Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Antara Hawa Ekstrem dan Sistem Hidup Fasad

TintaSiyasi.com -- Dunia sedang `sakit`, hawa panas ekstrem mencengkeram kulit. Makhluk hidup merasakan kondisi alam tak normal seperti sediakala. Ada apakah gerangan? Apakah ini karena rusaknya ekosistem alam ciptaan Allah Ta'ala? Hawa panas ekstrem yang akhir-akhir ini mendera dunia, tentu patut menjadi evaluasi bagi manusia. Apa gerangan akar masalah penyebabnya.

Dilansir dari CNBC Indonesia (26/4/23)  gelombang panas ekstrem yang melanda wilayah Asia mencuri perhatian Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati. Menurutnya fenomena iklim ini turut melanda tanah air meski tak seburuk negara lain.

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Indonesia melaporkan Badan Meteorologi di negara-negara Asia seperti Bangladesh, Myanmar, India, China, Thailand, dan Laos telah melaporkan kejadian suhu panas lebih dari 40°C.

"BMKG menyebut semenjak pekan lalu hingga hari ini, hampir sebagian besar negara-negara di Asia Selatan masih terdampak gelombang panas atau "heatwave"," kata Sri Mulyani dikutip dari akun instagramnya, Rabu (26/4/2023).

Dari catatan gelombang panas itu, Kumarkhali, kota di distrik Kusthia, Bangladesh menjadi daerah terpanas dengan suhu maksimum 51,2° C pada 17 April 2023. 10 kota terpanas di Asia sebagian besarnya berada di Myanmar dan India.

"Di Indonesia, suhu maksimum harian mencapai 37,2°C di stasiun BMKG di Ciputat pada pekan lalu, meskipun beberapa lokasi berada pada kisaran 34°C - 36°C hingga saat ini," ujar Sri.

Sejak lama, sebetulnya Sri Mulyani sudah berulang kali menyoroti dampak perubahan iklim terhadap perekonomian dunia. Misalnya, dalam Seminar Strategi Capai Ekonomi Kuat & Berkelanjutan di Tengah Risiko yang diadakan BKF Kementerian Keuangan akhir tahun lalu.

Sri Mulyani memaparkan bahwa produksi karbondioksida (CO2) mengancam iklim. Jika produksi karbon lewat kegiatan ekonomi semakin besar, akhirnya dunia akan menghangat. Kondisi ini memicu global warming.

"Musim kering bisa panjang dan bisa kebakaran hutan. Musim hujan jadi ekstrem sampai longsor dan banjir. Itu mengancam manusia dan ekonomi," tegasnya.

"Kalau perekonomian dan kegiatan manusia memproduksi CO2 terlalu banyak dan no body care itu disebut sebagai market failure. Nyata-nyata ini bisa membahayakan dunia, namun tidak ada yang bisa mengoreksi," ungkap Sri Mulyani.

Rusaknya Alam Disebabkan Sistem Hidup Fasad

Telah jelas bahwa berkurangnya pepohonan akibat penggundulan hutan dan dibuka untuk berbagai macam proyek bisnis berdampak pada berkurangnya produksi oksigen di dunia ini. Parahnya lagi, tidak ada program reboisasi (penghijauan) yang berkelanjutan.

Hutan hujan yang biasanya digunakan untuk menyimpan air, kini tidak bisa berfungsi dengan baik. Diakibatkan semakin sedikitnya keseimbangan dalam penyerapan. Debit air melimpah saat musim hujan, namun minim lahan hijau. 

Selain itu, tidak berfungsinya hutan dengan baik menyebabkan tanah longsor dan banjir. Fenomena ini berkelanjutan dengan ekosistem yang ada di sekitarnya, yaitu rusaknya lingkungan, rusaknya ekosistem hewan, pepohonan dan lain-lain.

Bahkan bisa menyebabkan rusaknya lahan pertanian yang diakibatkan oleh banjir dan tanah longsor. Akibatnya akan berpengaruh di berbagai sektor. Misal karena banjir dan berkurangnya produksi pertanian, tentu akan berdampak pada mahalnya bahan pangan. Ketahanan tubuh akan berkurang dan kesehatan manusia akan terancam jika sampai kekurangan makanan. 

Semua persoalan ini semakin menguat, karena sistem kapitalisme sekularisme yang digunakan oleh mayoritas masyarakat dunia. Kapitalisme sekularisme adalah sistem hidup yang fasad (rusak dan merusak). Asas dalam kapitalisme sekularisme adalah manfaat, yakni dengan biaya sekecil-kecilnya bisa menghasilkan keuntungan yang sebesar-besarnya. 

Walhasil, terjadilah eksploitasi alam  habis-habisan termasuk menghasilkan produk-produk canggih tetapi mengancam keseimbangan alam. Perilaku rakus para pemilik modal (kapital) dan kebijakan penguasa yang pro terhadap para kapital terbukti merusak ekosistem dunia. Lantas, masihkah kita bertahan dengan cara pandang hidup ala kapitalisme sekularisme?

Hanya Islam Solusinya

Sudah jelas bahwa mementingkan keuntungan tanpa memperhatikan keberlangsungan lingkungan akan merusak alam. Berbeda halnya dengan cara pandang hidup Islam. Sistem hidup yang menerapkan Islam sangat terperinci dalam pemeliharaan lingkungan hidup.

Akan ada satu komando yang mengatur segala ketentuan mengenai pengelolaan alam. Tidak akan ada penebangan hutan demi kepentingan bisnis.
Penebangan pohon akan dipilih sesuai dengan umur pohon dan akan ada proses penanaman hutan kembali (reboisasi), sehingga hutan tidak akan gundul. Flora dan fauna juga akan dilindungi karena mereka merupakan ciptaan Allah yang harus dijaga.

Jika terjadi kecurangan maka akan ada hukuman yang membuat jera para pelaku perusakan hutan. Allah SWT berfirman:

{ ظَهَرَ ٱلۡفَسَادُ فِي ٱلۡبَرِّ وَٱلۡبَحۡرِ بِمَا كَسَبَتۡ أَيۡدِي ٱلنَّاسِ لِيُذِيقَهُم بَعۡضَ ٱلَّذِي عَمِلُواْ لَعَلَّهُمۡ يَرۡجِعُونَ }

Artinya: Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).(Surat Ar-Rum: 41).
Wallahu a'lam bishshawab.

Oleh : Venny Hartiyah
(Sahabat Tintasiyasi)
Baca Juga

Post a Comment

0 Comments