TintaSiyasi.com -- Polisi menangkap tiga ABG diduga pelaku pembacokan seorang siswi SMP berinisial ARSS (14) hingga tewas di Sukabumi, Jawa Barat. Dilansir detikJabar, Jumat (24/3/2023), peristiwa pembacokan ini geger karena korban merupakan target kedua kali dan pembacokannya ditayangkan secara langsung via Instagram.
Sungguh miris melihat kondisi remaja saat ini. Makin hari kondisi remaja makin memprihatinkan. Tatkala nonton berita semua dipenuhi dengan informasi terkait kasus pelanggaran hukum, yang mana didominasi oleh remaja sebagian besar pelakunya. Mulai dari kasus tawuran, hamil diluar nikah, pembullyan bahkan berujung pada pembunuhan. Tak jarang kasus pembunuhan terjadi didasari karena faktor ekonomi, hutang atau asmara. Bahkan ada juga yang sampai tega membunuh hanya karena menginginkan hartanya saja.
Berbagai upaya tentu telah dikerahkan untuk mengatasi persoalan remaja saat ini. Aparat kepolisian pun senantiasa melakukan patroli dan menindak para pelaku kriminalitas. Namun apakah hal demikian sudah cukup untuk benar-benar menghentikan kejahatan di kalangan remaja saat ini? Sebab yang dipertaruhkan adalah masa depan!
Mencermati kondisi generasi muda saat ini memang terdapat penyakit kronis yang sudah menjamur dan menjalar ke seluruh generasi muda. Penyakit tersebut berasal dari adanya penerapan sistem sekuler kapitalisme yang tidak menjadikan agama sebagai dasar aturan dalam kehidupan. Hal ini tentu akan melahirkan sosok generasi yang lemah iman, tidak memiliki perisai kuat dalam mencegahnya berbuat maksiat. Lemahnya iman tentu akan jadi lebih mudah terpengaruh pada lingkungan sekitar, misalnya lingkungan sekitar, tontonan ataukah pergaulan. Belum lagi adanya jaminan kebebasan bagi setiap individu dibawah sistem sekuler ini, menjadi komplekslah persoalan yang mendera generasi muda.
Mereka terjebak pada lingkaran kehidupan yang materialistik. Menuntut mereka harus memenuhi tuntutan gaya hidup ala sultan hingga rela membuat konten berbahaya hanya untuk mendapatkan ketenaran dan uang.
Sistem sekuler kapitalisme adalah sumber masalah utama bagi kehidupan. Salah satunya nampak pada penerapan sistem pendidikan yang nyata telah gagal mewujudkan generasi berkualitas di semua sisi. Cerdas, tetapi pergaulannya bablas. Pintar, tetapi imannya ambyar. Lebih parah lagi, sudahlah tidak cerdas dan pintar, keimanannya pun tak karuan.
Sedangkan kita membutuhkan generasi yang berkualitas dan mulia, yaitu generasi cerdas pemikirannya dan berakhlak mulia, yang kelak akan membawa perubahan pada peradaban dunia, serta memberikan sumbangsih besar bagi kemajuan bangsa. Sangat mustahil jika mengharapkan generasi seperti itu lahir dari kapitalisme, sebaliknya kapitalisme justru melahirkan generasi yang sangat jauh dari harapan. Seperti yang terjadi saat ini, bahkan sikap individualistik generasi melahirkan ego tinggi dan sikap materilistiknya melahirkan gengsi yang tinggi.
Kurangnya kontrol dan empati bagi generasi saat ini menjadikan mereka merasa bebas berekspresi. Tak jarang ada yang langsung naik pitan berujung pada pemukulan atau pembunuhan, semata-mata hanya karena teguran untuk perbaikan. Sehingga memang sistem sekuler kapitalisme ini tidak bisa di jadikan acuan untuk kehidupan. Karena kapitalisme telah gagal mewujudkan kesejahteraan, ketentraman dan melahirkan generasi yang berkualitas dan mumpu. Bukan hanya dari sisi pendidikan, mabda kapitalisme juga gagal dalam sistem ekonomi dan sistem lainnya.
Maka yang kita butuhkan saat ini adalah obat mujarab yang dapat menyembuhkan seluruh sakit yang mendera dunia. Sebuah solusi yang bukan hanya memberikan solusi tambal sulam, melainkan solusi secara mengakar dan menuntas habis setiap panyakit yang ada. Satu-satunya yang mampu melakukannya hanyalah dengan penerapan syariat Islam secara keseluruhan. Islam melahirkan aturan kehidupan bukan hanya dalam ranah peribadahan dan individu, melainkan memiliki aturan dalam tata kelola kehidupan bermasyarakat dan pemerintahan.
Islam yang paripurna dan sempurna memiliki pandangan khas dalam kehidupan. Sejatinya tujuan manusia didunia hanya untuk beribadah pada Pencipta, sebagaimana firman Allah SWT, “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.” (Q.S Az-Zariyat : 56).
Islam menjawab persoalan di atas dengan peran besar tiga pilar, yaitu:
Pertama, ketakwaan individu dalam pendidikan keluarga. Sekolah pertama bagi anak adalah pola didik dan asuh kedua orang tuanya. Wajib begi setiap muslim menjadikan akidah Islam sebagai asas dalam mendidik anak. Pendidikan berbasis akidah Islam akan membentuk karakter iman dan ketaatan yang dapat mencegah seseorang berbuat maksiat.
Kedua, kontrol masyarakat melalui amar makruf nahi mungkar. Budaya saling menasehati akan mencegah individu berbuat kerusakan. Masyarakat yang terbiasa beramar makruh nahi mungkar tidak akan memberi kesempatan perbuatan mungkar menyubur. Dengan begitu, fungsi masyarakat sebagai kontrol sosial dapat berjalan dengan baik.
Ketiga, negara menerapkan sistem Islam kaffah di segala aspek kehidupan. Negara menyelenggarakan sistem pendidikan berbasis akidah Islam untuk membentuk generasi berkepribadian Islam. Negara wajib memenuhi kebutuhan pokok rakyat sehingga masyarakat terhindar dari berbagai kejahatan.
Ketiga pilar ini hanya akan berfungsi optimal dan berkesinambungan jika aturan Islam diterapkan dalam sebuah negara berasaskan Islam (khilafah). Khilafah telah melahirkan banyak generasi unggul cemerlang, tidak hanya dalam ilmu saintek, juga sukses menjadi ulama faqih fiddin. Keseimbangan ilmu ini terjadi karena Islam menjadi asas dan sistem yang mengatur kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Dengan Khilafah, generasi terjaga dari setiap tindak kejahatan dan kemungkaran.
Salah satu kisah inspiratif pemuda Muslim yaitu Abdurrahman III yang memerintah kekhalifahan Bani Umayyah di Andalusia pada 912 Masehi. Pada saat dibaiat menjadi Khalifah, usianya memasuki 23 tahun. Ia adalah Khalifah ke-8, memiliki kepribadian yang kuat, keteguhan hati, keberanian dan pertimbangan yang tepat. Pemerintahan yang ia pimpin sangatlah berhasil baik dari aspek politik dalam negeri dan politik luar negerinya.
Khalifah Abdurrahman III menjadi representasi keberhasilan pemuda pada masa Islam, dimana usia mudanya mampu menjadi seorang pemimpin negara yang sukses. Memerintah dengan penuh kejujuran, keadilan dan bertanggung jawab penuh atas amanahnya. Membuat kehidupan masyarakat menjadi sejahtera dan damai. Masih banyak pula kisah inspiratif dari pemuda Islam lainnya. ini menunjukkan bahwa sistem Islam kaffah dalam naungan Khilafah menjadi solusi tepat untuk menjawab seluruh problematika kehidupan.
Wallahu a'lam bishshawab. []
Oleh: Masitah
Pegiat Media Maros
0 Comments