Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Menilik Makna “Islam sebagai Penawar Persoalan Global” dalam AICIS 2023


TintaSiyasi.com -- Event akbar tahunan Annual Internatinal Conference on Islamic Studies (AICIS) kembali diselenggarakan. Pada tahun 2023, event akbar yang diinisiasi oleh Direktorat Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam (Diktis) Kementerian Agama Republik Indonesia (Kemenang RI) digelar di UIN Sunan Ampel Surabaya pada tanggal 2-5 Mei (Timesindonesia.co.id, 10 Mei 2023). 

AICIS 2023 dihadiri oleh berbagai akademisi yang berasal dari dalam dan luar negeri sebagaimana rancangan dari kegiatan ini, yaitu sebagai forum pertemuan dan indept discussion intelektual Islam dunia (Kemenag.go.id, 2 Mei 2023).

Pada forum AICIS, Wakil Menteri Agama Zainut Tauhid Sa’adi menagatakan bahwa Islam hendaknya dapat menjadi penawar bagi persoalan global yang hingga kini masih membutuhkan peran nyata dari agama dan tidak semestinya agama menjadi bagian dari masalah itu sendiri (Medcom.id, 5 Mei 2023).

Annual Internatinal Conference on Islamic Studies (AICIS) yang ke-22 ini menghasilkan rumusan Surabaya Charter atau piagam Surabaya. Terdapat enam rumusan Surabaya Charter yang dibacakan oleh Rektor UIN Sunan Ampel Surabaya Ahmad Muzaki pada penutupan AICIS 2023. Salah satu poin dalam Surabaya Charter membahas terkait penolakan politik identitas. “Menolak penggunaan agama untuk kepentingan politik. Fenomena politik identitas, khususnya yang berbasis agama, harus ditolak keras,” tegas Ahmad Muzakki (Kemenag.go.id, 4 Mei 2023).

Ketika dilitik lebih dalam, forum ini sebenarnya ditujukan untuk menjawab kegelisahan dan semangat yang sama-sama dirasakan oleh para intelektual Muslim. Kegelisahan melihat berbagai persoalan manusia yang tidak kunjung selesai, namun justru menjadi-jadi dan semangat serta keyakinan bahwa Islam mampu menjawab persoalan tersebut dari sisi kemanusiaan dan akan membawa perdamaian. 

Kegelisahan dan semangat ini menjadi suatu yang patut diapresiasi. Kesadaran bahwa Islam mampu menjawab permasalahan kehidupan dan mampu memberikan maslahat mulai tumbuh secara global. Islam menjadi satu-satunya solusi yang terbukti efektif mengatasi berbagai problematika kehidupan. Dalam QS. Al-Anbiya ayat 107 yang artinya, “Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.”

Rasulullah diutus Allah membawa risalah Islam yang bersifat rahmatan lil ‘alamin. Memberi rahmat untuk seluruh alam, tidak hanya untuk kaum Muslim saja. Sedangkan ketika dilihat keseluruhan, secara alamiah ala mini terdiri dari berbagai macam kebegaraman suku, bangsa, agama, terdapat laki-laki dan perempuan serta termasuk dialam ini tumbuhan dan hewan. Artinya, secara naluriah risalah Islam yang dibawa Rasulullah memang akan membawa rahmat atau kemaslahatan untuk seluruh pihak. 

Namun yang menjadi catatan kritisnya adalah Islam dapat memberikan solusi dan rahmat bagi seluruh alam ketika Islam diterapkan secara kaffah atau menyeluruh, karena inilah karakteristik syariat Islam yang khas. Ketika syariat Islam diterapkan secara kaffah maka Islam akan memberikan solusi yang bersifat kemanusiaan, tidak membedakan apakah muslim atau non muslim. Syariat Islam yang berasal dari Allah selaku pencipta manusia, akan selalu sesuai dengan berbagai macam masalah kehidupan manusia karena Allah tau apa saja yang akan memberikan maslahat kepada manusia. 

Dalam masalah kemiskinan misalnya, tidak ada satu manusia pun mau terpuruk dalam kemiskinan, baik Muslim atau non-Muslim di mana pun tempatnya. Namun kemiskinan ini masih terus menjadi momok masalah global yang tak kunjung selesai di samping kesenjangan antara si kaya dan si miskin yang terus menjadi-jadi. Inilah yang menjadi kunci munculnya kemiskinan, yakni privatisasi dan kapitalisasi yang mengakibatkan harta hanya berputar pada orang-orang tertentu saja. Islam hadir dengan sistem politik ekonominya yang melarang peredaran harta hanya pada orang-orang kaya saja, sebagaimana pada QS. Al-Hasyr ayat 7. Rasulullah juga telah menyampaikan dengan jelas, apa saja hal yang menjadi kepemlikan umum, pemerintah dan rakyat, sehingga tidak akan muncul fenomena privatisasi pulau, hutan dan lain sebagaimana. Islam juga terbukti mampu mengentaskan umat manusia dari kemiskinan kurang lebih selama 13 abad.

Pada masalah perselingkuhan. Tidak ada manusia yang mau diselingkuhi, baik Muslim atau non-Muslim. Islam hadir dengan sistem pergaulannya yang mencakup upaya preventif dan kuratif yaitu syariat untuk menundukkan pandangan, larangan khalwat dan ikhtilat, hukuman bagi pelaku zina, dan lain sebagainya. Ketika laki-laki dan perempuan, keduanya saling menjaga kemuliaan, maka akan muncul ketenangan dalam hati dan meminimalisir angka kerusakan hubungan. Hal ini tentu saja tidak hanya akan berdampak pada umat Muslim, tapi juga akan berdampak baik kepada seluruh umat manusia.

Dari sini, dapat ditarik makna bahwa Islam hadir tidak hanya untuk kemaslahatan umat Muslim namun untuk seluruh manusia. Tidak ada dalam syariat Islam yang menjadikan kemaslahatan hanya milik kaum Muslim seorang atau kekayaan hanya untuk kaum Muslim seorang, namun semua itu ditujukan untuk kemaslahatan umat manusia. Ketika Islam dipelajari makin dalam, maka akan ditemukan bahwa kemaslahatan yang diciptakan adalah untuk seluruh umat manusia dan seluruh aspek kehidupan dalam Islam semuanya saling berkaitan satu sama lain. Sehingga menerapakan Islam secara kaffah menjadi penting, karena itu adalah kunci terwujudnya kemaslahatan. Sebagaimana perintah Allah dalam QS. Al Baqarah ayat 208 yang artinya, “Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kamu turut Langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.

Rasulullah juga menjelaskan bahwa Allah melaknat orang-orang yang memilih-milih syariat Islam berdasarkan kepentingan dan hawa nafsunya. Sehingga, ketika Islam di rekontekstualisasi atau dimoderasikan yang menjadikan bukan Islam kaffah yang digunakan namun Islam yang telah difilter sesuai dengan kepentingan, maka akan menjadi sulit untuk mewujudkan Islam rahmatan lil ‘alamin. Statement Islam menjadi penawar persoalan global akan makin diragukan. 

Walahu a’lam bishshawab. []


Oleh: Nahida Ilma
Mahasiswa
Baca Juga

Post a Comment

0 Comments