TintaSiyasi.com -- Hingga kini, masih terus dilaporkan di Indonesia adanya penambahan kasus positif, sembuh, dan meninggal dunia akibat virus Corona oleh Tim Satuan Tugas atau Tim Satgas Penanganan Covid-19 di Indonesia.
Per data hari ini, Jumat (5/5/2023) ada penambahan 2.122 orang positif Covid-19.
Total akumulatifnya di Indonesia ada 6.784.170 orang terkonfirmasi positif terinfeksi virus Corona yang menyebabkan Covid-19 sampai saat ini. Data update pasien Covid-19 di Indonesia yang disebabkan virus Corona tersebut terhitung sejak Kamis 4 Mei 2023 pukul 12.00 WIB hingga hari ini Jumat (5/5/2023) pada jam yang sama atau per 24 jam (Liputan6.com, 05/05/2023).
Sejak 3 tahun lalu Covid-19 melanda dunia berawal dari China setelah itu menyebar keseluruh dunia dan menyebabkan jutaan manusia terpapar virus Covid-19 dan korban meninggal pun berjatuhan. Dunia seakan mengalami kiamat kecil. Hampir semua masyarakat takut untuk keluar rumah karena takutnya terpapar dan menjadi korban dari keganasan covid-19 tersebut.
Dan seiring berjalannya waktu masyarakat muak dengan kondisi yang tidak ada kejelasan batas waktu virus tersebut akan berakhir dan masyarakat dipaksa untuk mematuhi semua kebijakan pemerintah walaupun kebijakan tersebut cenderung dipaksakan dan tidak tepat sasaran walaupun dana yang digelontorkan lumayan besar. Dan masih banyak kebijakan-kebijakan yang merugikan masyarakat.
Kebijakan PSBB yang tidak jelas aturannya serta bantuan yang tidak tepat sasaran menjadi lahan basah untuk korupsi bagi para pejabat. Dari virus covid-19 tersebut negara dirugikan trilyunan rupiah dan para pengusaha farmasi diuntungkan dari virus tersebut. Setiap perjalanan menggunakan kendaraan umum harus memiliki sertifikat vaksin dll akhirnya masyakarat mau tidak mau harus melakukan vaksin dan ternyata perusahaan-perusahaan farmasi tersebut milik para pejabat.
Bagaimana mungkin masyarakat tidak merasa dimanfaatkan dan dibohongan selama pandemi tersebut. Jika kita lihat di beberapa negara Eropa mereka tidak lama dalam mengalami pandemi karena sungguh-sungguh dalam penanganannya dan saat ini mereka sudah bebas covid bahkan sudah tidak diperlakukan persyaratan vaksin jika berpergian.
Sedangkan Indonesia seolah-olah virus tersebut terus menyerang masyakarat dan virus pun pilih-pilih momen kapan virus tersebut akan muncul tergantung kepentingan dari para pengusaha farmasi kapan mereka akan meluncurkan produknya. Masyarakat mulai tidak perduli denga napa yang terjadi saat ini karena mereka sudah merasa lama di permainkan oleh system ini.
Jika benar negara menghargai nyawa masyarakat secara otomatis mereka akan gerak cepat dalam memutus mata rantai virus covid-19 supaya tidak meluas dan mewabah. Faktanya negara kurang tegas dalam menghentikan masuknya virus tersebut. Sehingga pundi-pundi keuntungan dari mewabahnya virus dinikmati segelintir orang yang menggerakkan roda pemerintahan negeri ini. Menjadi keniscayaan dalam sistem kapitalis, yaitu menjadikan orientasi pada keuntungan ekonomi.
Berbeda dengan sistem Islam, nyawa sangat berharga dan akan dijaga oleh negara, bagi negara semua makhluk yang bernyawa adalah tanggungjawab pemerintah maka keselamatan mereka akan dijamin oleh negara, seperti yang pernah dilakukan oleh Amirul mukminin Umar Bin Khattab Ketika terjadi wabah maka wilayah tersebut ditutup supaya tidak menyebar ke wilayah lain dan tidak memakan banyak korban.
إذا سَمِعْتُمْ بالطَّاعُونِ بأَرْضٍ فلا تَدْخُلُوها، وإذا وقَعَ بأَرْضٍ وأَنْتُمْ بها فلا تَخْرُجُوا مِنْها
“Apabila kalian mendengar wabah thaun melanda suatu negeri, maka janganlah kalian memasukinya. Adapun apabila penyakit itu melanda suatu negeri sedang kalian-kalian di dalamnya, maka janganlah kalian lari keluar dari negeri itu.” (HR Bukhari dan Muslim). Wallahu a'lam bishshawab.[]
Oleh: Lutfiatul Khasanah
(Pendidik)
0 Comments