Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Tradisi Kenaikan Harga Bukti Tidak Seriusnya Negara Mengurus Rakyat

TintaSiyasi.com -- Kenaikan harga menjelang ramadhan bukan menjadi hal asing lagi bagi masyarakat. Menurut data Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional (PIHPSN), rata-rata harga cabai rawit merah naik menjadi 69,700 per kilogram, pada Kamis (9/3) dari harga sebelumnya yaitu 56,600 per kilogram. 
Kemudian, rata-rata harga telur ayam juga naik dari harga sebelumnya 25,650 menjadi 27,400 pada kamis (9/03/2023).

Tidak hanya itu, rata-rata harga bawang putih dan bawang merah naik sekitar 2000 rupiah per kilogram dari harga awal.
Selain itu, rata-rata harga beras juga naik menjadi 12,600 rupiah per kilogram, harga tersebut naik sejak awal tahun 2023, sebelumnya pada bulan Desember 2022 harga beras adalah 11,650 rupiah per kilogram (PIHPSN, 15/3/2023).

Fenomena Kenaikan harga ini terus Berulang, Apa Masalahnya?

Menurut Ikatan Perdagangan Pasar Indonesia (IKAPPI), kenaikan harga menjelang bulan suci ramadhan ini dikarenakan oleh permintaan yang tinggi oleh masyarakat. Hal tersebut dikarenakan budaya dari masyarakat yang ingin menyajikan makanan-makanan istimewa menjelang dan selama bulan ramadhan (Republika, 9/3/2023).

Abdullah Mansuri, Ketua umum IKAPPI, juga menyebutkan bahwa kenaikan harga pangan yang terjadi sekarang ini disebabkan oleh managemen pangan yang belum baik. Karena sebetulnya kenaikan harga beberapa komoditas sudah sejak awal tahun 2023. Beliau juga berkata bahwa jika permintaanya saja belum naik, tetapi harga sudah naik, artinya ada masalah produksi, ada masalah dengan desain pangan.

Desain pangan hari ini seharusnya sudah di persiapkan dari beberapa bulan bahkan satu tahun yang lalu, negara seharusnya telah membuat skenario dan juga solusi akan kemungkinan masalah kenaikan harga dan juga masalah-masalah yang akan mendatang. Namun, seperti yang dikatakan oleh Ketua umum IKAPPI, negara seolah tidak serius menangani masalah pangan ini.

Padahal seharusnya negara sudah menjamin terpenuhinya kebutuhan rakyat tanpa perlu bersusah payah dalam mendapatkannya. Realitasnya, pada sistem kapitalisme saat ini, para penguasa tidak lagi peduli akan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat, mereka diperbudak oleh kepentingan partai dan diri sendiri akan harta dan tahta.

Oleh karena itu, orang-orang yang seharusnya mengurusi masalah pangan ini, malah disibukkan dengan hal yang lain. Hal tersebut membuktikan bahwa negara telah gagal mengelola sumber daya manusia dan kestabilan harga pangan di Indonesia.

Keadaan ini pun diperparah dengan adanya pedagang- pedagang yang melakukan kecurangan, mereka menimbun dan memonopoli komoditas tertentu agar mendapatkan keuntungan yang lebih besar. Kecurangan yang dilakukan tersebut menjadi salah satu faktor terbesar dari kenaikan harga yang terjadi.

Walaupun sudah ada hukum yang melarang, namun mereka tetap berani untuk melakukan tindak kecurangan karena mampu ‘membayar’ para penegak hukum. Ini menjadi PR bagi negara, pemerintah harus lebih tegas dan memastikan keberlangsungan jual beli di dalam pasar, menghilangkan segala distorsi di dalamnya. 

Menegakkan hukum ekonomi dari segi produksi, distribusi, perdagangan, dan juga transaksi. Namun, apakah dengan beradanya negara kita di dalam sistem kapitalis ini dapat menjamin terpenuhinya tugas-tugas negara terhadap rakyatnya tersebut? Bisa kita lihat faktanya bahwa dari zaman dahulu sampai sekarang, Indonesia belum berada pada taraf managemen pangan yang baik. Begitu pula pada sektor lainnya.

Inilah wajah Indonesia yang telah menjadi rahasia umum. Namun, alih-alih memperbaiki keadaan, masyarakat memilih untuk adaptif terhadap kondisi-kondisi ini. Meskipun terkadang ada keluhan-keluhan yang keluar, tetapi tidak menjadi suatu aksi yang dapat merubah keadaan ini. Lalu apa solusi untuk masalah kenaikan harga yang menjadi tradisi di bulan ramadhan ini?

Islam Memberi Solusi

Sejatinya hanya Islam yang dapat mengubah keadaan yang menyengsarakan ini ke dalam keadaan yang lebih baik. Hal tersebut terbukti dengan sejarah pangan pada sistem kekhalifahan terdahulu.

Pada zaman tersebut, Islam telah mampu membuat revolusi pertanian, mampu membuat teknik penyulingan gula pertama di dunia, bahkan dalam sejarah mencatat bahwa ahli botani terkemuka di dunia dilahirkan oleh muslim yang berada di Spanyol. Perkebunan dan juga industri gula yang berada di benua Amerika pun sebenarnya berasal dari peradaban Islam.

Karena hal-hal tersebut, Islam tercatat memiliki sistem ketahanan pangan yang tangguh. Sebenarnya peradaban Barat meniru industri pangan yang dikembangkan oleh Islam, namun tidak dengan sistemnya. Maka tidak akan mungkin berkembang. Sistem Islam menyertai segalanya, jika hanya mengambil salah satu sektor yang dinaungi oleh sistem ini, maka tidak tercapai juga tujuan yang diinginkan. Oleh karena itu, sistem ini perlu benar-benar diterapkan untuk memperbaiki keadaan.

Dalam sistem Islam, seorang pemimpin akan ketakutan ketika ada salah satu rakyatnya kelaparan, seperti dalam kisah khalifah Umar bin Khatab. Oleh karena itu, Islam sangat memperhatikan kesejahteraan rakyatnya juga mengusahakan agar rakyat hidup dalam ketenangan dan kenyamanan.

Salah satu contoh sistem Islam dalam desain pangan adalah: negara dilarang mematok harga, baik harga batas atas maupun bawah, dikarenakan dapat merugikan pedagang dan pembeli. Hal ini seperti yang dijelaskan dalam hadits
Anas bin Malik :

Pada masa Rasulullah saw pernah terjadi kenaikan harga-harga yang tinggi. Para sahabat lalu berkata kepada Rasul, “Ya Rasulullah saw. tetapkan harga demi kami!” Rasulullah saw. menjawab,
“Sesungguhnya Allahlah Zat Yang menetapkan harga, yang menahan,  mengulurkan, dan Maha Pemberi rezeki. Sungguh, aku berharap dapat menjumpai Allah tanpa ada seorang pun yang menuntutku atas kezaliman yang aku lakukan dalam masalah darah dan tidak juga dalam masalah harta.” (Abu Daud, Ibn Majah dan at-Tirmidzi)

Pelaku pasar yang melakukan tindak kecurangan pun akan di hukum dengan seberat-beratnya, tanpa bisa ‘membayar’ hukum tersebut dan terbebas dari hukuman. Itulah sistem yang sesuai dengan aturan Allah SW, Rabb yang menciptakan seluruh apa yang ada di semesta ini. Aturan-Nya tidak mungkin merugikan manusia karena Dia-lah yang mengerti apa yang ciptaan-Nya butuhkan. 

Aturan yang ada dalam sistem Islam tidaklah sama seperti aturan yang di buat oleh manusia, aturan dan kebijakan yang dibuat manusia dapat diubah sesuai dengan kepentingan hawa nafsu mereka, tapi tidaklah demikian dengan sistem Islam.

Inilah seharusnya sistem yang diterapkan agar dapat terpecahkan seluruh masalah dalam sektor pangan dan sektor-sektor lainnya. Berbeda dengan sistem kapitalis yang dipakai saat ini, yang banyak melahirkan banyak kerusakan termasuk dalam sektor pangan. Rakyat pun sebenarnya sudah merasa sesak dengan keadaan sekarang ini, karena tidak sedikit kehidupannya yang masih jauh dari kata sejahtera. Sungguh, kebahagiaan hanya akan didapat dengan aturan yang telah Allah SWT tetapkan.[]

Oleh: Faatihah Nurul Hidayah 
(Aktivis Muslimah)

Baca Juga

Post a Comment

0 Comments