Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Pemanfaatan Hasil Riset, demi Negara atau Korporat?

TintaSiyasi.com -- Seiring perkembangan zaman, kemajuan teknologi pun kian pesat.  Hampir sebagian penduduk di seluruh dunia termasuk Indonesia pun sudah menikmati kemajuan teknologi Dengan adanya teknologi bisa mempermudah orang untuk melakukan berbagai aktivitas sehingga lebih efesien.

Namun dibalik kemajuan teknologi, masih ada persoalan yang belum terselesaikan. Ya, persoalan tentang pemanfaatan hasil teknologi. Banyak riset teknologi yang dihasilkan di berbagai kalangan terutama kalangan akademis namun berhenti di meja laci kampus. Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko pun menyampaikan kritiknya terhadap hasil penelitian yang sering kali berakhir di meja laci kampus dan salah satu faktor penghalangnya  karena tidak ada kerja sama antara pihak kampus dengan swasta sebagai pengembang. "Sektor swasta perlu diajak bekerja sama untuk mengembangkan hasil riset para peneliti perguruan tinggi. Jadi dari kerja sama badan usaha dan perguruan tinggi ini, apa yang dilakukan oleh para peneliti bisa dinikmati oleh masyarakat umum, sehingga hasil risetnya punya daya ungkit yang baik di masyarakat," kata Moeldoko (republika.co.id, 25/3/2023). 

Lantas benarkah faktor gagalnya pemanfaatan riset hasil penelitian dikarenakan tak ada campur tangan antara pihak akademis dengan pihak swasta? Bila dicermati, selama ini riset teknologi yang berkembang lebih banyak mengikuti permintaan pasar dan menguatkan pihak korporat. Adanya penghalang keberhasilan pengembangan riset-riset selama ini bukanlah dikarenakan tidak ada kerja sama dengan swasta. Justru hasil riset yang dikembangkan dengan campur tangan swasta ujung-ujungnya hanya menguntungkan pihak korporat. Tak menjadikan hasil riset mengutamakan kemashlahatan masyarakat. 

Penyebab utama mengapa hasil riset tak bisa berkembang karena negara yang tidak mau memperhatikannya. Para peneliti tidak didorong untuk mengembangkan hasil penelitiannya. Negara seakan lepas tangan dengan membiarkan pihak swasta ikut campur dalam pengembangannya. Alhasil hasil penelitian berkembang hanya karena permintaan pasar yang menjanjikan keuntungan materi yang besar. Bukan bertujuan untuk kemashlahatan umat. Tidak bisa dijadikan sebagai fasilitas yang membantu penyelesaian urusan umat. 

Inilah potret kehidupan negara yang hanya berorientasi pada keuntungan materi. Potret kehidupan ini menjalankan roda kehidupan berlandaskan untung rugi. Semua ini adalah wujud dari penerapan sistem kapitalis. Pemanfaatan hasil riset bukan untuk kepentingan negara yang ditujukan untuk kepentingan rakyatnya. Tetapi hanya untuk kepentingan korporat. 

Hasil riset sudah seharusnya dikembangkan. Dan yang paling berperan adalah negara. Tak perlu melibatkan pihak korporat. Agar hasil riset bisa bermanfaat bagi masyarakat. Oleh karena itu, negara harus membangun sistem yang kondusif. 

Seperti apa yang diterapkan negara dengan sistem Islam. Negara wajib mendorong pengembangan riset-riset untuk kepentingan umat. Negara menjadikan negara unggul, mandiri, dan berdaulat. Tidak perlu ada campur tangan swasta yang pada akhirnya hanya menguntungkan mereka. 

Adanya hasil riset teknologi sebagai bagian dari khazanah pengetahuan sudah seharusnya dikembalikan untuk ketaatan manusia kepada Allah sehingga pengembangannya dilakukan dengan paradigma yang shahih yakni aturan-aturan dari Allah. 

Dalam Islam, pemimpin akan menjadikan riset untuk membantu manusia dalam menyelesaikan masalah hidup. Karena itu, adanya badan riset sangat dibutuhkan. Dan keberadaan badan riset ini akan mengutamakan kebutuhan rakyat daripada keuntungan. Dengan demikian, negara Islam akan memberikan kepemimpinan badan riset pada ahlinya. Badan itu akan menjalankan penelitian sesuai dengan keperluan masyarakat, baik mendesak atau tidak. Misalnya, apabila di negara tersebut terjadi wabah, pemimpin akan memberikan dukungan moral dan materiel untuk menjalankan penelitian tentang obat dari wabah.

Maka dari itu, kemanfaatan dunia riset semestinya sejalan dengan sabda Rasulullah, "Sesungguhnya perumpamaan petunjuk dan ilmu yang Allah mengutusku dengannya bagaikan hujan yang jatuh ke bumi. Sebagian bumi ada yang baik sehingga dapat menerima air dan menyimpannya kemudian menumbuhkan rerumputan dan tumbuhan yang banyak. Sebagian ada yang gersang (keras), tetapi dapat menampung air, lalu Allah memberikan manfaat kepada manusia dengannya sehingga manusia bisa minum, menyiram, dan bercocok tanam. Sedangkan sebagian lain bagaikan tanah gersang yang tidak bisa menahan air dan tidak pula menumbuhkan tanaman. Demikianlah perumpamaan orang yang pandai dalam agama Allah dan ilmu atau petunjuk-petunjuk dari Allah yang bisa memberi manfaat pada dirinya, ia belajar hingga pandai lalu mengajarkan ilmunya (kepada orang lain). Demikian pula perumpamaan orang yang tidak peduli dan yang tidak dapat menerima petunjuk ajaran Allah yang dengannya aku diutus.” (Muttafaq ’alaih).

Para peneliti pun akan diberi penghargaan yang pantas. Negara memberikan dana yang dapat memenuhi kebutuhan penelitian termasuk fasilitas yang memadai. Hasil-hasil penelitian yang telah dijadikan buku juga dihargai. Sehingga para ilmuwan tidak akan meminta biaya penelitian kepada pihak swasta. Setiap hasil karya atau penemuan akan dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan rakyat, bukan untuk para korporat yang hanya mementingkan profit atau keuntungan.

Pengembangan hasil riset yang tepat hanya ada dalam sistem Islam. Negara akan membangun sistem pendidikan yang berbasis keimanan kepada Allah sehingga mencetak generasi cemerlang. Generasi yang mampu menghasilkan kreativitas dan memiliki intelektualitas yang tinggi. Sehingga dalam membuat riset-riset penelitian yang akan didedikasikan untuk penyelesaian problematika umat dan menjawab setiap tantangan umat. Dan para peneliti pun menjadi bagian dari umat terbaik yang bisa mewarnai peradaban dunia. Hanya penerapan sistem Islam dalam bingkai Negara yang akan menghantarkan ilmu pengetahuan bermanfaat bagi seluruh umat di dunia.

Oleh: Alfiana Prima Rahardjo, S.P.
Aktivis Muslimah
Baca Juga

Post a Comment

0 Comments