Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Riset untuk Menuntaskan Problem Mendasar atau demi Kepentingan Pasar?


TintaSiyasi.com -- Moeldoko selaku Kepala Staf Kepresidenan menyampaikan bahwa perguruan tinggi perlu terus melakukan riset di bidang ketahanan pangan dan energi melalui Tri Dharma Perguruan Tinggi kepada masyarakat. Dikutip dari media online Liputan6 beliau pun menguatkan dengan pernyataan bahwa, "Dunia saat ini tengah menghadapi tiga masalah besar, yakni krisis pangan, krisis energi dan krisis keuangan," ujarnya saat kuliah umum “Ketahanan Pangan dan Energi Untuk Indonesia Maju” di Gedung Auditorium Universitas Jember, Jumat (24/3/2023).

Di samping itu beliau pun memahami bahwa banyak hasil riset yang belum teraplikasikan. Menurutnya hal itu karena beberapa faktor, salah satunya belum adanya kerja sama antara pihak swasta sebagai pengembang dengan institusi pendidikan tinggi itu sendiri. Beliau mengatakan, "Sektor swasta perlu diajak bekerja sama untuk mengembangkan hasil riset para peneliti perguruan tinggi. Jadi dari kerja sama badan usaha dan perguruan tinggi ini, apa yang dilakukan oleh para peneliti bisa dinikmati oleh masyarakat umum, sehingga hasil risetnya punya daya ungkit yang baik di masyarakat." (Republika, 24/3/2023).


Riset Mengikuti Keinginan Pasar

Faktanya hari ini, riset lebih banyak mengikuti keinginan pasar. Dengan begitu menguatkan kerja sama pentahelix yaitu untuk mengatasi masalah dengan melibatkan lintas sektor dengan berbagi peran. Tetapi pada realitanya hal ini lebih banyak memberikan keuntungan kepada korporasi dibanding masyarakat secara menyeluruh.

Maka perlu kontrol serius dari negara terkait riset ini agar diarahkan untuk dapat menuntaskan problem mendasar di tengah masyarakat. Perlu penggalian problem mendasar yang terjadi di tengah masyarakat, dengan itu upaya riset akan diarahkan sesuai kebutuhan, bukan hanya formalitas atau keuntungan pihak tertentu semata.

Belum lagi, hari ini banyak praktisi pendidikan yang belum memahami urgensi dari riset itu sendiri, acuan melakukan riset sering hanya sebatas perintah secara terstruktur dari kampus atau instansi tanpa memahami problem yang akan atau sedang dibenahi. Alhasil yang tertuang di tengah masyarakat hanya solusi serba tanggung yang tak menyolusi. 

Hal ini juga diperkuat dari landasan berpikir pihak pelaku riset dan pihak pengarah yang tidak jarang masih jauh dari solusi tuntas umat manusia. Sebagaimana di dalam Islam landasan dalam berpikir dan bersikap tentunya sesuai yang tercantum di dalam Al-Qur'an dan As-Sunnah. Dengan itu standar problematika, standar riset dan standar pencapaian solusi akan berada dalam koridor hukum syara. Tentu dengan itu, kepentingan umat menjadi tujuan terpenting dan di dalam proses pastinya tidak akan ditemukan ide atau gagasan di luar Islam yang keliru.
Tetapi saat ini, landasan berpikir dan bersikap didominasi oleh standar ideologi kapitalisme sekuler. Dengan itu, landasan dalam melihat problematika umat, standar riset dan standar pencapaian solusi akan berada sesuai ide-ide ideologi tersebut. Yaitu terkontaminasi dengan asas materi, kepentingan sebagian pihak dan juga memisahkan pada prosesnya urusan agama dari kehidupan. Yang padahal agama itu sebagai petunjuk yang dapat mengarahkan pada pemecahan problematika secara mendasar. 


Islam Menuntaskan Problem Mendasar

Di dalam Islam, riset akan terdorong dan berfokus pada kepentingan umat. Maka, dahulu saat kekhilafahan didapati banyak sekali ilmuwan Islam. Mereka dengan kecerdasannya, kegigihannya dan keterikatannya pada hukum syara memberikan hasil yang sesuai dengan kebutuhan umat. 

Sebagai contoh ada Al Khawarizmi yang bergelut di bidang matematika, geografi, astronomi dan lainnya. Ada juga Abu Nasr Al-Farabi seorang filsuf, matematikawan dan ahli kosmologi Muslim. Tak ketinggalan Ibnu Sina yang bahkan dikenal di Barat. Buku-buku beliau digunakan Universitas abad pertengahan sebagai penunjang standar medis, bahkan beliau menjadi dokter paling terkenal di zaman keemasan Islam oleh para sejarawan karena pengaruhnya yang luar biasa. Tak terhenti di situ, masih banyak lagi ilmuwan Muslim di sistem Islam yang dengan penelitiannya mampu menghiasi peradaban yang gemilang nan bermanfaat dari masa ke masa.


Semua Perlu Peran Negara

Dengan melihat kilas balik ilmuwan Islam di atas, itu menunjukkan peran negara sangat penting untuk menunjang kualitas dari para praktisi pendidikan. Saat ini bagaimana akan sampai pada banyaknya penggalian ilmu dan penerapan di tengah umat jika landasan dan struktur pemantiknya masihlah lemah.

Negara sebagai pihak terpenting memiliki peran besar untuk merealisasikan itu semua, apabila landasan negara ada yang keliru dan tak menyeluruh maka akan tercurahkan pula pada upaya yang dihasilkan. Dengan semua itu, perlu landasan terbaik di dalam negara sebagai konstruksi yang kuat sebelum nantinya dialirkan pada kebijakan yang dihasilkan, upaya perbaikan dan kepekaan akan urgensi problem yang mendasar.

Landasan terbaik dari itu semua hanyalah Islam. Islam sebagai sistem yang melahirkan peraturan dan arah bagi setiap pola pikir dan pola sikap umatnya. Dengan itu, umat akan terkondisikan dan difasilitasi dengan standar yang kuat dan sesuai kebutuhan umat. Tak akan ada lagi kesalahan akan makna dari urgensi riset, riset akan sesuai dengan kebutuhan umat dan riset akan berkembang dengan optimal bersamaan dengan landasan Islam yang tak ada cacat sedikitpun di dalamnya. Mengapa demikian? Karena Islam dan aturannya berasal dari Allah SWT yang tak ada sedikitpun kelemahan dari-Nya. Siapa saja yang menjalankan maka ia akan diarahkan pada solusi. Dan untuk sampai pada menuntaskan problem mendasar haruslah dengan diterapkannya Islam secara menyeluruh di bawah naungan kekhilafahan sebagaimana yang Rasulullah SAW contohkan. 

Dengan demikian, riset akan menjadi unggul dan mandiri tanpa berfokus pada kepentingan segelintir pihak semata. Semua atas dasar kepentingan umat secara total dan dibarengi ketaatan pada Ilahi Rabbi sebagai pengontrol langkah kedepan.

Wallahu a’lam. []


Oleh: Rifdah Reza Ramadhan, S.Sos.
Aktivis Muslimah
Baca Juga

Post a Comment

0 Comments