Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Solusi Jitu Kasus Mental Health


TintaSiyasi.com -- Pendidikan sejatinya berpengaruh sangat besar bagi pembentukan segala kepribadian masyarakat. Pendidikan pula yang menjadi salah satu tonggak lahirnya aset suatu bangsa. Namun naas kini yang terjadi malah sebaliknya, pendidikan karakter sekuler justru menunjukkan kondisi makin parah. Buah dari hasil pendidikan sekuler ini ialah generasi yang tumbuh dengan kemudahan instan ditawarkan teknologi. Ada istilah menyebutkan generasi muda kekinian (generasi setelah milenial), yakni “generasi stroberi”. Istilah ini ditujukan pada sebagian generasi baru yang “lunak” layaknya buah stroberi. Buah yang tampak indah dan eksotis, tetapi begitu dipijak atau ditekan, ia mudah sekali hancur. 

Inilah salah satu penyebab mengapa marakanya kesehatan mental semacam stres, depresi, hingga kemudian bunuh diri. Kasus bunuh diri menjadi cermin terganggunya kesehatan mental warga, dengan pelaku berbagai usia. Hal ini nyata menunjukkan adanya gangguan pada mental masyarakat. Jelas ada banyak faktor yang berpengaruh, mulai dari sedikitnya jam pelajaran agama, kurikulum bermasalah, hingga pada pola asuh yang salah sehingga generasi menjadi rapuh. Semua mengerucut pada buruknya sistem dan penguasa yang abai atas rakyat 

Seperti yang diberitakan oleh kompas.com, bahwa Seorang mahasiswi Universitas Indonesia (UI) berinisial MPD (21) ditemukan tewas di sebuah apartemen kawasan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Korban diduga bunuh diri dengan melompat dari lantai 18 apartemen tersebut pada Rabu (8/3/2023) sekitar pukul 23.45 WIB. Kepala Kepolisian Sektor (Kapolsek) Kebayoran Baru Komisaris Tribuana Roseno mengatakan, MPD sempat meninggalkan pesan sebelum diduga bunuh diri dengan lompat dari apartemen. Pesan itu berisi permintaan maaf kepada keluarga dan teman-temannya melalui unggahan di media sosialnya. Kemudian Kamis (9/3/2023) dini hari sekitar pukul 01.20 WIB, jenazah korban dibawa ke RS Fatmawati, Cilandak, Jakarta Selatan untuk divisum.

Begitu tampak jelas bahwa sistem sekuler membangun masyarakat yang penuh tekanan hidup, sulit mendapatkan kebutuhan dan dengan mudahnya mengambil jalan membunuh dirinya sendiri. Sistem yang memisahkan agama dari kehidupan sehingga manusia tidak lagi meyakini Sang Pencipta dengan seperangkat aturan-Nya dapat menyelamatkan manusia di dunia dan akhirat. Apalagi yang terjadi pada sebagian generasi muda saat ini yang rapuh, bermental stroberi, mudah menyerah dengan keadaan dan tidak berani berjuang. Pendidikan karakter sekuler benar-benar merusak kepribadian generasi.Generasi muda pun mengidap penyakit “overthinking” (terlalu banyak waktu untuk memikirkan suatu hal dengan cara yang merugikan) serta mengalami “quarter life crisis” (merasa tidak memiliki arah hidup, khawatir, dan bingung). Quarter life crisis yang terjadi pada generasi muda salah satunya adalah mudah cemas dengan berbagai harapan yang tidak bisa dicapai sebab hidupnya tidak biasa berjuang dan tidak bisa susah. Kerap kali menemukan kesulitan, mereka berupaya menghindari masalah. Dengan mudah mereka mengatakan butuh “healing” atau yang paling ekstrem adalah bunuh diri.

Umat harusnya segera sadar akan bahaya sekularisme yang menjadi landasan dalam kehidupan saat ini. Orang tua pun tidak berperan baik dalam mendidik dan menanamkan nilai-nilai agama pada anak. Akhirnya, anak-anak tumbuh dengan jiwa antisosial, pemarah, tidak mau kalah, miskin empati, dan bermental lemah. Negara juga abai dalam menghadapi lingkungan sosial remaja yang hedonis. Negara malah menakut-nakuti remaja dan orang tua dengan ide radikalisme, hingga merangkul mereka untuk melawan radikalisme di sekolah dan masyarakat. 

Namun, negara tidak membangun kepedulian untuk mencegah tawuran, pergaulan bebas, kekerasan, dan meningkatnya kasus bunuh diri pada pelajar. Akhirnya, kerusakan pada remaja juga terus terjadi secara sistemis. Hal ini karena sistem yang ada baik dari segi pendidikan, pergaulan, hukum, maupun informasi tidak cukup mendukung untuk penjagaan remaja dari kerusakan..

Islam sesungguhnya telah memberikan perhatian besar kepada generasi, bahkan sejak dini. Misalnya pada masa Islam berjaya, keluarga kaum Muslim menjadi madrasah pertama bagi putra-putrinya. Sejak sebelum lahir dan saat balita, orang tua mereka telah membiasakan putra-putrinya yang masih kecil untuk menghafal Al-Qur’an dengan cara memperdengarkan bacaannya. Negara juga menjamin akses pendidikan pada semua warga negara secara cuma-cuma, tetapi tetap berkualitas, hingga akhirnya menghasilkan masyarakat yang kokoh serta sejahtera. Hal ini bukan cerita dongeng melainkan telah terbukti pada masa kegemilangan Islam. Beberapa hal yang dilakukan dalam pendidikan Islam untuk membentuk kepribadian pada pelajar, di antaranya adalah sebagai berikut:

Pertama, menanamkan keimanan pada para pelajar. Pelajar dibimbing untuk memahami jawaban yang benar terkait dari mana asalnya manusia. Memahami hakikat penciptaan manusia akan mengantarkan mereka pada keimanan atas keberadaan Sang Pencipta, hingga mereka memahami bahwa sebagai hamba Allah harus beribadah dan tunduk patuh terhadap syariat-Nya. 

Kedua, pelajar juga diberikan pemahaman bahwa siapa pun akan mati. Firman Allah Taala, “Setiap yang bernyawa akan merasakan mati.” (QS Al-Imran: 185). Kesadaran atas hakikat kematian akan melahirkan sikap kehati-hatian dalam beramal. Lantas, mengakhiri hidup dengan cara membunuh diri sendiri justru merupakan dosa besar yang akan mendapat siksa dari Allah Swt. Allah mengingatkan kita, “Dan janganlah kamu membunuh dirimu, sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.” (QS An-Nisa: 29). Rasulullah saw. bersabda, “Barang siapa yang membunuh dirinya sendiri dengan suatu cara yang ada di dunia, niscaya kelak pada hari kiamat Allah akan menyiksanya dengan cara seperti itu pula.” (HR Bukhari dan Muslim)

Sehingga sampai kapan generasi ini akan berada dalam sistem yang rusak dan merusak mereka? Sampai kapan korban terus berjatuhan akibat bunuh diri pada generasi? Semestinya sistem Islam yang diambil sebagai solusi untuk mengakhiri masalah generasi saat ini. Khilafah menjaga setiap warga negaranya dari berbagai pemikiran yang bertentangan dengan Islam. Khilafah pun menutup semua pintu-pintu kemaksiatan. Tidak akan ada pemikiran untuk mencoba bunuh diri pada setiap individu masyarakat, karena kehidupan mereka aman, tenang, dan sejahtera dalam naungan daulah Khilafah.[]

Oleh: Triani Agustina
Aktivis Muslimah 
Baca Juga

Post a Comment

0 Comments