TintaSiyasi.com -- Forum Lintas Agama G20 tahun 2023 baru saja berlangsung pada tanggal 8-10 Mei di Rumah Ibadah Baha’i, New Delhi, India. Di dalam forum tersebut, Ahli Utama Kantor Staf Presiden Prof Siti Ruhaini Dzuhayatin menyampaikan bahwa ketangguhan sosial di Indonesia terbentuk dari moderasi beragama.
Moderasi beragama di Indonesia dinilai (sebagai) modalitas yang sangat besar pengaruhnya. Jadi, Indonesia dinilai bisa mendesakkan pesan-pesan moral ke G20 agar kemajuan ekonomi tidak mendegradasi kemanusiaan seperti (kasus-kasus) human traficking (perdagangan orang) dan (kerusakan) lingkungan,” ujar Ruhaini dari New Delhi kepada Kompas, Kamis (11/5/2023).
Siti Ruhaini juga menyampaikan bahwa ketangguhan sosial perlu terus dirawat melalui saling percaya dan menguatkan faktor-faktor yang paling mendasar, yakni keberagaman, agama, dan budaya. Salah satu yang dikerjakan adalah penguatan literasi beragama oleh Kementerian Hukum dan HAM bersama Leimena Institut. Forum tersebut berkonsentrasi pada tema Presidensi G20 India: Satu Bumi, Satu Keluarga, dan Satu Masa Depan (Kompas.id, 11 Mei 2023).
Moderasi beragama di Indonesia dengan berbagai proyek implementasinya hingga saat ini masih terus diarusutamakan. Bahkan pemerintah menganggap bahwa moderasi beragama ini dapat menjadi solusi setiap permasalahan bangsa dan sangat penting bagi kemajuan Islam. Maka tak heran jika Indonesia bercita-cita dan mempromosikan moderasi beragama ke dunia.
Padahal jika kita melihat pada fakta yang terjadi saat ini, bahwa permasalahan ekonomi Indonesia dan dunia terjadi karena sistem kapitalisme liberal bukan karena penerapan islam yang dianggap radikal. Sistem kapitalis liberal lah yang menjadikan Barat mencengkeramkan hegemoninya di negeri-negeri Muslim dan menguras sumber daya alamnya.
Namun, makin erat cengkeraman Barat, umat Islam pun makin bangkit. Maka saat ini sudah mulai muncul gagasan Islam ideologis dan politik Islam yang diopinikan oleh sebagian umat Islam. Namun, situasi ini dibaca oleh Barat sebagai bahaya yang akan mengancam eksistensi ideologi Barat jika ideologi Islam berkuasa.
Di sinilah Barat khususnya AS membaca dan merencanakan opini moderasi beragama untuk membuat opini tandingan terhadap Islam ideologis dan politik Islam untuk menghadang kebangkitan Islam dan kaum Muslim. Sekaligus, menghadap pejuang Islam politik dan mengaburkan umat dari penerapan Islam kaffah.
Selain itu, makin mengokohkan ideologi kapitalisme. Inilah sejatinya bahaya di balik opini moderasi beragama.
Proyek-proyek moderasi beragama telah dijalankan oleh penguasa di negeri-negeri Muslim. Narasi moderasi beragama ini pun ditargetkan akan mengalihkan pandangan kaum Muslim terhadap Islam karena mereka menarasikan moderasi beragama sebagai Islam yang lebih ramah atau moderat, Islam jalan tengah yang tidak terlalu ekstrem dan tidak terlalu lemah juga dimaknai sebagai Islam toleran.
Barat juga menginginkan dari proyek ini agar umat Islam mengartikan Islam moderat ini sesuai dengan cara pandang Barat. Tidak menyerang Barat bahkan bersikap toleran terhadap mereka. Sungguh benar-benar berbahaya jika kita tidak memahami syariat Islam secara sempurna, maka umat akan dibenturkan dengan istilah moderasi beragama yang sangat berbahaya.
Padahal Islam adalah agama yang telah jelas sumber syariat/hukumnya adalah Al-Qur'an, Hadis, Ijma’ Sahabat dan Qiyas. Segala hukum yang disyariatkan bersumber dari dalil yang qoth'i. Maka, jelas sangat layak jika syariat Islam kaffah dijadikan solusi terhadap berbagai persoalan umat, bukan sebaliknya oleh barat dianggap sebagai biang masalah.
Justru, moderasi beragama yang digadang-gadang itulah sumber dari permasalahan karena moderasi beragama bersumber dari pemikiran Barat. Maka, penting bagi umat untuk memahami Islam secara kaffah sebagaimana terdapat dalam QS. Al-Baqarah : 208. Agar umat tidak mudah dipecah belah dan diadu domba oleh kafir Barat.
Jika kita memahami Islam secara kaffah maka kita akan bisa mengambil sikap menolak jika ada yang mengopinikan islam namun tidak sesuai dengan syariat Islam.
Wallahu a'lam bishshawab. []
Oleh: Pipit Ayu
Aktivis Muslimah
0 Comments