Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Penghilangan Jejak Digital, Wajah Kepribadian Kapitalis

TintaSiyasi.com -- Ibu Mario Dandy, Ernie Meike, diduga hapus unggahan iInstagram miliknya. Postingan barang branded, gaya hidup mewah, langsung hilang semua. Ernie Meike diduga gercep. Ada dugaan Ernie mengunci akun Instagramnya @26_emt. Ibu Mario Dandy malah diduga hapus unggahan instagram barang branded dan gaya hidup mewah. Semua langsung lenyap tanpa bekas (ayobandung.com, 26 Februari 2023).

Kasus kekerasan anak pejabat membuka banyak hal, termasuk gaya hidup mewah yang nampak dalam postingan keluarga terkait barang-barang mewah yang dimilikinya. Namun ketika kasus kekerasan diperkarakan, semua postingan tersebut dihilangkan oleh pemilik akun.

Penghilangan jejak digital adalah salah satu cara untuk menghilangkan jejak adanya kejahatan yang dilakukan. Dalam hal penghilangan jejak digital yang dibuat oleh pihak lain/media tentu tidak mudah, bahkan membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Langkah ini tentu hanya bisa dilakukan oleh pihak yang memiliki kekuasaan atau modal besar.

Langkah ini dilakukan untuk menutupi pelanggaran hukum dan melepaskan diri dari jeratan hukum atau menjaga kehilangan harta. Ada banyak kasus yang menjadi contoh seperti aksi borong majalah edisi tertentu, atau menghapus berita yang sudah terlanjur dimuat dalam media digital.

Itulah wajah kepribadian kapitalis, yang hanya mencari selamat di dunia. Ia lupa bahwa juga ada sanksi di akhirat bagi pelanggar hukum Allah. Sehingga mereka menutup-nutupi kesalahan mereka agar memperoleh keselamatan di dunia.

Allah SWT berfirman, “Dan janganlah kamu campuradukkan kebenaran dengan kebatilan dan (janganlah) kamu sembunyikan kebenaran, sedangkan kamu mengetahuinya.” (TQS. Al-Baqarah: 42).

Rasulullah SAW bersabda, "Jauhilah kebohongan, sebab kebohongan menggiring kepada keburukan, dan keburukan akan menggiring kepada neraka. Dan sungguh, jika seseorang berbohong dan terbiasa dalam kebohongan, hingga di sisi Allah ia akan ditulis sebagai seorang pembohong."

"Dan hendaklah kalian jujur, sebab jujur menggiring kepada kebaikan, dan kebaikan akan menggiring kepada surga. Dan sungguh, jika seseorang berlaku jujur dan terbiasa dalam kejujuran hingga di sisi Allah ia akan ditulis sebagai orang yang jujur." (HR. Abu Dawud).
 
Di masa saat ini para penjabat dan petinggi negara memang sangat erat kaitannya dengan gaya hidup mewah dan hedonis. Tak dapat dipungkiri bahwa banyak pejabat yang bahkan memiliki aset dengan jumlah fantastik padahal jika diperhitungkan angka itu tidak relevan dengan gaji pokok dan tunjangan yang seharusnya didapatkan selama menjabat.

Ada baiknya kita berkaca pada keteladanan Khalifah Umar bin Abdul Aziz dalam memerangi korupsi. Pada zaman pemerintahannya ada seorang pengawas Baitul Mal yang menghadiahkan kalung emas kepada anak perempuannya. 

Beberapa waktu kemudian, Khalifah Umar melihat putrinya sedang menenteng kalung emas tadi, yang belum pernah dilihatnya sebelumnya. “Dari mana engkau mendapatkannya?” tanya Umar bin Abdul Aziz kepada buah hatinya itu. Putrinya menjawab bahwa kalung emas itu diperolehnya dari pemberian penjaga Baitul Mal. 

Oleh karena merasa tidak ada yang salah, dibawalah benda indah itu ke rumah. “Takutlah kau wahai anakku tercinta bahwa engkau kelak akan datang ke hadapan pengadilan Allah dengan barang yang kau curangi ini dan akan kuselidiki dengan saksama,” tegas sang khalifah, sembari mengingatkan kepada anaknya itu Firman Allah SWT dalam Al-Qur'an surat Ali Imran ayat 161:

‎وَمَا كَانَ لِنَبِيٍّ أَنْ يَغُلَّ ۚ وَمَنْ يَغْلُلْ يَأْتِ بِمَا غَلَّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ۚ ثُمَّ تُوَفَّىٰ كُلُّ نَفْسٍ مَا كَسَبَتْ وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ

Tidaklah ada seorang nabi pun berlaku curang. Dan barangsiapa berlaku curang (ghulul), maka akan datanglah dia dengan barang yang dicuranginya itu pada Hari Kiamat. Kemudian, setiap diri akan diberi pembalasan tentang apa yang dia kerjakan dengan (pembalasan) setimpal, sedangkan mereka tidak akan dianiaya.” 

Maka dikembalikanlah kalung emas tersebut ke Baitul Mal. Sebagai pejabat negara, Umar bin Abdul Aziz berprinsip sangat hati-hati (wara') dalam menggunakan fasilitas negara.  

Pernah juga dalam sebuah kejadian, Khalifah Umar bin Abdul Aziz harus menyelesaikan tugas di ruang kerjanya hingga larut malam. Tiba-tiba, putranya mengetuk pintu ruangan dan meminta izin masuk, Umar pun mempersilakannya untuk mendekat. 

“Ada apa putraku datang ke sini?” tanya Umar, “Apa untuk urusan keluarga kita atau negara?” “Urusan keluarga, Ayah”, jawab sang anak. Sontak saja Umar bin Abdul Aziz meniup lampu penerang di atas mejanya, sehingga seisi ruangan gelap gulita. 

“Mengapa Ayah melakukan ini?” tanya putranya itu keheranan. “Anakku, lampu itu ayah pakai untuk bekerja sebagai pejabat negara. Minyak untuk menghidupkan lampu itu dibeli dengan uang negara, sedangkan engkau datang ke sini akan membahas urusan keluarga kita,” ujarnya. 

Dia lantas memanggil pembantu pribadinya untuk mengambil lampu dari luar dan menyalakannya. Sekarang, lampu yang kepunyaan keluarga kita telah dinyalakan. “Minyak untuk menyalakannya dibeli dari uang kita sendiri. Silakan lanjutkan maksud kedatanganmu,” kata sosok berjulukan Khulafa ar-Rasyidin kelima itu. 

Demikianlah, penampakan teladan sosok terbaik dalam sejarah Islam ketika mencontohkan berbagai cara untuk menutup celah korupsi. Bermula dari sikap wara' para elite pemimpin, penegakkan hukum tanpa tebang pilih dan demokratis, hingga pelaksanaan hukuman yang keras di depan publik, merupakan beberapa jalan yang dapat ditempuh demi terwujudnya kesejahteraan ditengah masyarkat. 

Bila para pemimpin sudah mengikuti sungguh-sungguh teladan Rasulullah SAW dan para sahabat serta generasi tabiut tabiin maka rakyat di bawah pun akan tergerak untuk memelihara norma-norma agama khususnya tidak menikmati apa yang bukan haknya. 

Merebaknya kasus korupsi salah satu tindak kejahatan luar biasa di tengah komunitas Muslim sesungguhnya ironis. Sebab, diseminasi ajaran agama cenderung berhenti di tataran simbol atau teks belaka, belum sampai menyerap ke dalam pori-pori jiwa kolektif mereka, mulai dari level elite sampai rakyat jelata.

Islam menjadikan keimanan kepada Allah sebagai benteng penjaga dalam ketaatan pada Allah. Hal ini akan mampu menghindarkan diri dari perilaku curang atau jahat. Demikian pula kesadaran akan adanya sanksi di akhirat, umat akan senantiasa menjaga untuk terus berbuat baik. []


Oleh: Marissa Oktavioni, S.Tr.Bns.
Aktivis Muslimah
Baca Juga

Post a Comment

0 Comments