Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Ironi Harga Telur Ayam vs Tiket Konser Musik Oleh

TintaSiyasi.com -- Beberapa hari ini diberitakan oleh stasiun televisi nasional tentang kenaikan harga telur ayam pasca lebaran. Harga telur ayam yang fluktuatif (naik turun) di kisaran Rp 25.000 sampai Rp 27.000 per kilogram, pada faktanya cukup membuat pedagang dan pembeli di pasar tradisional kelabakan. Pedagang mengeluhkan omzet menurun, sementara pembeli mengeluhkan tentang tingginya harga telur. Padahal telur ayam adalah sumber protein hewani yang sudah menjadi kebutuhan mayoritas keluarga negeri ini. Namun di tengah tidak terjangkaunya harga pangan bagi rakyat kecil negeri ini, tiket konser-konser grup musik dunia cukup laris diserbu warga +62. Meski tiket konser tersebut dibanderol dengan harga yang tidak murah. 

CNN Indonesia (11/05/2023) melansir, Daftar harga tiket dan layout konser Coldplay di Jakarta, Indonesia resmi dirilis pada Kamis (11/5). Dalam unggahan di media sosial, promotor mengumumkan tiket akan terbagi dalam 11 kategori. Dalam unggahan di media sosial PK Entertainment, harga tiket konser Coldplay di Stadion Utama Gelora Bung Karno akan dijual mulai Rp800 ribu sampai Rp11 juta yang menjadi paket dengan harga termahal. 

Diberitakan bahwa harga tiket konser grup musik asal Inggris ini lebih mahal, jika dibandingkan dengan tiket konser girlband asal Korea Selatan beberapa waktu lalu. Sementara itu, perhelatan konser grup musik asal Inggris yang rencananya pada tanggal 15 November 2023 juga mendapat kecaman dari sekelompok umat Islam.

Beritasatu.com (13/5/2023) melansir, Rencana konser grup band asal Inggris Coldplay di Stadion Utama Gelora Bung Karno Jakarta pada November 2023 ditentang keras oleh Persaudaraan Alumni (PA) 212. Bahkan alumni 212 siap menggelar aksi besar bila konser Coldplay tetap digelar di Jakarta.
"Pemerintah harus bertindak cepat menolak konser Coldplay di Indonesia November besok. Apalagi (konser) ini dekat dengan Pemilu 2024. Penolakan ini sebagai wujud kita menjaga keutuhan bangsa," ungkap Wasekjen PA 212, Novel Bamukmin kepada awak media, Sabtu (13/5/2023).

Novel menilai, Chris Martin dan kawan-kawannya merupakan kelompok yang mendukung kampanye LGBT yang bertentangan dengan ajaran agama Islam dan juga Pancasila sebagai dasar bangsa dan negara Indonesia.

Kapitalisme-Sekulerisme Langgengkan Hedonisme 

Maraknya konser-konser musik di negeri ini, tak lepas dari adanya dukungan penguasa. Dalam hal ini, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menjadi pihak yang sangat mendukung perhelatan konser-konser musik baik grup lokal maupun mancanegara. Menurut Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno, perhelatan konser seperti ini dapat mendorong pertumbuhan sektor pariwisata. 

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno yakin, konser Coldplay ini akan meningkatkan jumlah wisatawan. "Optimistis akan meningkatkan jumlah wisatawan, membawa berkah ekonomi dan lapangan pekerjaan, khususnya bagi para pelaku event dan pelaku ekonomi kreatif," ujar dia, dikutip dari laman Instagram resmi @sandiuno. Pasalnya, penggemar Coldplay juga akan datang dari berbagai penjuru Indonesia. Pergerakan ini tentu saja berdampak untuk ekonomi, salah satunya terhadap tingkat okupansi hotel. (Sumber: kompas.com, 12/5/2023)

Permasalahan mendasar yang sedang melanda negeri ini adalah sistem atau cara pandang hidup. Meski dasar negeri ini adalah Pancasila, tetapi realitasnya Kapitalisme-Sekulerisme lah yang mendominasi pola pikir dan pola sikap masyarakat pada umumnya. Standar kebahagiaan dalam kapitalisme adalah materi (mengutamakan kesenangan jasmani). Akibatnya, segala daya upaya akan dikerahkan demi mencapai kesenangan jasmani atau duniawi. Sedangkan, sekulerisme memandang urusan agama (spiritual) dan duniawi itu terpisah. Dampaknya, manusia bebas mengekspresikan hawa nafsunya meski sudah diberikan sederet undang-undang. 

Sebagaimana fenomena perhelatan konser musik yang sangat digandrungi oleh muda-mudi bahkan generasi lanjut usia. Contohnya tentang konser grup band Coldplay. Meski masih dijadwalkan bulan November tahun ini, namun antusiasme warga +62 sangat besar. Ada yang rela membobol tabungan demi membeli tiket konser dan akomodasi, ada yang rela berhemat demi bisa merasakan euforia konser. Hal ini menunjukkan ketimpangan distribusi pendapatan (taraf hidup) yang cukup besar di tengah negeri ini. Di satu sisi, ada rakyat yang mengeluhkan mahalnya harga pangan (tidak terjangkau). Satu sisi lainnya, ada rakyat yang dengan mudahnya merogoh kocek dalam-dalam  demi hedonisme.

Hedonisme adalah paham yang menganggap kenikmatan sebagai tujuan hidup. Penganut hedonisme (kaum hedonis) merupakan orang-orang yang hidup hanya untuk mengejar kenikmatan saja. Oleh karena itu, mereka menghindari hal-hal yang tidak menyenangkan. Mereka juga mudah mengeluh ketika menghadapi berbagai kesulitan hidup.

Jadikan Islam sebagai Perubahan Hakiki

Problematika pertumbuhan ekonomi maupun aspek lainnya, akan dapat disolusikan dengan baik oleh sistem hidup shahih (benar). Kalau kita cermati dengan mendalam, Kapitalisme-Sekulerisme adalah sistem hidup fasad (rusak dan merusak). Kapitalisme-Sekulerisme tidak menjadikan aturan Ilahi sebagai pondasi dan pilar dalam membuat aturan hidup. Segala kebijakan yang ditetapkan penguasa hanya mengarah pada angka pertumbuhan ekonomi yang tidak riil.

Fakta historis membuktikan, peradaban Islam mampu menyejahterahkan seluruh rakyat. Tidak hanya sejahtera, tetapi dorongan ketakwaan akan terwujud. Penguasa dan rakyat dalam sistem shahih akan memahami bahwa hidup di dunia, tujuan dan standar kebahagiaannya adalah meraih rida Allah. Sehingga seluruh perbuatannya akan terikat dengan aturan Allah. Tidak sekedar untung-rugi maupun hedonisme.

Wahai kaum muslimin, sudah selayaknya kita kembali pada sistem hidup shahih. Agar hidup berkah, selamat dunia dan akhirat. Dan tidak ada sistem hidup shahih di dunia ini, kecuali Islam.[] Wallahu a'lam bishowab

Oleh: Happy Rohmana 
Aktivis Muslimah
Baca Juga

Post a Comment

0 Comments