Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Rektor Terjerat Korupsi, Bagaimana Kabar Kampus Kita?


TintaSiyasi.com -- Korupsi kembali menjerat salah satu rektor universitas ternama di Bali. I Nyoman Gede Antara, sebagai Rektor UNUD telah ditetapkan sebagai tersangka kasus penggelapan SPI mahasiswa baru UNUD. Uang hasil sumbangan mahasiswa ini ditilepnya hampir 2 Miliar, yakni 1.8 M (detiknews.com, 17/3/2023).

Sontak ini menambah daftar panjang kasus korupsi di kalangan akademisi. Setelah kasus korupsi di UNILA pada 19/8/2022, UNAIR pada 30/3/2016, dan UIN Suska Riau pada 18/1/2023 (nasional.tempo.co, 15/3/2023). Tak tanggung-tanggung, pemimpinnya sendiri yang melakukan. Maka tak heran, ada bawahannya juga akan melakukan hal yang sama.

Di sisi lain, kabar masjid di beberapa kampus ternama juga dikabarkan sepi dari kajian atau aktivitas mahasiswa. Sebut saja salah satunya, yakni aktivitas di masjid Ukhuwah Islamiyah di kampus UI, yang tidak seramai seperti biasanya (republika.id, 15/3/2023). Meski hanya shalat berjamaah pun jarang terlihat lagi di sana. Ada anggapan bahwa pengurus masjid tidak mau dibebankan dengan tudingan-tudingan miring terkait aktivitas pengajian atau sekadar perkumpulan mahasiswa. Islamofobia dan anggapan radikal terus saja diluncurkan pada mereka.

Lantas kita saksikan pula para sarjana alumni kampus ternama, para pejabat pemerintah, pemegang kekuasaan, aktivis penegak keadilan, makin terang-terangan terlibat transaksi haram bernilai miliaran bahkan triliunan rupiah. Tentu ini terjadi bukan karena mereka kurang pintar, tetapi kesadaran iman yang sudah hilang.

Gaya hidup yang semakin tinggi dan kedudukan mereka membuat kesempatan korupsi terbuka lebar. Kondisi tempat kerja dan tuntutan sekitar juga menjadi faktor tambahannya. Semua terjadi secara tersistem. Jika tak mau, maka terlemparlah ia dari lingkar tersebut.

Meski demikian, di luar sana pasti masih ada pegawai pajak, bea cukai, PNS, polisi, tentara, jaksa, dan para pimpinan yang takut untuk melakukan tindakan kecurangan ini. Barang sedikit pun mereka tak akan mengambil yang haram semata-mata karena mereka takut karena ada Allah yang mengawasi. Bergetar hati mereka ketika melihat teman sejawatnya melakukan tindakan terlarang ini. Basah bibir mereka dengan zikir untuk menjaga dirinya supaya terhindar dari perbuatan dosa.

Sejak dulu kita sadar bahwa landasan terkuat memegang nilai dan moral perbuatan adalah karena ada iman. Iman yang membawa kita pada perbedaan amal, menegaskan mana yang halal dan haram. Iman menunjuki kita bahwa ada Allah yang Maha Mendengar, Maha Melihat, Maha Mengawasi dan Dia pula yang akan memberi balasan, sekecil apa pun perbuatan itu.

Kita geram melihat moralitas ambruk. Tetapi kenapa kita biarkan masjid dan pengajian kian terpuruk? Bukankah korupsi lebih menyeramkan daripada pengajian? Bukankah kerusakan generasi lebih berbahaya daripada aktivis muslim penggerak generasi?

Maka, perlu disadari bahwa kabar kampus sedang tidak baik-baik saja. Sistem pendidikan yang diterapkan hanya menghasilkan generasi yang menjalankan proyek liberalisasi ala Barat. Kampus menjadi ladang besar dalam mensekulerkan generasi. Dan tidak akan mungkin tercipta generasi yang peduli agama kalau mereka dididik dengan sistem yang mengerdilkan peran agama.

Oleh karena itu, di sinilah perlunya sistem pendidikan Islam yang memegang peranan penting dalam mendidik generasi Islam. Dalam Islam, dasar terkuatnya adalah akidah. Tujuan tertingginya adalah membangun generasi yang berkepribadian Islam, yang sadar bahwa selain menguasai ilmu kehidupan, mereka juga sadar harus mengaitkannya dengan ilmu akhirat. []


Oleh: Maulinda Rawitra Pradanti, S.Pd.
Aktivis Muslimah
Baca Juga

Post a Comment

0 Comments