Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Pola Asuh Salah, Pemuda Hilang Arah

Pemuda tombak peradaban. Pemuda penerus kegemilangan. Pemuda penggerak masa depan. Begitulah potensi pemuda seharusnya.

Namun jika dilihat saat ini, begitu banyak potensi itu terabaikan bahkan tak dipedulikan. Masalah di kalangan pemuda, semakin hari semakin tumbuh. Seakan-akan masalah datang tak berujung, bahkan tak jarang sebagian besar masalah yang terjadi di kalangan pemuda adalah tentang perilaku yang menyalahi aturan.

Namun benarkah perilaku buruk ini tumbuh di kalangan pemuda dan berkembang pesat tanpa alasan?

Kesalahan di masa lalu mungkin menjadi salah satu sebab para pemuda berbuat demikian. Namun tak dipungkiri juga, ada alasan di masa sekarang yang membuatnya demikian.

Kesalahan pola asuh orang tua bisa membuat anak-anak merekam dan menjadikannya sebagai maklumat dalam berperilaku. Alhasil jika sumber maklumat itu salah, maka dampak berperilaku juga salah. Akan sulit mengubah perilaku seseorang jika maklumat tersebut sudah tertancap kuat di benaknya dan menjadi kebiasaan.

Selain itu, ada dampak sistemik juga yang membuat pemuda saat ini terbawa dengan arus yang tidak bisa mereka kontrol. Alhasil merekalah yang dikontrol oleh sistem. Apabila sistem tidak mendukung mereka untuk berperilaku baik, maka yang terbentuk adalah perilaku yang menjerumuskan. Dan inilah yang banyak terjadi pada pemuda saat ini.

Lantas, apa peran wajib belajar selama 12 tahun untuk para pemuda jika tidak dapat mendidik ke arah yang lebih baik? Bukankah orang tua telah mempercayakan kepada sekolah untuk bisa membantu mendidik para pemuda?

Ternyata, peran sekolah saja tidak cukup. Karena sekolah tidak bisa menjamin perilaku apa saja yang terjadi kepada para pemuda di luar jam sekolah. Harus ada peran dari masyarakat dan juga negara sebagai penjaga tertinggi dalam kehidupan bermasyarakat.

Oleh karena itu, seharusnya ini menjadi PR utama yang harus diperhatikan oleh negara dalam memantau setiap aktivitas yang dilakukan para pemuda. Negara wajib menyediakan sarana dan prasarana dalam menjamin pendidikan, keamanan, keselamatan, kesehatan mental, dan lain-lain.

Negara bukan hanya sebagai penyedia layanan saja, tetapi juga mengontrol dan memastikan bahwa para pemuda mampu memaksimalkan potensinya. Negara juga wajib memberikan sanksi bagi pemuda yang aktivitasnya hanya hura-hura dan foya-foya saja. Jangan sampai negara mengalami krisis pemuda dan akhirnya hanya dipimpin oleh orang-orang yang fakir ilmu dan amal.

Namun untuk saat ini, terutama di sistem kapitalisme, penjaminan hal tersebut adalah hal yang mustahil terlaksana. Kapitalisme tak mungkin memperhatikan potensi pemuda sampai seperti itu. Mereka hanya menginginkan pemuda sebagai alat untuk meraih kekuasaan dan pembantu kekayaan mereka. Ini karena sistem kapitalisme telah melahirkan asas sekularis yang memisahkan kehidupan agama dengan kehidupan dunia.

Inilah yang membedakan antara sistem selain Islam dengan sistem yang lahir dari Islam. Islam akan selalu sesuai dengan fitrah manusia dan juga memperhatikan potensi yang dimiliki oleh manusia. Tak mungkin dibiarkan begitu saja tanpa ada upaya memaksimalkan demi tegaknya hukum Islam secara sempurna.

Oleh karena itu, yang saat ini umat harus lalukan hanya satu, yaitu menerapkan syariat Islam secara sempurna untuk meraih ridho Allah. Dengan begitu, kehidupan umat manusia akan terjaga dan selamat dunia akhirat. Wallahu a'lam bish shawab.[]

Oleh: Eliyanti
(Aktivis Muslimah Jembrana-Bali)

Baca Juga

Post a Comment

0 Comments