Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Moderasi Beragama Jalan Mengukuhkan Muslim Moderat


TintaSiyasi.com -- Dilansir dari Antara (5/4/2023), Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas menyampaikan supaya tidak hanya Islam yang membacakan do'a saat ada Rapat Kerja Nasional di Kemenag. Namun, semua agama diberi kesempatan untuk berdoa karena ini adalah acara bersama maka semua mempunyai hak bukan hanya milik agama tertentu.

Ia berharap Kementerian Agama (Kemenag) menjadi wadah semua agama di Indonesia, maka segenap agama diberikan kesempatan dan perhatian sama, sehingga agenda yang dilaksanakan di jajarannya tidak terkesan sedang rapat Ormas agama tertentu.

Menurut Yaqut, do'a lintas agama dilakukan sebagai upaya agar masing-masing umat di Kemenag tidak terlibat tindak pidana korupsi, karena tujuan berdo'a supaya ingat Tuhannya. Selain itu, ia menegaskan bahwa pihaknya harus memberi model dalam mendukung moderasi agama, mengingat dari sinilah seruan ini digulirkan.  

Lanjutnya, moderasi beragama atau Islam moderat penting ditanamkan di tengah kehidupan masyarakat yang memiliki ragam agama. Ini dilakukan untuk menjaga persatuan seluruh elemen bangsa dan mencegah perpecahan antar umat beragama.

Senada itu, Wakil Menteri Agama (Wamenag), Zainut Tauhid mengatakan bahwa pernyataan Menag tentang do'a dari semua agama hanya untuk internal acaranya, bukan untuk semua kegiatan masyarakat, sehingga menurutnya anjuran Menag tidak perlu dipersoalkan karena acara internal diikuti seluruh eselon dan pejabat dari Direktorat Bimas Islam, Direktorat Bimas Kristen, Katolik, Hindu, Budha dan yang lain.


Karakter Muslim Moderat

Kampanye moderasi saat ini memang masif dilakukan kalangan pemerintah, warga dunia dipandang memerlukan moderasi beragama, bahkan baru-baru ini menteri agama telah mengeluarkan buku tiga bahasa tentang moderasi. Buku ini diharapkan bisa menyuarakan perdamaian dunia dan praktik-praktiknya dalam moderasi beragama di Indonesia. Buku ini juga berisi contoh dan bahasan di Forum Lintas Agama G20 tahun 2023. Buku ini memberikan pesan moral supaya kemajuan ekonomi tidak melupakan nilai kemanusiaan dan pelestarian lingkungan.  

Sementara itu, dalam laporan Rand Corporation berjudul Building Moderate Muslim Network terbit tahun 2007, karakter Muslim moderat ialah yang mendukung demokrasi, toleransi terhadap paham Barat, mengakui Hak Asasi Manusia (HAM), hedonisme, keseteraan gender, pernikahan beda agama dan pemikiran lainnya.

Maka dari itu, arus moderasi yang diopinikan secara masif diharapkan mampu membentuk karakter umat yang toleran, beranggapan Islam tidak berbeda dengan agama lain dan ajarannya pun sama, sehingga kaum muslim menolak dan menentang pemberlakuan syariat Islam. Yang diharapkan, kaum muslim hanya melakukan ibadah mahdhah seperti salat, puasa, zakat, ibadah haji, membaca Al-Qur'an dan berzikir.

Tetapi sepertinya, masyarakat mampu melihat dengan jeli, negeri ini tengah menjalani rencana moderasi Islam artinya memalingkan jamaah dari ajaran Islam yang sebenarnya dan mengarahkan serta menyelaraskannya kepada paham-paham Barat yang justru semakin membuat kaum muslim asing dengan ajaran agamanya.

Oleh karena itu, timbul pemikiran di benak umat upaya untuk menerapkan aturan Islam secara menyeluruh melalui Daulah Islamiyah, kepemimpinan diatur oleh seorang khalifah sebagai pelaksananya.

Lantas bagaimana kaum sekuler-liberal melihat hal ini? Sudah bisa dipastikan dengan pemikiran pemeluk Islam yang makin yakin dengan aturan hidup dari Allah SWT, maka timbul ketakutan pada kaum sekuler-iberal apabila umat bangkit dengan pemahaman Islam secara keseluruhan yang bisa menghancurkan skenario (rencananya).

TIdak heran, beragam cara dilakukan pengusung sekuler-liberal untuk menjegal perjuangan kaum Muslim. Salah satunya melalui kebijakan moderasi beragama dan menarasikan Islam radikal, ekstrimis serta teroris pada barisan dakwah Islam kaffah. Dakwah Islam kaffah yaitu pengemban ide Islam politik sebagai ideologi yang mengatur seluruh lini kehidupan manusia.


Upaya Mengokohkan Keimanan

Saat ini banyak liberalisasi akidah yang digulirkan pemerintah, bahkan dijadikan kebijakan oleh negara dan membiarkan umat Islam melakukan pelanggaran aturan agamanya. Mirisnya, pemerintah mengopinikan bahwa moderasi agama bagian dari Islam dengan mengambil dalih bahwa Islam agama toleran.

Bukan hal aneh memang, tatkala negara menerapkan kebijakan melalui hal ini karena sistem yang diterapkan saat ini adalah sekulerisme liberalisme yang memberikan kebebasan toleransi berlebihan kepada agama lain, padahal Islam menegaskan dan mengajarkan bagaimana kegiatan toleransi terhadap ajaran agama lain.

Sebagaimana terdapat dalam Al-Qur'an Surat Al-kafirun ayat 1-6 yang artinya; Katakanlah, "Hai orang-orang kafir, aku tidak akan menyembah Tuhanmu dan kalian tidak menyembah Tuhanku, untuk kalian agama kalian dan untukku agamaku.”

Ayat tersebut jelas menegaskan bahwa tidak boleh ada pembauran antara agama satu dan yang lainnya. Maka dari itu, umat seharusnya tidak terpedaya dengan gagasan Islam moderat yang diusung pihak yang ingin menjauhkan kaum Muslim dari kesucian Islam. Sudah selayaknya umat mengokohkan keimanan dan meyakini Islam adalah mabda (ideologi) yang benar dalam mengatur kehidupan.

Indonesia memasarkan moderasi beragama sebagai solusi atas problem masyarakat saat ini dan peran pentingnya untuk kemajuan dunia, padahal sejatinya moderasi beragama justru menjauhkan umat dari agamanya, yang pada akhirnya akan menimbulkan persoalan baru yang membahayakan umat. 

Islam menjadikan akidah Islam sebagai asas dan menjadikan umat paham akan agamanya serta mengamalkan dengan penuh kesadaran dalam penjagaan negara. Negara dalam Islam memiliki kewajiban untuk menerapkan Islam secara kaffah dan mendakwahkannya ke seluruh penjuru dunia. Wallahu a'lam bishshawab. []


Oleh: Sumarni, S.Pd.I.
Aktivis Muslimah
Baca Juga

Post a Comment

0 Comments