Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

“Safari Gemar Ikan“ Bukan Solusi Atasi Stunting


TintaSiyasi.com -- Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia (Menko PMK) Muhadjir Effendy mengatakan, pemerintah daerah perlu terus menggencarkan kampanye untuk mengajak masyarakat gemar makan ikan guna mencegah dan menurunkan prevalensi stunting.

“Ikan memiliki kandungan protein hewani yang sangat tinggi yang sangat diperlukan untuk mendukung perkembangan otak anak,” kata Muhadjir dalam keterangannya di Jakarta, Minggu (12/3/2023). Muhadjir menambahkan bahwa konsumsi protein hewani sesuai kebutuhan harian anak merupakan salah satu upaya mencegah terjadinya stunting (tirto.id, 12 Maret 2023).

Berbagai ide dilontarkan di negeri ini dalam mengatasi masalah stunting. Terbaru adalah seruan untuk gemar memakan ikan. Pemerintah seolah lupa bagaimana kondisi masyarakat dalam mendapatkan protein hewani termasuk ikan. Bagi daerah-daerah tepi pantai atau sungai mungkin masih bisa mengupayakan memancing ataupun menambak ikan secara mandiri.

Namun bagaimana dengan masyarakat yang jauh dari perairan? Yang mana pasti harga ikan tidaklah murah. Tentunya ini akan menjadi suatu hal sulit untuk diwujudkan ditengah gempuran ekonomi yang tak menentu. Harga-harga mengalami kenaikan, baik untuk harga bahan pokok, bahan bakar, biaya pendidikan, kesehatan dan biaya lainnya. Ditambah dengan sulitnya mendapatkan perkerjaan dengan gaji yang mumpuni untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Terlebih menjelang bulan Ramadhan dan saat bulan Ramadhan berlangsung, kenaikan harga menjelang Ramadhan seolah merupakan fenomena tahunan yang terus berulang. Hal ini dapat terjadi karena adanya pihak-pihak yang bermain curang dengan menimbun atau memmonopoli perdagangan barang tertentu. Fenomena yang terus terjadi ini sejatinya menunjukkan kegagalan negara dalam menjaga stabilitas harga dan menyediakan pasokan yg cukup sesuai kebutuhan rakyat.

Dalam safari gemar ikan ini, ikan-ikan memang disediakan secara gratis. Namun mencegah stunting perlu waktu yang cukup lama untuk memberikan asupan gizi. Tidak bisa dilakukan dengan cara instan dalam jangka waktu yang singkat.

Penyuluhan yang dilakukan oleh petugas-petugas yang turut bekerja sama dalam safari gemar ikan layaknya sebuah himbauan tanpa makna, sebab setelah dilakukan penyuluhan masyarakat mungkin sadar akan pentingnya protein hewani dalam memenuhi kebutuhan gizi bagi tumbuh kembang anak, mulai dari sejak di dalam kandungan hingga anak-anak tumbuh dan berkembang sesuai dengan usianya dan pastinya seluruh kebutuhan gizinya dapat terpenuhi.

Namun, dalam implementasinya tidaklah semudah teori dalam penyuluhan, karena kembali pada persoalan awal yaitu persoalan ekonomi masyarakat yang tidak stabil dan ketidak seriusan negara dalam mengatasi problematika umat.

Islam dengan berbagai mekanisme yang ada sangat peduli terhadap generasi. Negara menjadikan generasi sebagai calon pemimpin umat sehingga negara menyediakan berbagai macam kebijakan untuk mencetak generasi berkualitas termasuk mencegah terjadinya stunting.

Masalah stunting merupakan masalah yang urgen, sebab keberadaannya yang berpengaruh terhadap masa depan baik generasi itu sendiri maupun bangsa ini. Oleh karenanya kita membutuhkan sistem Islam, dengan menerapkan semua aturannya dalam negara (khilafah). 

Sistem ini terbukti mampu menyelesaikan berbagai masalah pada masanya selama 13 abad. Islam memiliki alternatif untuk menghentikan masalah gizi yang berkepanjangan serta menyelesaikannya dengan tuntas (kalosaranews.com, 9 Februari 2021).

Beberapa kebijakan yang diterapkan oleh khilafah, yaitu:

Pertama, menjamin ketahanan pangan dengan optimalisasi produksi, yaitu mengoptimalkan seluruh potensi lahan untuk melakukan usaha pertanian berkelanjutan yang dapat menghasilkan bahan pangan pokok. Kemudian, mengadaptasi gaya hidup, agar masyarakat tidak berlebih-lebihan dalam konsumsi pangan. Selain berpotensi merusak kesehatan juga akan meningkatkan persoalan limbah serta potensi mubazir.

Selain itu diperlukan manajemen logistik, dimana masalah pangan beserta yang menyertainya seperti masalah irigasi, pupuk, dan anti hama sepenuhnya dikendalikan oleh pemerintah yaitu dengan memperbanyak cadangan saat produksi berlimpah dan mendistribusikannya secara selektif pada saat ketersediaan mulai berkurang. Sehingga pangan tetap terjamin saat persediaan mulai menipis.

Kedua, menjamin kesehatan dan pelayanan berkualitas seperti pola baku sikap dan perilaku sehat, lingkungan sehat dan kondusif, pelayanan kesehatan yang memadai dan terjangkau, serta kontrol efektif terhadap patologi sosial. 

Kebijakan kesehatan Khilafah juga diarahkan bagi terciptanya lingkungan yang sehat dan kondusif. Tata kota dan perencanaan ruang akan dilaksanakan dengan senantiasa memperhatikan kesehatan, sanitasi, drainase, keasrian, dan sebagainya.

Pelayanan kesehatan pun gratis diberikan oleh Khilafah yang dibiayai dari kas Baitul Mal. Adanya pelayanan kesehatan secara gratis, berkualitas dan diberikan kepada semua individu rakyat tanpa diskriminasi jelas merupakan prestasi yang mengagumkan.

Negara juga wajib mengadakan pabrik yang memproduksi peralatan medis dan obat-obatan; menyediakan SDM kesehatan baik dokter, apoteker, perawat, psikiater, penyuluh kesehatan dan lainnya. 

Jika semua daya upaya telah dilakukan khalifah (pemimpin negara) untuk menjamin lingkungan sehat dan kesehatan masyarakatnya, tentu keberadaan stunting minim terjadi dalam khilafah.

Begitulah kesempurnaan Islam dalam menyelesaikan masalah yang tengah didera umat manusia saat ini, menjamin kehidupan yang layak dan manusiawi. Sebaliknya, selama Islam tidak diadopsi dalam kehidupan secara kaffah (menyeluruh) maka selama itu pula manusia akan tetap menemukan kesengsaraan dalam hidupnya. Wallahu a’lam. []


Oleh: Marissa Oktavioni, S.Tr.Bns.
Aktivis Muslimah
Baca Juga

Post a Comment

0 Comments