Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Timnas Israel Bertandang, Relakah Kemanusiaan Terkurung?


TintaSiyasi.com -- Perhelatan bergengsi piala dunia U-20 yang rencana akan digelar di Indonesia Mei-Juni mendatang memberikan angin segar bagi Indonesia untuk bersanding dengan timnas dunia yang berlaga dalam acara tersebut. Sebelum akhirnya perhelatan ini dibatalkan digelar, beberapa hari ke belakang jagat maya dihebohkan dengan pro kontra kedatangan timnas Israel ke Indonesia. 

Banyak elemen masyarakat maupun setingkat pejabat negara pun turut menyuarakan penolakannya. Seperti Gubernur Bali I Wayan Koster, disusul Gubernur Ganjar Pranowo juga Gubernur Khofifah, MUI juga datang dari ormas-ormas Islam yang satu suara menolak kehadiran Timnas Israel. Alasannya adalah bahwa penerimaan kita terhadap kedatangan Timnas Israel mencederai spirit membela kemerdekaan Palestina yang tertuang pula dalam Pembukaan UUD 1945 yang disana Indonesia tegas bahwa tidak menghendaki penjajahan diseluruh dunia.
 
Sebagai contoh fakta Mantan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Said Aqil Siradj menolak tegas kehadiran timnas Israel dalam perhelatan Piala Dunia U-20 yang akan digelar di Indonesia. KH, Said Aqil pun sikapnya menolak kedatangan Timnas Israel dilandasi dengan Al-Qur'an. Hal ini berseberangan dengan pernyataan Ketua Umum PBNU Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya yang mempertanyakan penolakan berbagai kalangan yang dinilainya tidak akan merugikan Palestina. Bahkan Gus Yahya optimis dengan penerimaan kita atas timnas Israel akan memperkuat posisi kita di mata organisasi sepakbola dunia (FIFA) (Viva.co.id, 25/3/2023).

Sekali Penjajah Tetap Penjajah!
 
Lebih dari 50 tahun Israel telah melakukan pendudukan di Tanah Palestina bahkan Israel telah mendiami tanah Palestina kurang lebih 600.000 pemukiman bangsa Yahudi di sana. Palestina pun melaporkan banyak pelanggaran yang dilakukan Israel termasuk pencaplokan wilayah namun sampai saat ini tidak diindahkan. Bahkan Palestina tak ubahnya seperti menjadi tamu di rumah sendiri dikarenakan makin kecilnya wilayah Palestina sedangkan Israel terus mencaplok warga Palestina sebagai wilayahnya.
 Parahnya meski telah nyata kesewenang-wenangan Israel namun dunia tidak memberikan sanksi tegas. Bahkan Amerika sendiri adalah salah satu negara yang “merestui” penguasaan wilayah di Palestina.

Meski demikian, kita ketahui bersama banyaknya pelanggaran Israel namun dunia tak kunjung memberikan sanksi tegas. Bahkan untuk pelabelan penjajah kepada Israel urung dilakukan. Padahal telah nyata pelanggaran kemanusiaan terjadi di sana. Gencatan senjata tak ubahnya hanya sebatas perjanjian kosong, karena pada akhirnya Israel selalu melanggarnya.

Berkaca dari perhelatan Piala Dunia U-20 dari sektor pariwisata jelas menjanjikan seperti meningkatnya wisatawan dan bisnis transportasi pastilah meningkat. Jika berkaca dari hitung-hitungan materi jelas kita merugi. Namun lebih penting di atas itu bahwa rasa kemanusiaan jelas harus diutamakan. Bukan hanya amanat UU tapi lebih kepada kita dapat merasakan luka yang mendalam. Israel telah nyata melakukan kejahatan besar seperti pembantaian, pembunuhan massal, dan pencaplokan wilayah, sedang kita menerimanya dengan tangan terbuka. Hal ini justru mengkebiri nurani kaum Muslim. Kita bersorak sorai di stadion sedangkan saudara Muslim kita merintih dan menangis atas kezaliman yang mereka terima. Sungguh terlalu!

Palestina Butuh Khilafah

Aksi penolakan timnas Israel yang terus disuarakan adalah bentuk keberpihakan kita kepada nasib saudara kita. Berbicara tentang Palestina memiliki akar historis yang cukup berharga. Dulu Bumi Syam ditaklukkan dengan darah para syuhada dan jihad. Ditaklukkan oleh Sahabat Rasulullah SAW, Umar bin Khathab kemudian jatuh kembali ke tangan orang-orang kafir akhirnya direbut kembali oleh Shalahudin al Ayubi. Dipertahankan oleh Daulah Islam kala itu.

Hingga 123 tahun lalu bagaimana tegasnya Sultan Abdul Hamid II menolak keras memberikan tanah Palestina saat diminta dengan penawaran dua puluh juta pound sterling oleh kepala asosiasi Yahudi, Theodore Herzl. Sultan Abdul Hamid II mengatakan dengan keras bahwa tanah Palestina baru daoat dikuasai ketika pemerintahan Islam sudah tidak eksis lagi. Hingga saat ini Palestina yang harusnya milik kaum Muslimin justru dikuasai oleh orang-orang kafir.

Keadilan dan kemerdekaan Palestina tidak didapatkan hanya dengan menolak hadir di ajang piala dunia U-20. Sebab tendensi Israel kepada kaum Muslim sudah sejak dulu. Kekuatan yang melatarbelakangi Israel sampai saat ini adalah negara-negara besar yang memiliki kekuatan politik. Penjajahan Palaestina ini tidak akan tuntas ketika kita tidak memiliki pemimpin dan sistem pemerintahan yang kuat sebagai Sultan Abdul Hamid II di bawah kepemimpinan daulah Islam.

Allah SWT berfirman, “Dan Allah sekali-kali tidak akan memberi jalan kepada orang-orang kafir untuk memusnahkan orang-orang yang beriman selagi mereka dalam keadaan beriman dengan sungguh-sungguh, melakukan kebenaran dan perintah syariat dan tidak rela atas kebatilan.” (TQS. An-Nisa [4]: 141).

Wallahu a'lam bishshawab. []


Oleh: Nurhayati, S.S.T.
(Sahabat Tintasiyasi)
Baca Juga

Post a Comment

0 Comments