TintaSiyasi.com -- Penganiayaan yang dilakukan Mario Dandy Satrio terhadap David yang terjadi di Pesanggrahan, Jakarta Selatan pada Senin(20/2/2023) hingga membuat korban koma menjadi sorotan belakangan ini. Tak hanya merugikan dirinya saja, kasus Mario telah membuka catatan hitam kekayaan para pejabat pajak, kok bisa?
Merembetnya kasus penganiayaan yang dilakukan Mario ke beberapa instansi, lantaran ayahnya, yakni Rafael Alun Trisambodo memiliki latar belakang sebagai Direktorat Jenderal Pajak atau Ditjen Pajak (metro.tempo.com, 20/2/2023).
Publik kini kian menyoroti kehidupan Rafael sebagai pejabat Ditjen Pajak yang digadang-gadang memiliki kekayaan 56 miliar. Istrinya yang juga merupakan seorang pemilik resto Bilik Kayu di Yogyakarta kerap membagikan postingan dengan pakaian dan tas mewah dalam akun instagramnya. Selain Rafael, ada beberapa nama pejabat pajak yang juga ikut terseret namanya, semisal Suryo Utomo.
Video maupun foto Suryo mengendarai moge beredar luas di akun Twitter, YouTube, Facebook, dan Instagram bersama komunitas moge yang dinamakan Belasting Rijder yang berarti pengendara pajak.
Hilangnya Jejak Digital
Pasca mencuatnya kasus penganiayaan yang dilakukan oleh anak Ditjen pajak hingga merembet pada beberapa instansi telah membuka banyak hal termasuk gaya hidup mewah para pejabat. Namun sayangnya, postingan-postingan yang berbau kehidupan hedon serta kekayaan yang melimpah ruah milik para pejabat dengan cepatnya menghilang dari jejak digital setelah nama mereka terseret kasus.
Tindakan ini tentu ditempuh sebagai langkah awal menutupi pelanggaran hukum dan melepas diri dari jeratan hukum serta menjaga harta mereka. Sebab, pada hakikatnya penghilangan jejak digital oleh pihak lain atau media tidaklah mudah, bahkan membutuhkan biaya yang besar.
Selain menghapus jejak digital, demi menutupi pemberitaan yang terus bergulir, tak sedikit dari mereka melakukan aksi borong majalah edisi tertentu atau menghapus berita yang sudah terlanjur dimuat media digital.
Begitulah yang terjadi pada postingan mewah istri Rafael yang raib begitu saja serta foto-foto Suryo dengan komunitas moge yang kerap melanggar aturan lalu lintas. Kekeliruan pengelolaan negara, termasuk dalam hal keuangan sengaja diselimurkan dengan berbagai cara, termasuk dengan pengalihan isu.
Inilah wajah asli sistem kapitalisme, yang hanya mencari selamat di dunia. Mereka lupa bahwa ada sanksi yang dipersiapkan di akherat bagi pelanggar hukum Allah.
Kekuatan Taqwa
Sungguh sulit memisahkan kehidupan pejabat dalam sistem kapitalisme dengan kehidupan mewah. Sebab orientasi kehidupan menurut pandangan mereka hanya sebatas materi semata. Lain halnya dalam kepemimpinan Islam yang tidak menjadikan asas manfaat sebagai orientasi hidup para pejabat. Hal ini dapat dilihat pada masa kepemimpinan Umar bin Khattab.
Beliau sangat berhati-hati dalam hal keuangan, baik miliknya maupun pejabat-pejabatnya. Bahkan Umar tidak segan mencopot jabatan atau menyita harta bawahannya hanya karena hartanya bertambah. Apalagi jika diketahui hartanya didapat bukan dari kompensasi yang diberikan oleh negara.
Selain itu, Islam tidak memperbolehkan negara menarik pajak dari rakyat kecuali jika kondisi harta di Baitul Mal tidak mampu memenuhi kebutuhan yang diwajibkan syara’ bagi umat Islam, seperti menggaji para pegawai dan santunan penguasa, jihad, infrastruktur negara, bantuan bagi korban bencana dan lain sebagainya.
Itu pun yang dikenakan pajak hanya rakyat yang memiliki kekayaan, tidak semua rakyat dikenakan pajak. Adapun ketika kondisi Baitul mal tercukupi maka negara tidak dibenarkan memungut pajak dalam bentuk apapun, seperti memungut biaya untuk proses peradilan, atau urusan birokrasi, atau keperluan rakyat lainnya.
Negara Islam memiliki sumber tetap pemasukan Baitul Mal beberapa di antaranya dari fa’i, jizyah, kharaj, seperlima harta rikaz, zakat, sumber daya alam.
Muhasabah Diri
Terbongkarnya kasus harta kekayaan pejabat pajak menjadi peringatan serta tamparan keras bagi para penguasa negeri. Sulit dielakkan, kekuasaan dan uang adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Dengan uang, kekuasaan dapat diraih dengan mudah, atau sebaliknya, justru dengan kekuasaan, dapat menghalalkan berbagai cara mendapatkan uang.
Inilah yang menjadi cerminan pemimpin di sistem kapitalisme. Menjadikan kekuasaan sebagai kendaraan praktis dalam meraih materi sebanyak-banyaknya. Maka, sudah seharusnya para pemangku kekuasaaan sadar, bahwa semua itu adalah sebuah amanah besar yang kelak akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah.
Islam menjadikan keimanan kepada Allah sebagai benteng diri menolak kemaksiatan. Setiap muslim sudah sekayaknya merasa diawasi oleh Allah disetiap perbuatan yang dilakukannya di dunia, sehingga mencegahnya melakukan perbuatan curang atau khianat, serta senantiasa hidup dalam kesederhanaan, tidak mudah tergiur harta dan kekuasaan yang melenakan.
Semua kepribadian diatas takkan mampu terwujud kecuali di atmosfer kehidupan Islami. Kehidupan bernegara yang menerapkan islam secara kaffah, melakukan amar ma’ruf nahi mungkar termasuk mengoreksi kebijakan penguasa serta sanksi tegas terhadap pelanggar hukum Allah. Wallahu ‘alam bishshawab.[]
Oleh: Diana Kamila
Member Geosantri
0 Comments