Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Indonesia Darurat TBC, Islam Solusinya

Tintasiyasi.com -- Tanggal 24 Maret diperingati sebagai hari TBC sedunia. Peringatan ini bertujuan agar meningkatkan kesadaran publik terhadap penyakit tersebut. Sebab penyakit TBC memiliki dampak yang cukup besar terhadap kesehatan, sosial serta ekonomi masyarakat. Hingga hari ini penyakitnya ini dianggap sebagai penyakit yang mematikan.

Di beberapa wilayah di Indonesia kasus TBC menunjukkan peningkatan yang sangat tajam. Seperti di wilayah Cimahi Jawa Barat, dikutip dari harian  Pikiranrakyat.com (15/03/2023), sepanjang tahun 2022, kasus TBC ditemukan sebanyak 4.294 kasus di Kota Cimahi. Angka ini meningkat 106% dibandingkan tahun sebelumnya.

Hal itu menunjukkan banyaknya kasus TBC menjadi persoalan serius yang butuh ditangani secara cepat. Hal yang sama terjadi di wilayah lainnya, jumlahnya ratusan kasus, hingga hasil survei dari WHO Indonesia menempati urutan kedua terbanyak setelah India.

Para ahli kesehatan mengatakan bahwa penyebab tingginya kasus TBC adalah masih rendahnya pemahaman tentang penyakit ini. Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2PM) Kemenkes Imran Pambudi menilai kenaikan ini terjadi lantaran banyak orang tua yang tidak menyadari gejala TBC atau tidak segera mengobati penyakitnya sehingga berimbas penularan pada kelompok rentan seperti anak-anak (CNNIndonesia, 18/03/2023). 

Tidak hanya itu, penularan kasus ini juga diakibatkan kurangnya asupan gizi pada masyarakat. Sehingga bakteri yang masuk mudah menyerang tubuh seseorang. Kurangnya sanitasi dan kebersihan dilingkungan rumah dan juga tempat kerja.

Untuk menangani penyakit ini pemerintah pun telah melakukan berbagai program yang sudah dijalankan. Diantaranya adalah dikeluarkannya Perpes no. 67 tahun 2021 tentang penanggulangan TBC. Dalam Perpres ini memuat sejumlah rencana diantaranya adalah pendidikan dan penempatan tenaga kesehatan, penguatan puskesmas, peningkatan umah sakit dan pelayanan kesehatan di daerah tertinggal, perbatasan dan kepulauan terluar, kemandirian farmasi dan alat kesehatan, ketahanan kesehatan, pengendalian penyakit dan imunisasi, pembiayaan kesehatan, teknologi informasi, pemberdayaan masyarakat. Ditargetkan tahun 2030 Indonesia bebas atau eliminasi dari penyakit TBC. (Kemenkes.go.id)

Jika dilihat program-program tersebut hanya menyentuh sedikit dari persoalan TBC itu sendiri. Sebab kasus TBC ini disebabkan banyak faktor seperti kurang gizi atau stunting, buruknya sanitasi dan kumuhnya tempat tinggal dan lain sebagainya. Sehingga meski sudah ada program tersebut di atas, penyakit TBC terus meningkat setiap tahunnya. Hal ini mengindikasikan bahwa negara telah gagal dalam memberikan jaminan kesehatan para rakyat.  

Kegagalan ini merupakan buah dari sistem hidup yang diterapkan saat ini  yaitu sistem kapitalis sekular. Dalam sistem ini peran negara dimarginalkan. Berbagai kebutuhan pokok umat diserahkan kepada pihak asing dan swasta. Termasuk kesehatan. Dalam sistem ini kesehatan menjadi barang yang sangat mahal karena sudah di kapitalisasi.

Selain itu, sulitnya kehidupan hari ini membuat masyarakat tak mampu memenuhi gizi yang bagus. Berbagai kebutuhan  pokok seperti sumber protein daging atau ikan sulit dibeli. Sebab harganya begitu mahal. Begitu pula dengan perumahan. Hari ini masyarakat sulit mendapatkan rumah yang asri dan bersih, bahkan rumah menjadi barang mewah karena harganya mahal. 

Akhirnya untuk penanggulangan kasus penyakit TBC ini dibutuhkan upaya yang serius. Penguasa yang benar-benar mengurus dan mengatur rakyatnya. Hal ini tentu tidak kita dapatkan dalam sistem kapitalis hari ini. Satu-satunya solusi adalah hanya pada Islam.

Dalam hal kesehatan, Islam akan memberikan pelayan yang gratis kepada seluruh masyarakat. Baik kaya maupun miskin dengan standar pelayanan yang terbaik. Negara juga akan melakukan tindakan preventif berupa pemenuhan kebutuhan pokok yang terbaik. Sandang, pangan dan papan dengan sanitasi dan lingkungan yang mendukung.

Dikisahkan pada masa Khalifah Umar bin Khattab anak-anak yang disapih diberikan santunan. Hal ini dilakukan untuk memberikan tambahan makanan pada anak-anak. Kemudian para ibu yang anaknya belum waktunya disapih, akhirnya mempercepat waktu penyapihan agar mendapat uang santunan. Kemudian Umar memutuskan semua anak meski baru lahir mendapatkan santunan.

Semua kebijakan ini didukung oleh keuangan negara yang baik. Negara Islam memiliki pemasukan yang jelas, di antaranya dari fa'i, kharaj, jizyah dan Ghonimah. Sehingga negara mampu mewujudkan masyarakat yang sehat dan terbebas dari berbagai penyakit yang mematikan.

Demikian gambaran sistem Islam dalam menyelesaikan persoalan masyarakat. Penguasa menjadi pengurus dan pelayan umat. Sebagaimana sabda Nabi Saw:
"Imam adalah pengurus rakyat dan akan diminta pertanggungjawabannya atas urusannya." (HR. Bukhari dan  Muslim). Oleh karena itu, sudah selayaknya kita memperjuangkan tegaknya sistem Islam tersebut. Wallahu'alam bishshowab.

Oleh: Verawati, S.Pd.
(Pegiat Literasi)
Baca Juga

Post a Comment

0 Comments