Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Pemuda Harus Punya Pola Sikap dan Pikir ala Rasulullah

TintaSiyasi.com -- "Masyaallah, keren abis! Cakep banget! Luar biasa!" 

Kesan yang kuberikan pada acara "Standa Up To Jannah" yang diadakan Ahad, 25 Ramadhan 1444 H. Eh, ternyata enggak hanya aku aja. Hampir semua netizen bilang acara kali ini membuat semua mata melek, pikiran on, dan gerak langkah dalam ber-Islam kaffah makin mantap. Why? Because, materi yang disampaikan para pembicara semuanya cetar membahana. 

Aku duduk manis di depan layar LCD bersama sahabat lintas generasi dari Kota Batu. Bolpoin dan notebook disiapkan sebagai senjata mengikat ilmu. Lanjut, on going menyimak keseruan acara. 

Dua MC kawakan Mas Diaz dan Mas Rangga mengawal acara dengan guyonan dan gaya gaul yang santui. Keduanya memperkenalkan lima pembicara lintas generasi yang kiprahnya di dunia maya dan nyata enggak abal-abal. Lanjut, satu per satu pembicara naik panggung dengan background lampu sorot yang oke punya. 

Alfatahar seorang influencer muda mewakili Gen-Z maju. Dia berbincang dengan gayanya yang asyik tentang generasi muda saat ini yang jauh dari Allah. Padahal, jika ingin saleh harus punya circle pergaulan yang saleh pula. 

Dia mengungkapkan pemuda kudu punya pola pikir dan sikap sesuai yang Rasulullah ajarkan. Ia pun mengajak generasi muda untuk mengenali jati dirinya sebagai seorang Muslim. Ia memberikan nasihat yang cetar, "Mulailah bangkit dari semua keterpurukan! Kita punya Allah. So, jadikan Al-Qur'an sebagai pedoman hidup kita!" 

Terakhir, satu kalimat penutup membuat netizen berpikir jawaban yang tepat, "Kemenangan Islam itu pasti. Pertanyaannya, dalam keadaan apa dan siapa saat kita menyambutnya?" 

Mic beralih pada seorang Tiktoker yang postingannya selalu FYP. Kerennya bukan konten joget yang alay yang disampaikan. Aab Elkarimi seorang content creator Muslim yang membawakan Islam kaffah sebagai konten terbaiknya. 

Ia mengungkapkan ruh dunia digital adalah konten. Dunia digital memiliki 4 bagian paling penting yakni source, massage, channel, dan resifer. Bagi seorang Muslim jelas source alias sumber adalah Al-Qur'an dan As-Sunnah. Massage alias pesannya pun jelas dan pasti yakni Islam. Untuk channel bisa berubah seiring perkembangan teknologi informasi dan komunikasi alias dunia digital itu sendiri. Terakhir, resifer alias penerima pesan adalah orang yang menjadi target konten. 

"Dunia digital dibiarkan tanpa moralitas akan berbahaya," ungkapnya. Sehingga, ia menyarankan pada netizen untuk mengenali objek dakwah, aturan main dunia digital sebagai media dakwah, dan bagaimana cara mengemas konten dengan baik. 

Terakhir, dengan lantang ia mengingatkan, "Kita harus terlibat ngonten mulai dari sekarang." 

Panggung diserahkan pada seorang Muslim berperawakan nyentrik. Founder Real Masjid yang menamakan dirinya James Bond alias Penjaga Masjid dan Penyuka Abon. Sungguh, perut dibikin mulas dengan tampilannya yang unik dan kocak. Namun, tutur katanya padat berisi kebaikan. 

Mas Nanang mengungkapkan tentang Muslim musiman yang menjadi fenomena di bulan mulia. Saat Ramadhan ia taat, saat bulan suci ini pergi kembali maksiat. Padahal, Allah memerintahkan kita untuk ber-Islam kaffah, bukan setengah-setengah. 

"Masuk Islam harus kaffah, jangan setengah-setengah. Karena yang setengah-setengah enggak enak. Betul?" tanyanya, diiyakan oleh peserta di studio dengan tawa yang renyah. 

Ia pun mengungkapkan bahwa Rasulullah meng-install para sahabatnya dengan Islam kaffah di Masjid. Hingga para sahabat menjadi orang yang militan dalam perjuangan. 

Terakhir, ia menutup ucapannya, "Salam JKDN, Jangan Kau Duakan Diri-Nya!" 

Pembicaraan dari Masjid beralih membicarakan tentang seni. Seorang seniman muslim dengan akun IG doniriw memperbincangkan seni dari sudut pandang non-Muslim vs nonkafir. Istilah unik ya?

"Kita sering mendengar mempelajari Islam itu dari akar sampai daun. Akarnya apa? Akidah. Daunnya apa? Syariat," ungkapnya. Lalu, ia mengungkapkan pula bahwa tanaman ada bunganya. Ia mempertanyakan bunganya apa. Semua belum mampu menjawab. Hingga ia menjawab sendiri bahwa bunga peradaban adalah seni. 

Ia merasa miris saat ini seni nonkafir malah berkiblat pada non-Muslim. Padahal, dulu di era kejayaan Islam seniman non-Muslim berkiblatnya pada nonkafir. Oleh karena itu, butuh support sistem untuk mengembalikan Muslim dengan standar Islam dalam kehidupan pun berkesenian.

Bisnis, ngaji, dan dakwah adalah prinsip pembicara terakhir. Seorang pengusaha yang di awal pembicaraannya langsung menawarkan dua pilihan pada audience

"Jika disuruh milih, mau milih 5 miliar atau bahagia?" 

Kujawab bahagia. Ternyata hasil survei membuktikan rata-rata orang memilih bahagia. Padahal ia mengungkapkan bahwa sebenarnya ketika kita menjadi seorang Muslim adalah kebahagiaan. Sayangnya, banyak yang tak menyadarinya. 

Ia pun mengungkapkan bahwa Islam tidak akan sempurna jika ada yang tidak diterapkan. Maka, tugas kita menyempurnakan karena Allah telah siap memberikan reward berupa surga. []


Oleh: Choirin Fitri
Penulis Buku Gen-Q Kece Badai
Baca Juga

Post a Comment

0 Comments