Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Miris! Remaja Makin Sadis

TintaSiyasi.com -- Sungguh miris! Remaja kini makin sadis. Di usia yang masih amat belia, mereka telah terlibat dengan aksi kekerasan.

Seperti yang terjadi di Sukabumi, Jawa Barat, 3 remaja ditangkap polisi karena diduga telah menganiaya seorang siswa SMP berinisial ARSS (14) hingga tewas. Ketiga pelaku yang berinisial DA, RA, dan AHB alias U sama-sama masih berusia 14 tahun. Mereka melakukan pembacokan terhadap korban untuk yang kedua kalinya. Aksi tersebut membuat geger karena ditayangkan secara live via Instagram (News.detik.com, 24/3/2023).

Sejumlah remaja juga terlibat dalam aksi tidak terpuji di Purworejo. Sebanyak 13 anak ditangkap dalam insiden perang sarung pada Jumat (24/3) pukul 01.00 WIB di Desa Brenggong, Kecamatan Purworejo, Kabupaten Purworejo. Aksi yang sangat meresahkan warga ini juga didapat barang bukti berupa sarung yang dibendel dan diisi dengan beban (batu) dan pasir. Tentu saja jika dipukulkan ke orang akan bisa melukai. Motif dari aksi perang sarung tersebut adalah untuk gagah-gagahan semata (Regional.kompas.com, 24/3/2023)

Kehidupan yang Sekuler Liberal

Aksi-aksi kriminal dan kekerasan yang melibatkan remaja bukanlah yang pertama kalinya terjadi. Kejadian semacam ini terus berulang dan makin parah dari waktu ke waktu. Dengan berbagai modus dan cara yang juga beragam. Bahkan, sampai ada yang berani menyebarkannya melalui medsos. 

Hal seperti ini wajar terjadi pada masyarakat yang mengadopsi dan menerapkan sistem sekuler serta liberalisme di dalam kancah kehidupan. Sistem ini menjadikan manusia berperilaku tanpa mengindahkan nilai-nilai agama. Alih-alih menjadikan agama sebagai filter dan panduan, manusia justru memuja kebebasan laksana tuhan. Halal dan haram tidak tidak dijadikan patokan. Benar dan salah menurut hawa nafsu sendiri.  Apa yang menyenangkan hatinya itulah yang dilakukan. Tidak peduli jika itu merugikan orang lain. 

Ditambah lagi adanya media sosial yang tidak ada kendali. Konten-konten yang tidak mendidik bertebaran di media sosial. Sayangnya, konten semacam inilah yang justru diikuti oleh banyak remaja. Mereka pun terdorong untuk mencoba seperti apa yang mereka lihat di medsos. Tidak mempedulikan apakah itu baik atau buruk, bermanfaat atau tidak.  

Masyarakat sekitar juga abai dengan kondisi generasi muda saat ini. Masyarakat seakan mewajarkan saja keadaan atau perilaku remaja yang menyimpang tersebut. Ada juga yang beranggapan selama bukan anggota keluarganya, maka bukanlah tanggung jawabnya. Tak ada kontrol sosial dari masyarakat membuat perilaku buruk remaja tersebut kian menjadi. Ini kemudian menjerumuskan mereka pada tindak kriminal dengan kesadisan yang melampaui batas. 

Negara juga tidak mampu berbuat banyak dalam mencegah dan mengatasi kenakalan remaja. Negara seolah lebih khawatir dengan adanya kegiatan keagamaan seperti Rohis di sekolah. Rohis dianggap sebagai tempatnya radikalis dan memunculkan anggapan bahwa kegiatan pengajian disusupi radikalisme. Kegiatan yang positif dan mendekatkan remaja pada agama ini justru dituduh macam-macam. 

Ini yang membuat remaja enggan dan takut untuk dekat-dekat dengan agamanya. Mereka makin menjauh dari Islam. Remaja justru makin dekat dengan hal-hal yang bertentangan dengan agamanya. Mereka larut dalam pergaulan bebas.  

Pendidikan karakter yang dicanangkan pemerintah tidak memberikan hasil apa-apa. Sebab, apa yang dilakukan oleh pemerintah justru memberangus setiap aktivitas yang mengantarkan kepada pembentukan karakter yang baik pada generasi muda. 

Kondisi seperti ini apabila dibiarkan, maka akan memperburuk generasi mendatang. Padahal, mereka adalah aset bangsa yang harusnya dijaga dan disiapkan sebaik mungkin. Di tangan merekalah estafet perjuangan bangsa berada. 

Pentingnya Pendidikan Islam

Rusaknya remaja hanya bisa diperbaiki dengan Islam. Sebab, hanya Islam yang memiliki seperangkat aturan sempurna untuk mengatur kehidupan. Termasuk juga di dalamnya aturan yang bisa menghasilkan generasi-generasi muda unggulan. 

Melalui sistem pendidikan yang berbasis akidah Islam, generasi akan memiliki karakter unggul yang bisa menjadi penopang tegaknya sebuah bangsa. Sebagaimana yang diketahui, pendidikan dalam Islam bertujuan membentuk generasi supaya memiliki kepribadian Islam serta membekalinya dengan berbagai ilmu dan pengetahuan yang berhubungan dengan kehidupan. Tak hanya berakhlak mulia, tetapi generasi juga ditempa menjadi siap menghadapi berbagai tantangan hidup.

Ilmu-ilmu Islam diberikan pada setiap jenjang pendidikan, mulai dari tingkat dasar sampai perguruan tinggi. Metode penyampaian pelajaran dirancang untuk menunjang tercapainya tujuan pendidikan agar ilmu tersebut bisa diamalkan para siswa dalam kehidupan sehari-hari.

Pendidikan tidak hanya berfokus pada nilai-nilai akademik, tetapi bagaimana ilmu bisa dikuasai dan diaplikasikan secara nyata. Nilai tidak akan membawa pengaruh apa-apa jika tidak ada penerapannya. 

Seperti inilah peserta didik dipersiapkan menjadi generasi unggulan dari berbagai sisi. Mereka juga siap menjadi pemimpin di masa depan. Dengan bekal itu, mereka akan mampu membawa Islam pada kemuliaannya. Mereka menjadi insan mulia yang cemerlang. Bukan generasi yang suka tawuran dan gagah-gagahan dengan melakukan kekerasan.

Kontrol Masyarakat

Faktor yang tak kalah penting juga adalah peran masyarakat. Adanya kontrol masyarakat dalam mengawasi setiap penyimpangan akan bisa mencegah perilaku buruk untuk tumbuh dan berkembang. Berjalannya aktivitas amar ma'ruf nahi mungkar akan menjadikan keburukan atau kemaksiatan  tak punya tempat. Satu sama lain saling menasihati dalam kebaikan dan takwa. Ada kepedulian di antara anggota masyarakat sehingga hal-hal buruk bisa diantisipasi. 

Tepat sekali sabda Rasulullah SAW: "Perumpamaan orang yang senantiasa melaksanakan hukum hukum Allah dan orang yang terjerumus di dalamnya adalah bagaikan perumpamaan orang orang yang membagi tempat dalam perahu dimana ada sebagian yang berada di atas dan ada pula yang di bawah. Orang orang yang ada di bawah ketika mereka memerlukan air harus naik ke atas yang sudah batang tentu mengganggumu mereka yang di atas. Kemudian mereka berkata:kami akan melubangi saja bagian kami ini sehingga tidak mengganggu orang orang di atas. Jika mereka membiarkan apa yang dikehendaki orang orang yang ada di bawah niscaya akan binasalah mereka itu (tenggelam semuanya) tetapi jika mereka mencegah perbuatannya itu maka akan selamat lah mereka itu semua." (HR. Imam Bukhari)

Peran Utama Negara 

Untuk bisa memungkinkan semua hal di atas, sangat penting adanya peran negara. Sebab, negara menjadi institusi yang paling bertanggung jawab terhadap upaya melindungi generasi dari kerusakannya. Negara mengadopsi sistem pendidikan Islam. Negara juga memantau serta mengontrol informasi yang akan bisa membahayakan akidah dan merusak pola pikir dan pola sikap masyarakat. 

Dengan demikian, generasi muda model tawuran, yang sadis, tak bermoral, yang suka dengan hura-hura tidak akan muncul lagi. Yang ada adalah generasi muda yang berkepribadian Islam dan berilmu yang akan bisa mengantarkan kepada Kemuliaan Islam dan masyarakat. 
Wallahu a’lam bishshawab[]

Oleh: Endang Mulyaningsih
(Aktivis Muslimah)

Baca Juga

Post a Comment

0 Comments