Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Muhasabah Akhir Ramadhan

TinyaSiyasi.com -- Ramadhan akan segera pergi, datanglah syawal yang akan mengganti. Waktu berlalu begitu cepat, bulan penuh rahmat akan kita lewati tanpa ada kepastian apakah akan berjumpa lagi kelak.

Sungguh sebuah berkah yang luar biasa bagi siapa saja muslim yang bisa melewati ramadhan dengan ketenangan dan tanpa kekurangan satu apapun. Apalagi jika kita berhasil melewati ramadhan dengan banyak ibadah tanpa ada rasa ketakutan dipersekusi ataupun diperangi.

Sedangkan, ada banyak muslim di belahan dunia yang harus menjalani ramadhan tanpa keberuntungan seperti yang kita miliki. Barangkali banyak dari mereka yang harus melewati sahur hanya dengan seteguk air dan berbuka pun hanya dengan seteguk air lagi. Atau mungkin banyak dari saudara kita  yang melewati ramadhan tanpa ada ketenangan karena ketakutan akan ancaman rezim kafir yang berkuasa ataupun ancaman dari kafir penjajah seperti yang dialami saudara kita di bumi palestina. 

Jika mengingat segala nikmat yang Allah berikan pada kita hingga detik ini, semestinya kita malu jika kemudahan itu malah membuat kita tidak meningkatkan amalan selama bulan ramadhan. Pun harusnya kita malu, jika sebagai pengemban dakwah, kita malah larut dengan ibadah mahdhah dan lupa berdakwah mengajak umat untuk bersegera menolong seluruh muslim di dunia yang sedang terzalimi.

Dari Ibnu 'Umar RA, Rasulullah SAW bersabda: "Jadilah di dunia seperti kamu mengembara atau berjuang di jalan Allah dan anggaplah dirimu (termasuk) dari ahli kubur," (HR Ahmad, Abu Daud, At-Tirmidzi, Ibnu Majah).

Sahabat muslimku, saudaraku seakidah. Bulan penuh ampunan ini akan segera pergi, jadikan momen-momen terkahir sebagai momen penuh muhasabah diri. Sudahkah kita benar-benar mengazamkan diri menjadi pengemban islam kaffah jika dakwah masih saja penuh alasan. Sudahkah kita mencerminkan menjadi hamba yang penuh syukur akan nikmat Allah Taa'la jika kita masih bisa bahagia kala saudara kita merana dengan ancaman timah panas, bom ataupun kelaparan. Dan sudahkah kita berani mengaku bahwa kita umat dari Nabi besar Muhammad Shallallahu alaihi wassalam jika kita masih abai dengan umatnya yang lain.

Sungguh Rasulullah bersabda, “Nyaris orang-orang kafir menyerbu dan membinasakan kalian, seperti halnya orang-orang yang menyerbu makanan di atas piring.” Seseorang berkata, “Apakah karena sedikitnya kami waktu itu?” Beliau bersabda, “Bahkan kalian waktu itu banyak sekali, tetapi kamu seperti buih di atas air. Dan Allah mencabut rasa takut musuh-musuhmu terhadap kalian serta menjangkitkan di dalam hatimu penyakit wahn.” Seseorang bertanya, “Apakah wahn itu?” Beliau menjawab, “Cinta dunia dan takut mati,” (HR. Ahmad, Al-Baihaqi, Abu Dawud).

Saudaraku, jangan sampai kita tidak malu dengan kesempurnaan akal yang kita miliki dengan menjadi layaknya hewan yang tidak berakal, yakni hanya menjalani hari demi dirinya sendiri tanpa peduli dengan nasib kawanannya yang lain.[]

Oleh : Galuh Rosmaniar
(Aktivis Muslimah)


Baca Juga

Post a Comment

0 Comments