Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Wahai Negara Mau Dibawa Kemana Generasi Ini?

TintaSiyasi.com -- Girlband Korea Selatan, Blackpink, baru saja menggelar konser bertajuk ‘World Tour’ (Born Pink) di stadion utama Gelora Bung Karno (GBK) Jakarta beberapa waktu lalu. Konser dibagi menjadi dua hari yakni 11-12 Maret 2023. Sebanyak 1022 personil dari Kepolisian Daerah Metro Jaya diturunkan untuk mengamankan konser tersebut. (kompas.com, 12/3/2023 )

Grup vokal yang digawangi oleh Lisa, Jennie, Jisoo, dan Rose tersebut memang sedang sangat digandrungi oleh generasi muda di seluruh dunia. Grup ini punya banyak penggemar dan pengikut, baik di dunia nyata maupun di dunia maya. Tidak terkecuali para generasi muda di negeri ini tidak mau ketinggalan. 

Meriahnya konser yang digelar di GBK menjadi bukti kepopuleran Blackpink. Kepiawaian para anggotanya dalam bernyanyi dan menari menjadi magnet yang mampu menyedot generasi muda untuk hadir menyaksikan konser tersebut.

Sekalipun harus merogoh kocek dalam-dalam, para penggemar girlband itu rela. Harga tiket konser jutaan rupiah, bahkan hampir tembus Rp10 juta tak menjadi halangan untuk diburu. Tiket yang mahal tersebut tetap terjual laris manis bak kacang goreng.

Hal ini tampak berbanding terbalik jika kita melihat kondisi masyarakat umum. Ekonomi rakyat masih sulit setelah pandemi. Banyak yang masih kesusahan untuk menata kembali hidupnya yang terhantam badai Covid-19. Rakyat masih susah payah berusaha mencukupi kebutuhan sehari-hari yang kian mahal dengan pendapatann yang tak menentu.

Sungguh ironis! Saat kebanyakan rakyat masih jatuh bangun untuk mempertahankan hidup, generasi muda negeri ini justru tenggelam dalam hedonisme. Mereka dengan mudahnya menghamburkan uang jutaan rupiah hanya sekadar untuk menikmati hiburan. Seolah tak memikirkan kesulitan orang tua mencari nafkah buat memenuhi kebutuhan keluarga. Dalam semalam, jutaan rupiah melayang demi sebuah kesenangan semu.

Generasi muda muslim terpapar gaya hidup sekularisme kapitalisme. Mereka telah terbawa arus kehidupan yang liberal. Kesenangan dan materi merupakan tujuan hidup mereka. Maka, tak mengherankan jika mereka akan melakukan apa pun untuk bisa meraihnya. Terbukti dari banyaknya generasi muda muslim menonton konser musik yang di dalamnya penuh dengan kemaksiatan. Campur baur, pamer aurat, hura-hura, dan beragam aksi yang sama sekali tidak ada tuntunannya dalam Islam. 

Dengan mudah kita bisa melihat bahwa apa yang dibawa grup vokal dari Korea tersebut merupakan budaya luar yang tidak baik. Bukanlah tontonan yang mendidik. Bahkan, berpotensi untuk merusak moral generasi kita. Lihat saja cara berpakaian, berperilaku serta lagu-lagu yang didendangkan, semuanya memicu remaja memuja kebebasan. Apakah dengan mengikutinya, generasi menjadi lebih taat pada Allah? Jawabannya jelas tidak.

Anehnya, negara justru memberikan dukungan terhadap kegiatan ini. Buktinya, pemerintah memberikan fasilitas dengan mengizinkan GBK sebagai tempat konser. Ini sama artinya membiarkan sesuatu yang buruk dari luar masuk ke dalam negeri. Negara tidak menyadari itu, apalagi berupaya mencegah atau menghalanginya. Tampak sekali kalau negara tidak memiliki visi yang jelas terhadap masa depan generasi muda kita. Akibatnya, makin kokohlah dampak sekularisme yang diterapkan di negeri kita saat ini. 

Negara telah menenggelamkan generasi muda dengan kesenangan yang merusak moral. Bahkan, negara sendirilah yang mengerahkan seribu lebih personil keamanan untuk memastikan aktivitas kemaksiatan bisa berjalan lancar. Astagfirullah! 

Sikap bertolak belakang ditunjukkan tatkala berhadapan dengan aktivitas-aktivitas keislaman seperti  Malioboro Mengaji beberapa waktu lalu. Padahal, jelas kegiatan mengaji bersama di sepanjang Jalan Malioboro Yogyakarta yang dilakukan oleh generasi muda muslim jauh bermanfaat dan bisa menginspirasi untuk kebaikan. Kegiatan semacam ini justru dicurigai dan dituduh membawa bibit-bibit radikalisme. Para aktivis Rohis yang mengajak remaja untuk lebih mengenal dan mendalami Islam justru mendapat cap sebagai teroris. 
 
Sikap yang seakan kepanasan dengan aktivitas yang berbau Islam. Dari sini tampak bahwa negara berhaluan sekularisme. Prinsip pemisahan agama dari kehidupan diterapkan sebagai sistem yang mengatur masyarakat. Tak mengherankan jika paham pemikiran dan aktivitas yang jauh dari agama begitu melekat di tengah masyarakat. Begitu pula dengan generasi mudanya terjerat pada gaya hidup sekuler. 

Beda halnya dalam Islam, negara memiliki tugas membina generasi muda sesuai dengan akidah Islam. Melalui pendidikan Islam, negara menyiapkan generasi bangsa yang akan mengantarkan pada kemuliaan. Sebagaimana dalam Islam memiliki visi yang jelas terhadap generasi yaitu sebagai pembangun peradaban Islam yang mulia. 

Islam mewajibkan negara menerapkan sistem pendidikan yang mampu mencetak generasi muda supaya berkepribadian Islamiyah dalam seluruh aspek kehidupan. Negara menyelenggarakan pendidikan Islam mulai dari sejak pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi. Dengan begitu, diharapkan generasi muda memiliki bekal pemahaman Islam yang baik dan memiliki akidah yang kuat .

Selain itu, negara juga menerapkan sistem sosial kemasyarakatan Islam. Tata pergaulan di masyarakat diatur sesuai dengan prinsip-prinsip syariat. Adanya pengaturan kehidupan pria dan wanita yang terpisah sehingga mencegah terjadinya pergaulan bebas sepert campur baur, ikhtilat, pamer aurat, dan zina serta dampak buruk lainnya. Kehormatan setiap individu akan terjaga dengan baik. 

Negara juga akan mengontrol media massa dan menyaring informasi dari luar yang tidak sesuai dengan Islam. Konten-konten negatif akan dihapus. Informasi yang menyesatkan dan merusak akidah umat akan ditumpas. Sebaliknya, negara akan menyemarakkan konten yang bernilai positif dan hal-hal yang mendorong pada meningkatnya ketakwaan pada Allah SWT. 

Negara juga membekali generasi muda dengan berbagai tsaqofah dan keilmuan yang bisa menjadikannya pemimpin sejati. Dengan begitu, akan lahir generasi muda penerus bangsa yang mampu mengantarkan bangsa ini pada peradaban Islam yang mulia. Wallahu a'lam bishshowab.[]

Oleh: Endang Mulyaningsih
(Sahabat Tintasiyasi)
Baca Juga

Post a Comment

0 Comments