair alias narkoba jenis liquid (News.detik.com, 15 Januari 2023).

Susah bahkan nihil berharap pada demokrasi kapitalisme. Jika iya, mengapa dari dulu tak usai-usai? UU nomor 35 tahun 2009 mengatur tentang penyalahgunaan narkotika dan prekursor narkotika. Meski sudah direvisi, undang-undang tersebut tetap saja tidak menyentuh akar persoalan. Seperti menambal sulam. Satu masalah selesai, muncul lagi masalah baru. Tak ubahnya menyapu halaman. Meski sudah sering dibersihkan, tetap saja kotor jika pohon yang menggugurkan dedaunan tidak dipangkas.

Maraknya penyelundupan narkoba di Indonesia menjadi bukti bisnis ini menggiurkan. Kita sebut saja para pengedar di atas. Penyelundupan narkoba sebanyak 1,3 liter bukanlah sedikit. Tentu harga jualnya juga tinggi. Jika diedarkan, keuntungannya sangat fantastis. Bagi pengedar "ulung" kaya bukan lagi sebuah mimpi. Lembar demi lembar hasil penjualan sekejap mata bisa diperoleh. Termasuk bagi mereka yang candu, menjadi pelanggan setia bagi para pengedar.

Inilah kapitalisme, sistem berbaur materi. Memperoleh materi dan keuntungan adalah ujung tombak dari penerapan kapitalisme. Kebahagiaan bagi kapitalisme adalah meraup materi sebanyak mungkin. Tidak peduli merusak akal, jiwa, raga dan nyawa generasi. Cuan tetaplah nomor satu.

Kapitalisme menyulap generasi menjadi serakah. Halal-haram bukan lagi tolak ukur. Tidak takut dosa dan azab Allah kelak. Hati kian tebal maksiat. Nasihat pun tidak akan berguna. Karena bagi mereka, uang adalah tuhan. Naudzubillah.

Sangat bertolak belakang dengan ideologi Islam. Jika kapitalisme menyulap manusia serakah, maka Islam menundukkan manusia-manusia saleh di hadapan Allah.

Rasulullah SAW bersabda “Setiap yang memabukkan adalah khamar dan setiap yang memabukkan adalah haram” (HR. Muslim).

Dalam Islam, paradigma negara adalah melindungi, memelihara jiwa dan akal. Oleh karena itu, Semua pintu masuk keharaman dan zat yang membahayakan akan ditutup. Baik jalur darat maupun laut. Setiap barang yang masuk ke wilayah daulah akan diperiksa satu per satu dengan tegas dan cermat. 

Pun kafir musta’man yang mengajak Daulah Islam kerja sama. Kafir golongan ini boleh bekerja dalam daulah sesuai perjanjian yang mereka sepakati. Termasuk menjual barang atau jasa. Syarat dan ketentuan harus mereka patuhi. Tidak boleh menjual zat haram lagi berbahaya bagi umat. Jika didapati, maka daulah berhak memberi sanksi.

Demikian dalam daulah sendiri. Jika didapati rakyat daulah melakukan pengedaran atau mengonsumsi zat haram. Khalifah akan menghukumi mereka berupa pemberian sanksi takzir seperti diekspos di depan umum, dipenjara, denda, jilid bahkan hukuman mati. Makin tinggi tingkat kejahatan, maka sanksinya pun berat. Sanksi tersebut tidak sekadar efek jera tapi juga penebus dosa di akhirat kelak.

Selain itu, mereka juga didakwahi oleh negara. Tidak lagi mengonsumsi zat haram. Bertobat dan kembali ke jalan yang Allah ridhai. Memahami bahwa tujuan hidup semata-mata meraih ridha Allah SWT.

Tak lupa, semua itu tentu tidaklah bisa kecuali dengan penerapan hukum paripurna dari Allah SWT yaitu penegakan sistem pemerintahan Islam Daulah Khilafah Islamiyah.

Wallahu a'lam bishshawab. []


Oleh: Arnaningsih, S.Pd.
Aktivis Muslimah
Baca Juga

Post a Comment

0 Comments