Didalam pergaulan saat ini kita mulai merasakan khususnya generasi muda akan munculnya label-label diskriminatif yang melekat pada masyarakat. Ada orang kaya dan miskin, ada cantik dan buruk rupa ada sukses dan biasa-biasa saja. Dua label itu seperti dua kutub yang tidak bisa dipersatukan. Yang satu dinilai positif sedangkan yang satu dinilai negatif. Label ini dibentuk oleh nilai standart dan aturan yang diterapkan oleh sistem saat ini, yang akhirnya dianut oleh masyarakat.
Kita pun sebagai umat Islam akhirnya dipaksa oleh standard nilai, aturan yang berasal dari ideologi kapitalis yang bukan bersasal dari islam yang akhirnya kita banyak merasakan dampak buruk dengan adanya label-label diskriminatif seperti ini. Kehidupan kapitalis sekuler ini memandang bahwa orang yang istimewa atau memiliki previlage yaitu orang yang kaya, cantik, tampan, punya posisi, terkenal adalah modal untuk hidup sukses.
Namun sebaliknya, bagi orang yang miskin, buruk rupa, biasa-biasa aja, tidak terkenal, maka dipastikan hidupnya sengsara. Sehingga kehidupan kapitalis mengajarkan bahagia atau sukses tidaknya itu ditentukan oleh materi. Sehingga wajar jika muncul ungkapan-ungkapan ditengah anak-anak muda saat ini “duh enak banget ya yang punya privillege hidupnya jadi gampang sukses, dari lahir udah glowing, terkenal, anak sultan”. kita sebagai seorang muslim harus paham sebenarnya privilage yang benar disisi Allah itu seperti apa?
Dan bagaimana hal ini tidak menimbulkan problem dalam interaksi sosial. Islam memandang bahwa yang paling mulia adalah yang paling taat atau yang paling bertaqwa kepada Allah SWT.
Seperti didalam firman Allah disurat Al –Hujurat ayat 13 yang artinya: “Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”
Jadi orang yang punya privillege disisi Allah adalah orang yang paling taat dan takut kepada Allah SWT. Dia yang paling bersegera melakukan yang wajib dan mengutamakan yang sunnah. Dia takut kepada Allah sehingga menjauhi segala larangan dan segala perbuatan yang melalaikannya pada ketaatan kepada Allah SWT. Dengan melakukan berbagai hal perintah Allah akan menimbulkan bahagia dan ketenangan dalam jiwa. Karena dalam islam privilage tertinggi ialah ketika Allah rida kepada kita. ridhoNya Allah diberikan kepada orang-orang yang taat.
Maka kebahagiaan itu bukan soal material tapi soal mindset atau soal pemahaman dan soal komitmen sehingga bagi orang yang sudah mendapatkan keridaan Allah pasti akan mendapatlan kebahagiaan yang hakiki. Sehingga dalam kondisi apapun dia tetap tenang dan menjadi hamba yang taat dan selalu bersyukur kepada Allah SWT.
Jadi yang menyebabkan hidup kita mulia adalah iman. Dengan mengingat Allah hati menjadi tenang. Kehidupan yang bahagia dan tenang sesungguhnya sudah ditunjukkan oleh Allah melalui kisah umat Islam terdahulu. Dalam kehidupan didunia ini mereka berlomba-lomba dalam melakukan kebaikan/amal sholih.
Bukan berlomba-lomba banyak harta, kolega atau lainnya. Demikian kita melihat profil para generasi salaf sholih mereka jelas mendapatkan kemudahan urusan hidup dari Allah SWT dengan meraih kebahagiaan yang hakiki yaitu mendapat RidhoNya.
Bahkan Allah menjamin seorang hambaNya yang taat akan diberi kebahagiaan dunia dan akhirat. Untuk itu, tugas kita semua untuk mengembalikan profil kehidupan orang-orang yang salih, mengembalikan umat Islam menjadi umat yang terbaik di bumi dan menjadi umat yang menyelamatkan kehidupan kemanusiaan sehingga mendapatkan jannah disyurga nanti.
Wallahu a’lam bishawab
Oleh: Yuli Hemamalini, A.Md.Par.
Aktivis Muslimah
0 Comments