Di tengah terpaan kemiskinan dan sulitnya pemenuhan kebutuhan, masyarakat rela melakukan apa saja demi menonton konser. Seperti yang disampaikan oleh Ketua dewan komisioner otoritas jasa keuangan Mahendra Siregar mengatakan terdapat peningkatan permintaan pinjol menjalang penjualan tiket coldplay. Belum lagi penginapan, makan dan perjalanan yang memakan biaya yang cukup besar. Tetapi masyarakat tidak merasa sulit (KataData, 16/05/2023) .
Di balik euforia kesenangan coldplay ke Indonesia, menimbulkan kontroversi dari berbagai kalangan. Pasalnya grup band ini mendukung keberadaan LGBT. Salah satu cuitan mengatakan bahwa Cris Martin menjadi sekutu LGBTQ+ dan sering mengibarkan bendera LGBT di konsernya. Wakil MUI, Annwar Abbas menolak keras kehadiran grup band ini di Indonesia karena dinilai akan merusak moral dan akhlak. Sama halnya penolakan yang dilakukan di Malaysia (WartaEkonomi, 13/05/2023)
.
Agenda Terselubung
Konser demi konser terus menyasar negeri-negeri kaum Muslim, dalam kondisi tidak bisa memenuhi kebutuhan hidup tetapi demi kesenangan semata meraka rela terjerat pinjaman online hingga belasan juta. Agenda ini bukan tanpa tidak disengaja kehadirannya, tetapi sudah menjadi agenda Barat untuk meracuni pemikiran umat Islam dengan kesenangan duniawi. Ditambah lagi Coldplay merupakan grup band populer yang selalu mengibarkan bendara LGBT-nya pada saat konser.
Penjajah kafir Barat menjadikan umat Islam hidangan hangat yang siap disantap untuk memenuhi keinginan hawa nafsu sekuler demi meracuni pemikiran umat Islam. Agenda mereka bertujuan untuk menjauhkan generasi muda Muslim dari Islam itu sendiri bahkan sampai kehilangan tujuan hidup sebenarnya. Akibatnya budaya sekuler seperti hedonisme, mengejar dunia semata, hura-hura mengganti akidah Islamnya. Mereka selalu menyisipkan pemahaman bahwa Islam ialah agama yang tidak toleransi sampai rasa ketakutan akan Islam menjalar dalam diri umat Muslim. Sebenarnya itulah yang mereka inginkan sebagaimana yang telah diucapkannya.
Wiliam Ewart Gladstone perdana menteri inggris tahun 1998 mengatakan, “Percuma kita memerangi umat islam dan tidak akan mampu menguasainya selama di dalam dada pemuda-pemuda Islam bertengger Al-Qur'an. Tugas kita sekarang adalah mencabut Al-Qur'an, baru kita akan menang dan menguasai mereka. Minuman keras dan musik akan lebih menghancurkan umat Muhammad dari pada seribu meriam. Oleh karena itu tanamkanlah ke dalam hati meraka rasa cinta terhadap materi dan seks.”
Jadi konser yang diadakan di negeri-negeri kaum Muslim dilakukan dengan maksud tertentu, selain melihat besarnya peluang penjualan tiket yang begitu mahal ludes habis dalam waktu hitungan menit saja. Mustahil rasanya bila ini tidak memiliki tujuan yang besar. Jelas terbaca kedatangan mereka untuk merusak generasi menjadi generasi konser, candu bergoyang di antara remang-remang.
Pelindung Telah Hilang
Sejarah kejayaan Islam telah dikaburkan, kita tak lagi mengenal makna perjuangan Rasulullah, tidak tahu bahwa Islam pernah menjadi mercusuar dunia, peradaban yang amat gemilang diganti dengan sejarah perjuangan mereka yang dianggap sebagai revolusi padahal itu adalah awal mula kehancuran Islam. Sejak Kekhilafahan Islam dihapuskan, semenjak itulah umat Muslim kehilangan pelindungnya bahkan dijadikan sasaran empuk budak sekularisme oleh kafir Barat. Umat Islam ibarat anak kehilangan induk tak tau tempat mengadu.
Dalam kondisi sekarat ini, umat Islam butuh pelindungnya kembali yakni menegakkan kembali kehidupan Islam di bawah naungan khilafah. Menjadikan Al-Qur'an dan hadis sebagai undang-undang yang mengatur kehidupan manusia sesuai dengan fitrahnya. Oleh karena itu, pada saat ini wajib hukumnya bagi kita setiap Muslim berjuang menegakkan Islam kembali. Sebagaimana dahulu para sahabat menunda pemakaman Rasulullah sampai diangkatnya pemimpin untuk umat Muslim.
Pemimpin dalam Islam tidak akan membiarkan pihak luar menebarkan paham asing masuk ke dalam negaranya, yang mana itu akan merusak akidah kaum Muslim karena negara adalah penjaga agar syariat Islam tetap dilaksanakan secara utuh. Terlebih lagi acara tersebut terdapat banyak pelanggaran hukum syarak seperti campur baur perempuan laki-laki, syair-syair mengandung syahwat, penyebaran paham LGBT.
Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya seorang imam (kepala negara) laksana perisai, rakyat di belakangnya dan dia menjadi pelindung bagi rakyatnya.” (HR. Bukhari dan Muslim) .
Negara juga akan menguatkan peran pembinaan pada masyarakat baik itu di masjid-masjid, rumah-rumah warga, atau tempat lainnya untuk membentuk pribadi islamiah pada umat. Hal ini dilakukan untuk membentuk pola pikir dan pola sikap Islam. Selain itu kontrol masyarakat memiliki peran penting untuk mencegah terjadinya kamaksiatan karena adanya kewajiban dakwah di setiap pundak kaum Muslim yakni amar makruf nahi mungkar (mengajak kepada kebaikan dan mencegah kepada kemungkaran). Maka terlihat bahwa semua bersinergi untuk saling menuju jalan Allah baik itu negaranya, masyarakat, dan individunya. []
Oleh: Putri Cahaya Illahi
(Sahabat Tintasiyasi)
0 Comments