Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Menyingkap Tabir: Di Balik Gempita Putri Ariani dan Nestapa Dr. Aafia Siddiqui

TintaSiyasi.com -- Nama Putri Ariani remaja Muslimah asal Yogyakarta baru-baru ini melambung dan memenuhi pemberitaan di berbagai media karena talentanya yang memukau dunia melalui ajang pencarian bakat America’s Got Talent 2023 melalui tampilan menyanyinya dan dengan bermain piano dan mendapat Golden Buzzer yang diberikan oleh Simon Cowell. Perlu diketahui bahwa Putri Ariani adalah salah seorang penyandang disabilitas tunanetra dan berhijab. 

Perolehan Putri Ariani dalam mendapatkan Golden Buzzer mendapatkan sejumlah respon dari berbagai kalangan mulai dari mendapatkan pujian dari produsen AGT (America’s Got Talent), vidionya viral hingga lebih dari 30 negara dalam satu waktu, bahkan diundang ke istana negara dan bertemu dengan orang nomor satu di Indonesia yakni Presiden Jokowi.

Dikutip dari detiknews pada 12 Juni 2023, Presiden Jokowi memberi semangat pada Putri Ariani dan berharap kepada Putri Ariani agar bisa menjadi inspirasi bagi banyak orang, meraih cita-citanya dan membanggakan Indonesia.

Selain itu Putri Ariani juga mendapatkan beasiswa dari Mendikbud untuk melanjutkan kuliah di salah satu kampus di AS menerima beasiswa untuk mewujudkan mimpi di The Juilliard School, New York, Amerika Serikat (AS). Dana yang digunakan dialokasikan dari Beasiswa Indonesia Maju (BIM) karena Putri dianggap telah memberikan inspirasi luar biasa bagi negara.


Mengenal Sosok Muslimah Muda Berprestasi Dr. Aafia Siddique

Dr. Aafia Siddique merupakan seorang ilmuwan Muslimah yang konsentrasi pada ilmu saraf, berkebangsaan Pakistan. Selain itu Dr. Aafia juga dikenal sebagai seorang Muslimah yang taat, cerdas, serta penghafal Al-Qur’-an.

Dr. Aafia melanjutkan studi Massachusetts Institut of Technology (MIT) untuk belajar neurologi, memiliki 144 gelar kehormatan dan sertifikat serta mendapatkan gelar Doktor.

Dr. Aafia dalam penelitian beliau sedang berupaya melindungi tubuh manusia dengan membuat penawar dari senjata biologis yang dilakukan oleh Amerika dan telah menggelontorkan dana yang cukup besar dalam mengembangkan senjata biologis ini.

Pada tahun 2003, Dr. Aafia sempat kembali ke Pakistan yang kemudian diculik dengan 3 anaknya. Dengan tuduhan yang sampai hari ini tidak bisa dibuktikan kebenarannya yakni memiliki hubungan dengan Al-Qaeda. Pada tahun 2006 diketahui Dr. Aafia berada di penjara Bagram, Afghanistan dan mendapatkan perlakuan keji serta kedzaliman selama ada di dalam penjara. Beliau menjadi satu-satunya tahanan wanita yang dimasukkan kedalam sel tahanan pria, diperkosa baik oleh penjaga ataupun tahanan yang ada di penjara hingga teriakannya terdengar setiap malam, beliau juga dipaksa berjalan di atas Al-Qur’an yang telah dilemparkan ke lorong penjara dalam kondisi beliau bercucuran darah akibat dari penyiksaan selama di dalam sel tahanan. Pada tahun 2010 Dr. Aafia diadili di Pengadilan Amerika Serikat dengan tuduhan palsu “Upaya Percobaan Pembunuhan” dan divonis dengan 86 tahun penjara
(dikutip dari berbagai sumber, salah satunya dari penuturan saudari Dr. Aafia Dr. Fowzia Siddiqui yang juga merupakan ahli saraf).


Sikap Hipokrit Dunia dalam Kontradiksi Antara Aafia Siddiqui dan Putri Ariani

Perbedaan penyikapan dunia terhadap dua kasus di atas yakni Putri Ariani dan Dr. Aafia Siddiqui sangat berbanding terbalik. Hal ini adalah buah dari kapitalisme sekularisme yang menjadikan segala sesuatu pada orientasi materi dan pemisahan antara agama dari kehidupan. Selain itu sangat tampak propraganda Barat dan kebencian yang nyata terhadap Islam. Sehingga tampak ketidakadilan dalam perlakuan kasus Dr. Aafia dengan Putri Ariani.

Seharusnya potret Muslimah berprestasi seperti Dr. Aafia sang mutiara umat, yang smart. Tidak pantas diperlakukan buruk dan tidak adil namun hal ini menjadi wajar dalam sistem sekuler kapitalisme yang tidak berlepas dari kerjasama penguasa Muslim Afghanistan-Pakistan yang tidak mampu menyelamatkan beliau.

Adanya perbedaan sikap penguasa terhadap prestasi pemuda yang eksis di dunia entertaint dan tidak. Putri Ariani sengaja dimassifkan hingga viral, disanjung-sanjung agar menjadi trensetter dunia sebagai standar kesuksesan yang sejalan dengan sistem kapitalis.

Ini menjadi bukti bahwa sistem hari ini tidak akan pernah memberi celah sedikitpun bagi umat Islam untuk muncul ke permukaan dan memimpin dunia. Untuk itu umat membutuhkan pelindung dan penjaga yang bisa memfasilitasi dan mewujudkan generasi yang bermanfaat untuk umat.

Perlu diketahui bahwa pada hari ini terdapat pergeseran makna prestasi, kapitalisme menganggap bahwa segala sesuatu yang mendatangkan materi adalah sebuah prestasi yang patut dibanggakan, hal inilah yang menjadi pemikiran masyarakat utamanya generasi muda dalam menentukan standar kesuksesan pada materi yang sifatnya fisik.

Di sisi lain, sistem sekulr kapitalisme meniscayakan adanya pemisahan agama dari kehidupan. Sehingga segala sesuatu yang berbau islami dan sekiranya mengancam eksistensi dari kapitalisme akan diidentikan sebagai radikal atau berbagai tuduhan keji lainnya.

Kemampuan dan kecerdasan Dr. Aafia mengungkap kejahatan AS dalam pembuatan senjata biologis dan upaya beliau dalam menciptakan penawarnya dianggap sebagai tindakan yang mengancam hegemoni kapitalisme sehingga seberapapun cerdas dan pintarnya beliau tatkala ilmu itu mengancam eksistensi ideologi kapitalisme pasti akan dihabisi.

Dari sini, maka makin jelas mengapa terdapat perbedaan penyikapan antara Putri Ariani dan Aafia Siddiqui. Sistem sekuler kapitalisme hanya akan melanggengkan segala sesuatu yang menguntungan mereka dan tidak mengusik hegemoni kapitalisme itu sendiri.


Serangan Barat dalam Memandulkan Potensi Pemuda Muslim

Potensi pemuda sangatlah besar, sebab usia muda merupakan usia produktif, pemuda memiliki peran strategis sebagai motor peradaban. Namun terjadi potensi pembajakan pemuda dalam sistem kapitalis yang hanya diarahkan sebagai sekrup mesin pemutar roda industri kapitalis sekaligus sebagai objek pasar bagi produk yang dihasilkan. Seperti fashion, barang-barang konsumsi, maupun produk hiburan dipropagandakan sebagai alat untuk meraih kebahagiaan dan prestasi semu.

Selain itu kapitalisme juga membuka peluang adanya eksploitasi kreativitas salah satunya melalui ajang pencarian bakat bagi para pemuda dan masyarakat secara umum yang digunakan para pemilik modal untuk menarik uang secara luas, di satu sisi menguntungkan peserta, disisi lain lebih menguntungkan para penyelenggara.
Yang menjadi cikal bakal banyaknya ajang seperti ini adalah karena sistem pergaulan dan sistem ekonomi yang ada saat ini berkiblat pada sekularisme. Sehingga melahirkan aktivitas-aktivitas yang bisa jadi menggabungkan antara sistem pergaulan dan sistem ekonomi yang bathil dengan output materi.

Sekalipun terdapat berbagai ajang seperti lomba-lomba akademik namun hal itu tidak lebih masif dari ajang-ajang yang dapat mengantarkan pada perolehan pundi-pundi rupiah. Bahkan ajang Hafidz Qur’an pun tampak tidak lebih tinggi nilainya dari menyanyi. Sekalipun ajang Hafidz Qur’an ini membawa pada kebaikan karena bisa mendekatkan anak-anak pada Al-Qur’an, pengetahuan akan akhirat, dan mencintai agamanya.

Hal ini sejalan dengan pemasifan pemikiran kapitalisme-sekularisme yang merubah pemikiran dan mindset pemuda untuk lebih cinta pada dunia dan hilang kecintaan akan agama dan upaya dalam mewujudkan kebangkitan umat. Inilah yang menjadi tujuan mereka.

Selain itu pemikiran sekuler ini mengarahkan pemuda untuk meninggalkan syariat sebagai pegangan dalam berkiprah di tengah umat. Agama dianggap tabu dan tidak layak untuk diperbincangkan diluar masjid dan lebih disibukkan dengan membahas iptek, modernisasi, dan globalisasi. Lebih dari itu syariat Islam hanya dianggap sebatas agama ritual sehingga syariatnya tidak diambil secara keseluruhan hanya diambil yang sesusai dengan perkembangan zaman.

Upaya barat dalam mencengkeram potensi pemuda Muslim pun tampak dari ide-ide yang diaruskan di tengah-tengah masyarakat, mulai dari liberalisme, HAM, kesetaraan gender, dan moderasi beragama.

Pertama, liberalisme merupakan paham yang menghendaki adanya kebebasan individu, mulai dari kebebasan beragama, berpendapat, kepemilikian, dan bertingkah laku. Yang berdampak pada munculnya kaum LGBT.

Kedua, Hak Asasi Manusia (HAM) Mengutip dari Ensiklopedia Ilmu-Ilmu Sosial, hak asasi manusia (HAM) adalah hak-hak yang dipunyai oleh semua orang sesuai dengan kondisi yang manusiawi. Konsep HAM meniscayakan kebebasan dan manfaat sebagai tegaknya aturan, dampaknya tindakan menyimpang seringkali dibenarkan atas dasar HAM.

Ketiga, kesetaraan gender yang selalu menjadi kampanye masif barat oleh kaum feminis kepada kaum perempuan. Ide ini jelas merupakan ide yang bertentangan dengan fitrah manusia.

Keempat, Kementerian Agama RI mendefinisikan “moderasi beragama” sebagai cara pandang dalam beragama secara moderat, yakni ‘memahami dan mengamalkan ajaran agama dengan tidak ekstrem, tidak kaku, tetapi tidak juga bebas’. Ide Islam moderat ini adalah salah satu upaya Barat dalam mengkebiri ajaran Islam kaffah, acapkali membawa pada toleransi yang kebablasan.

Dengan demikian kita bisa melihat bahwa upaya Barat dalam membajak potensi pemuda muslim sangat rapi dan terstruktur yang berakibat pada semakin ragunya pemuda muslim terhadap agamanya sendiri (Islam) dan semakin menjauhkan mereka pada pemahaman Islam yang sahih.

Untuk itu, pemuda Muslim harus segera diselamatkan, jangan sampai terbawa arus dan terjebak pada maindset semu yang hanya berfokus pada pencapaian materi semata.


Standar Kesuksesan dalam Islam

Islam memadukan antara kehidupan dunia dan akhirat. Islam juga memberikan aturan yang kompleks termasuk dalam meraih kesuksesan dunia dan akhirat. Kesuksesan dalam islam tidak sebatas popularitas dan peraihan materi. Selain itu Islam menjadikan standar halal-haram dalam perbuatan termasuk dalam mengasah potensi pemuda.

Prestasi tertinggi dalam Islam adalah “Khairu Ummah” atau menjadi umat terbaik yang beramar makruf nahi mungkar sebagaimana termaktub dalam firman Allah SWT:

"Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah.” (QS. Ali 'Imran ayat 110).


Peran Negara Menjaga Potensi Generasi

Islam adalah agama yang kompleks dan mengatur seluruh aspek kehidupan termasuk dalam memaksimalkan potensi yang ada pada dalam diri kita. Islam akan mengarahkan dan menjaga potensi setiap generasi untuk didedikasikan membela Islam. Sehingga setiap potensi manusia utamanya pemuda diasah dan diarahkan agar tetap sesuai dengan syariat. Lebih dari itu islam juga mengapresiasi setiap potensi yang sesuai syariat dan memberikan kebermanfaatan untuk umat.

Islam melalui sistem pemerintahannya yakni Khilafah akan mewujudkan generasi berprestasi di dunia dan di akhirat salah satunya dengan menyiapkan dan menyediakan layanan pendidikan secara gratis yang berbasis aqidah Islam. Sehingga dapat lahir putra-putri cerdas untuk memberikan solusi pada permasalahan umat atas dorongan keimanan dan ketaqwaan.
Dalam Khilafah, sistem pendidikan akan dimulai dari keluarga dan peran orang tua. Untuk itu negara memiliki peran dan kewajiban untuk menjaga kesejahteraan keluarga.

Keberhasilan peran negara dalam Islam untuk menjaga dan mewujudkan potensi generasi juga telah terbukti secara nyata sebagaimana kisah fenomenal Muhammad Al Fatih yang lahir karena peran negara. Selain itu, negara juga berperan untuk menjaga dan melindungi rakyat. Sebagamaina sabda Rasulullah SAW, “Sesungguhnya Imam/Khalifah adalah perisai orang-orang berperang di belakangnya dan menjadikannya pelindung. Jika ia memerintahkan ketakwaan kepada Allah ‘Azza wa Jalla dan berlaku adil, baginya terdapat pahala dan jika ia memerintahkan yang selainnya maka ia harus bertanggung jawab atasnya.” (HR Muslim).

Selain itu sosok mutiara umat sebagaimana Dr. Aafia hanya bisa dijaga dan dimuliakan dalam sistem Islam. Wallahu a'lam bishshawab. []


Oleh: Shafiyyah Al Khansa
(Aktivis Muslimah)
Baca Juga

Post a Comment

0 Comments