Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Kegagalan Negara dalam Menjamin Kesejahteraan Rakyat


TintaSiyasi.com -- Kemiskinan menjadi topik yang selalu trending sejak dulu, bahkan semenjak kemerdekaan Indonesia kemiskinan selalu menjadi teman setianya hingga kini. Seakan memperlihatkan mirisnya Negara dalam menjamin kesejahteraan rakyatnya, seperti yang terjadi pada isu hangat baru-baru ini. Dikutip dari cnnindonesia.com, Ekonom Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Yusuf Rendy Manilet menilai upaya mengejar angka 0 persen kemiskinan ekstrem di 2024 tidak mudah. Hal ini dikarenakan 2024 merupakan tahun transisi pemerintahan lama ke pemerintahan baru. 

Kemiskinan ekstrem adalah suatu kondisi di mana seseorang mengalami ketidakmampuan dalam memenuhi kebutuhan dasar seperti makan, kesehatan, hunian, pendidikan hingga akses informasi. Yusuf juga menyarankan jika pemerintah serius dalam mengejar target tersebut dalam jangka pendek pemerintah harus memperbaiki data penyaluran bansos agar tepat sasaran. Tidak hanya penduduk miskin saja, namun juga kelompok di garis rentan dan hampir miskin.

Tak hanya itu, Yusuf juga menyarankan perlunya diversifikasi nilai bansos antara satu daerah dengan daerah lainnya. Apabila daerahnya memiliki tingkat kemiskinan tinggi, maka jumlah bantuannya harus lebih besar dari sisi normal maupun jumlah penerima. Untuk jangka panjang, menurutnya pemerintah perlu menciptakan lapangan kerja untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia, khususnya manufaktur.

Kasus kemiskinan yang kian meningkat setiap tahunnya, memperlihatkan bagaimana gagalnya sistem yang diemban negara hari ini. Sistem kapitalisme yang tidak memberikan solusi, namun justru menambah polusi. Sistem yang menguntungkan para pemilik modal, yang kaya semakin kaya yang miskin semakin miskinan. Fakta bahwa pemerintah gagal dalam mencapai target menghilangkan kasus kemiskinan, seharusnya masyarakat mulai paham bahwa sistem yang ada hari ini adalah sistem yang rusak.


Sistem Islam Menjamin Kesejahteraan Rakyatnya

Dalam sistem Islam semua keamanan, kesejahteraan, dan kenyamanan rakyat sudah menjadi tanggung jawab seorang pemimpin dalam memimpin negaranya. Sehingga tidak terjadi kasus kemiskinan yang kian membengkak. Tak hanya masyarakat muslim yang dapat merasakan kesejahteraan, bahkan Islam juga menjamin pemeluk agama mana pun mendapatkan perlakuan yang sama asalkan ia mau menerima sistem Islam.

Seperti pada masa kepemimpinannya Khalifah Umar ibn Al-Khattab ra, beliau rela berkeliling ke rumah-rumah penduduk demi memastikan bahwa rakyatnya aman dari rasa lapar. Dalam masa kepemimpinannya beliau hampir tidak ada kasus kemiskinan, semua dijamin negara dengan adil. Dulu ketika masyarakat Madinah mengalami kemarau yang membuat tanah berhenti berproduksi sehingga menimbulkan kekurangan bahan makanan, Khalifah Umar ra tidak akan makan kecuali rakyatnya sudah makan.

Sungguh sudah hilang sikap pemimpin seperti Khalifah Umar ra hari ini. Pemimpin hari ini seolah abai dan melupakan kesejahteraan rakyat. Sistem hari ini hanya menguntungkan para pemilik modal, sehingga rakyat-rakyat kecil semakin menderita. Pemimpin yang adil juga disinggung oleh Allah, Allah SWT berfirman:

اِنَّ اللّٰهَ يَأْمُرُ بِا لْعَدْلِ وَا لْاِ حْسَا نِ وَاِ يْتَاۤىِٕ ذِى الْقُرْبٰى وَيَنْهٰى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَا لْمُنْكَرِ وَا لْبَغْيِ ۚ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ

"Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi bantuan kepada kerabat, dan Dia melarang (melakukan) perbuatan keji, kemungkaran, dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran." (QS. An-Nahl 16: ayat 90).

Sudah saatnya kita kembali pada sistem Islam dan kembali merasakan adilnya para pemimpin dan kesejahteraan yang terjamin. Sistem yang haq karena sistem Islam bukanlah sistem buatan manusia yang aturan di dalamnya bisa diubah kapan pun kita mau. Sistem Islam merupakan sistem yang di dalamnya menggunakan aturan Allah SWT yang diambil dari Al-Qur’an dan As-Sunnah.

Wallahu a’lam bishshawab. []


Oleh: Mutiara Febrina Candra
(Mahasiswi STEI Hamfara)
Baca Juga

Post a Comment

0 Comments