Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Kejar Keuntungan Wisata Halal, Akankah Menguntungkan Umat?

TintaSiyasi.com -- Indonesia menjadi surga wisata halal dunia dengan meraih predikat Top Muslim Friendly Destination of The Year 2023 dalam Mastercard Crescent Rating Global Muslim Travel Index (GMTI) 2023 di Singapura. Indonesia berhasil ada di posisi pertama Global Muslim Travel Index, kata Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno dalam keterangan resminya, Sabtu (3/6). 

Sandiaga mengatakan kenaikan ini merupakan suatu capaian yang luar biasa, di mana pada 2021, Indonesia berada di peringkat keempat dan kedua pada tahun 2022. Sandiaga juga mengungkapkan pencapaian ini merupakan hasil kolaborasi pihak-pihak terkait, khususnya Perkumpulan Pariwisata Halal Indonesia (PPHI), Halal In Travel, Mastercard Crescent, dan lainnya. Lewat kolaborasi yang terjalin, lanjut Sandiaga, PPHI mampu menyabet dua penghargaan sekaligus, antara lain Stakeholder Awareness Campaign of The Year dari Mastercard Crescent Rating GMTI Awards dan Stakeholder Awareness Campaign of the year dari Halal In Travel Awards 2023. Pencapaian ini pun diharapkan bisa mengakselerasi target penciptaan 4,4 juta lapangan kerja di 2024 yang salah satunya bertumpu pada pariwisata halal. (katadata.co.id, 3 Juni 2023)

Pemerintah memperkirakan potensi penerimaan devisa dari sektor pariwisata halal tahun ini mencapai sekitar US$5,5 miliar-US$10 miliar atau setara Rp77 triliun-Rp140 triliun (kurs Rp14 ribu per dolar Amerika Serikat). (CNN Indonesia, 9/4/2019)

Wisata halal diprioritaskan sebagai salah satu sumber pemasukan negara. Jika kita lihat potensi penerimaan devisa dari sektor pariwisata halal terlihat begitu besar. Namun sejatinya ada sumber lain yang jauh lebih besar hasilnya jika dikelola dengan benar yaitu sumber daya alam. 

Indonesia telah diberkahi oleh Allah SWT dengan potensi sumber daya alam yang melimpah. Baik potensi tambang, laut, hutan dan hasil bumi lainnya. Sebenarnya lebih dari cukup untuk membiayai kepentingan dan kebutuhan negara demi kemaslahatan masyarakat. Lihat saja penghasilan perusahaan tambang emas-tembaga raksasa Amerika Serikat (AS) yang juga beroperasi di Indonesia, PT Freeport-McMoran Inc., mencatatkan pendapatan US$ 22,78 miliar atau setara Rp 341,70 triliun (asumsi kurs Rp 15.000/US$) sepanjang tahun 2022. Jika PT freeport telah beroperasi sejak masa orde baru tentu keuntungannya jauh lebih besar. (cnbcindonesia.com, 07/02/2023 )  

Sayangnya, negeri ini tersandra dalam sistem kapitalisme liberalisme. Sumber daya alam yang seharusnya dinikmati oleh umat, justru dikuasai oleh swasta asing. Akhirnya rakyat terjerat kemiskinan sistemik. Sedangkan negara sibuk memburu keuntungan dari sektor pariwisata. 

Kondisi ini sangat berbanding terbalik dengan islam. Islam sebagai agama sempurna bukan hanya mengatur ibadah mahdhoh saja. Namun islam mengatur segala aspek kehidupan termasuk sumber pemasukan negara. 

Islam dalam sebuah sistem pemerintahan yang disebut khilafah, akan menjadikan sektor pariwisata sebagai sumber pemasukan negara. Pariwisata hanya akan dijadikan sebagai sarana dalam dakwah dan propaganda. Objek wisata dijadikan sebagai sarana dakwah karena muslim atau nonmuslim diharapkan tunduk tatkala melihat keindahan alam yang merupakan kebesaran Allah SWT. Seorang yang beriman diharapkan akan semakin tunduk dan kuat keimanannya dengan melihat tanda-tanda kebesaran Allah. Bagi yang belum beriman diharapkan akan muncul naluri beragamanya sehingga bisa membuatnya beriman kepada Allah SWT. Serta menjadi alat propaganda akan keagungan dan kemuliaan Islam dimata dunia seperti peninggalan-peninggalan sejarah peradaban Islam.

Begitulah Islam memposisikan sektor pariwisata bagi negara. Bukan menjadikannya sebagai ladang bisnis sebagaimana sistem kapitalisme saat ini yang hanya menguntungkan para investor swasta dan asing bukan menguntungkan bagi umat.

Wallahua’lam Bisshawab

Oleh: Pipit Ayu
Aktivis Muslimah
Baca Juga

Post a Comment

0 Comments