Tintasiyasi.com -- Berlimpahnya Sumber Daya Alam (SDA) di suatu negara belum tentu berbanding lurus dengan kesejahteraan penduduknya. Ketidakmampuan negara dalam mengelola kekayaan yang dimiliki, bisa menyebabkan SDA tersebut sia-sia. Malahan, bisa jadi rakyatnya sengsara bak ayam mati di lumbung padi.
Sebagaimana yang terjadi di Indonesia. Tidak ada seorangpun atau satu negarapun yang menampik betapa banyak kekayaan SDA yang dimiliki oleh Indonesia. Mulai dari pertambangan, pertanian, perkebunan, perikanan dan lain sebagainya. Bahkan negara-negara Eropa telah mengincar kekayaan Indonesia sejak jaman kerajaan dulu, yang kemudian menyebabkan Indonesia terjajah.
Ironi yang terjadi di negara kaya raya ini sungguh tidak main-main. Data menunjukkan bagaimana negara-negara asing menguasai pertambangan di Indonesia satu persatu. Nyaris tidak satupun tambang di Indonesia diolah oleh pemerintah dalam negeri sendiri. Mirisnya, rakyat miskin kian menjamur.
Mereka bukan hanya tidak mampu memenuhi kebutuhan sekunder, tapi bahkan tidak sanggup memenuhi kebutuhan primer seperti makan dengan makanan yang layak. Akibatnya, muncul masalah kesehatan yang menyayat hati, mendera anak-anak dalam keluarga miskin, yaitu stunting.
Stunting adalah salah satu bentuk gangguan tumbuh kembang anak yang menyebabkan tubuhnya menjadi kerdil. Umumnya anak penderita stunting memiliki panjang atau tinggi badan di bawah dua standar deviasi (SD) atau lebih dari median Standar Pertumbuhan Anak WHO untuk anak dengan umur dan jenis kelamin yang sama. Penyebab utama terjadinya stunting pada anak adalah kurang gizi, terutama pada 1000 hari pertama dari kehidupan anak, atau kurangnya asupan nutrisi bagi ibu saat masa kehamilan.
Baru-baru ini, Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Maluku Utara (Malut) menggelar forum koordinasi percepatan penurunan stunting dan fokus di kawasan Tertinggal, Terdepan dan Terluar (3T). Salah satu daerah tersebut adalah kabupaten Sula, Maluku Utara.
Sekretaris Daerah Kabupaten Kepulauan Sula Muhlis Soamole menyampaikan data yang mengkhawatirkan. "Sangat disayangkan berdasarkan data SSGI, prevalensi kasus stunting di Kabupaten Kepulauan Sula naik bukannya turun, di tahun 2021 sebesar 27,7 persen menjadi 28,5 persen di tahun 2022," ujar Muhlis (Republika.co.id, 08/04/2023). Ironis, sebab slogan melawan stunting sudah lama digaungkan belakangan ini.
Inilah fakta pahit penerapan sistem kapitalisme dalam kehidupan. Sebuah sistem yang bisa dengan mudah memiskinkan negara kaya. Berbagai kebijakan yang dibuat untuk mengatasi masalah kemiskinan dan anak turunannya seperti stunting ini, akan menjadi percuma dan tidak efektif. Sebab akar masalahnya adalah sistem, sehingga untuk mengurai semua persoalan yang terjadi adalah dengan merombak sistem yang ada.
Sistem kapitalisme, dimana pengelolaan negara didasarkan pada keuntungan materi, hanya memberi ruang bagi para pemilik modal besar. Papua contohnya, sebagai pulau yang memiliki "gunung emas" hingga sekarang gunung itu telah berubah menjadi jurang, lihatlah bagaimana kehidupan rakyat disekitarnya. Jauh dari kata makmur.
Pengelolaan Tambang Emas Papua oleh PT Freeport yang berasal dari Amerika justru membuat rakyat Papua sengsara. Pembangunan sangat minim, rakyatnya tetap primitif dan terbelakang. Padahal, jika Papua bisa mengambil manfaat dari SDA yang ia miliki, sangat mampu memenuhi kebutuhan pokok, kesehatan dan pendidikan gratis serta lain sebagainya. Sayang, masyarakat Papua hanya mendapat limbah dan dampak kerusakan lingkungannya saja. Kondisi seperti ini terjadi hampir di seluruh pelosok negeri Indonesia.
Kapitalisme memungkinkan SDA negara dikelola oleh asing. Negara yang tidak mau repot mengolah SDA menganggap bahwa menerima uang sewa dari asing jauh lebih praktis dan mendatangkan keuntungan lebih cepat. Ketika uang sewa yang tidak seberapa itu diterima oleh negara kemudian dijadikan ajang korupsi, masuk ke kantong pribadi pejabat, sementara SDA telah berada di tangan asing, praktis rakyat pribumi terpinggirkan dan tetap miskin.
Kenyataan ini seharusnya menyadarkan kita bahwa sistem kapitalisme harus segera disudahi, diganti dengan sistem yang lebih baik dan sempurna. Yang pengelolaannya tidak hanya berpihak kepada pemilik modal, melainkan kepada kemaslahatan seluruh rakyat, yaitu sistem Islam. Sebuah sistem yang mendatangkan keberkahan dari langit dan bumi sebab berasal dari Sang Khaliq yang menciptakan manusia dan seluruh alam semesta.
Sistem Islam tidak akan membiarkan SDA dikelola oleh asing. Aturan Islam yang didasarkan pada aturan Allah yang tertuang dalam Al Qur'an dan Sunnah memerintahkan umat Islam untuk berdiri diatas kaki sendiri, tidak bergantung kepada orang lain, lebih-lebih negara asing. Sebuah negara bersistem islam tidak akan membiarkan rakyat kelaparan. Kemakmuran dan kesejahteraan rakyat adalah yang utama.
Mengentaskan kemiskinan dan memberantas stunting tidak akan hanya menjadi target atau slogan, namun menjadi fokus utama pemerintahan Islam. Hal ini bukan hanya cerita atau dongeng, sejarah telah banyak mencatat bagaimana Islam mampu menjamin kesejahteraan rakyat pada masa kejayaannya. Satu-satunya jalan untuk menyelamatkan negara ini adalah mengganti sistem kapitalisme dengan sistem Islam. Wallahu a'lam bisshawab.
Oleh: Dinda Kusuma W.T.
(Aktivis Muslimah)
0 Comments