Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Tingkatkan Konten Tanpa Eksploitasi


TintaSiyasi.com -- Tren penggunaan media sosial yang makin meningkat membuat media sosial kini jadi sumber informasi bagi masyarakat luas. Seiring berjalannya waktu, penggunaannya pun turut berkembang menjadi pusat pencarian informasi yang edukatif serta konten-konten hiburan. Itu sebabnya, kebutuhan akan platform ini makin esensial dari hari ke hari.

Dalam membuat sebuah konten diperlukan riset untuk mengumpulkan informasi pendukung yang lengkap. Riset juga membantu content creator memahami kondisi pasar, tren, dan kebutuhan audiens. 

Maraknya khalayak membuat konten karena medsos bukan hanya wahana untuk komunikasi biasa, tetapi juga bisa menjadi ladang untuk men­dapatkan uang. Masalahnya banyak konten yang kurang mendidik dan negatif yang diunggah. Mirisnya konten-konten semacam itu lebih disukai.

Masyarakat saat ini kerap disuguhi konten-konten yang tidak berkualitas, entah itu di Youtube, TikTok, dan lain sebagainya. Seperti konten yang saat ini sedang ramai dan menjadi pembahasan warganet yaitu fenomena 'mengemis online' dengan cara live di TikTok. Sang kreator melakukan siaran langsung atau live di TikTok dengan melakukan kegiatan ekstrem atau tak wajar.

Kegiatan yang dilakukan pengemis online tersebut pun beragam. Mulai dari mandi lumpur, berendam di air kotor, hingga mengguyurkan diri dengan air dingin selama berjam-jam. Sungguh konten ini sangat tidak berperikemanusiaan dan menyakiti diri sendiri.

Mereka memanfaatkan fitur 'gift' yang ada di TikTok dan berharap bisa mendapatkan gift dengan jumlah banyak dari penonton dan kemudian menukarnya dengan uang.


Gambaran Masyarakat di Sistem Kapitalis

Lagi-lagi demi uang mereka melakukannya, tanpa dipandang baik buruk maupun halal haramnya. Dan yang membuat miris lagi, nampak rasa kesenangan yang timbul akibat melihat orang menderita. Dalam platform media sosial tersebut, masyarakat akan memberi lebih banyak gift jika si pengemis tersiksa lebih besar, seperti mengguyur lebih banyak hingga berendam lebih lama.

Fenomena mengemis online ini tidak sebanding dengan akibat yang timbul setelah melakukan dengan hal yang tidak wajar, jika mengalami cedera pada tubuh si pengemis. Seperti mandi lumpur, berendam di air yang kotor hingga mengguyurkan diri dengan air dingin selama berjam-jam. Apakah ada jaminan akan kesehatannya?

Inilah bentukan dari sistem kapitalis semua diambil berazaskan manfaat, apapun dimanfaatkan demi meraih keuntungan materi. Kemiskinan pun dieksploitasi menggunakan kemajuan teknologi, meski merendahkan harkat dan martabat diri sendiri ataupun orang lain. Bahkan ada yang melakukan demi tuntunan gaya hidup masa kini. 

Seiring makin tingginya pengguna media sosial di Indonesia terbukti menjadi sarana penambang uang bagi mereka yang aktif membuat konten-konten kreatif. Namun sayang tak sedikit konten-konten itu masih sebatas mengejar popularitas dan mengesampingkan kualitas serta etika.

Hadirnya konten yang tidak berkualitas, ka­re­na memang tidak ada ke­ha­rusan untuk membuat yang berkualitas. Karakter medsos yang membolehkan posting dan sharing apa saja sesuai dengan kreativitasnya dianggap sebuah kelebihan, meskipun itu mengeksploitasi penderitaan orang-orang yang tidak berdaya untuk memperkaya dirinya sendiri.

Fenomena ini menggambarkan masyarakat yang sakit hidup di tengah sistem yang rusak, masyarakat tidak bisa lepas dari kungkungan sistem kapitalis. Sistem ini membuat rakyat semakin menderita, bagaimana tidak karena semua serba dikomersialkan baik biaya pendidikan, kesehatan, perdagangan dan lain sebagainya. Apalagi masyarakat semakin dijauhkan dari pemahaman agama yang benar sehingga masyarakat tidak mempunyai pandangan hidup yang mulia. 

Ciri-ciri masyarakat yang terjangkit sakit sekuler kapitalis mereka tidak peduli apa yang dilakukan halal atau haram, semua dilakukan asal "aku" bahagia tidak peduli yang lainnya dan tidak terlintas dampak dari perbuatannya.

Sulitnya perekonomian dan semakin jauhnya masyarakat dari pemahaman Islam yang benar, maka para konten kreator berlomba-lomba menunjukkan kreativitasnya dengan cara mengeksploitasi kemiskinan dengan menggunakan teknologi menjadi pilihan bagi mereka. Semua dilakukan demi tuntutan memenuhi kebutuhan hidup dan gaya hidup materialistis. 


Peran Negara Mengatasi Kemiskinan

Negara seharusnya menyelesaikan problem kemiskinan dari akar masalah. Persoalan kemiskinan membutuhkan kerjasama dari semua pihak. Kita tidak bisa lagi mengandalkan solusi tuntas dari sistem kapitalis, sebab sistem ini sudah tampak nyata kerusakannya ada dimana-mana baik itu kerusakan alam, kerusakan moral masyarakat, kebebasan yang tidak terkendali. 

Kerusakan saat ini bagai benang ruwet yang sangat sulit diurai. Kita butuh solusi tuntas persoalan umat dibawah arahan yang shahih yang mampu mengantarkan manusia pada kemuliaan hidup yaitu sistem Islam. Islam mampu menyelesaikan persoalan secara sistemik yang didukung dengan aturan Islam dalam berbagai aspek kehidupan. 

Sistem pendidikan Islam wajib diterapkan pada negara. Kurikulum pendidikan harus berdasarkan aqidah Islam mulai dari tingkat dasar hingga tingkat perguruan tinggi, karena apabila aqidah Islam sudah menjadi asas yang mendasar bagi kehidupan seorang muslim, maka seluruh pengetahuan yang diterima seorang muslim harus berdasarkan aqidah Islam pula.

Dalam Islam, tujuan kurikulum dan pendidikan Islam adalah membekali akal dengan pemikiran dan ide-ide yang shahih, baik itu mengenai cabang-cabang akidah, maupun hukum. Pembentukan syakhsiyah Islam (kepribadian Islam) pada diri seorang pelajar juga menjadi salah satu tujuan pendidikan. 

Daulah Islam memiliki sistem pendidikan yang bebas biaya. Ini benar-benar diterapkan di kalangan umat. Bukan hanya tipu-tipu belaka yang memberikan seribu bahkan jutaan janji yang sama sekali tidak terealisasi. Hal ini membuat keadaan kaum Muslimin sangat terbelakang dalam bidang pengetahuan akibat kurikulum yang dilahirkan ide-ide kapitalisme, yang memisahkan agama dari kehidupan dan negara.

Negara menerapkan sistem ekonomi Islam yang mampu menyelesaikan masalah kemiskinan sampai ke akarnya.

Bahwa kekayaan alam yang melimpah ruah adalah pemberian dari Allah baik itu dipermukaan, didalam perut bumi, dasar laut dan diberbagai tempat lain yang ada di bumi ini. 

Maka Islam telah memberikan pula cara pengelolaan sumber daya alam yang kompleks sesuai dengan seperangkat aturan yang berasal dari Allah Al Khaliq Al Mudabbir. Allah sebagai zat yang menciptakan semua sumber daya alam, maka Allah pulalah yang juga telah memberikan seperangkat aturan.

Sehingga sumber daya alam itu membawa manfaat bagi manusia dan alam seisinya, bahwa manusia memilikinya bersama-sama bukan hanya segelintir orang. Dalam hal ini ada pihak yang diberi kewenangan untuk mengatur proses pengelolaan sampai dengan pendistribusiannya, sehingga membawa manfaat dan tidak menimbulkan kezaliman di tengah-tengah masyarakat.

Islam mengatur sumber daya alam yang melimpah ruah menjadi tanggung jawab negara yang menerapkan syariat Islam secara kaffah. Sehingga dalam proses eksplorasi, distribusi semuanya menggunakan aturan Islam. Negara akan membuka luas lapangan pekerjaan, sehingga akan mengurangi jumlah pengangguran. 

Negara akan memprioritaskan lapangan pekerjaan bagi warga negaranya dibanding dengan warga asing.

Peran negara terhadap media. Menurut pandangan Islam media adalah sarana untuk mengedukasi dan sebagai sarana dakwah Islam, sehingga tayangan-tayangan di media dalam tujuan untuk dakwah Islam bukan tujuan receh yang hanya sekedar mengejar viral atau terkenal saja, sehingga media dalam media dalam Islam benar-benar perannya sebagai alat atau regulator untuk melakukan amar makruf nahi mungkar di tengah-tengah masyarakat.

Itulah ketiga peran penting yang bisa memberikan solusi terkait persoalan pengentasan kemiskinan yang membutuhkan kerjasama dari semua pihak.

Kita sebagai makhluk sosial yang membutuhkan bantuan dari orang lain untuk menjalankan aktivitas sehari-hari yang disebut dengan ta'awun yang mempunyai kepedulian tinggi terhadap sesama, sikap kebersamaan, sikap saling memiliki, dan sikap saling membutuhkan antara sesama manusia, maka tidak akan membiarkan adanya tindakan seperti eksploitasi pengemis online. 

Wallahu a’lam bishshawab. []


Oleh: Ning Hari W.
Aktivis Muslimah
Baca Juga

Post a Comment

0 Comments