Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Jelang Ramadhan Harga Bahan Pokok Melonjak Naik, Rakyat Makin Tak Sejahtera


TintaSiyasi.com -- Ramadhan tinggal menghitung hari. Umat Muslim di manapun berada sudah pasti menyambutnya dengan suka cita. Keceriaan terpancar seolah tak memiliki beban hidup. Namun anehnya di tengah menjelang Ramadhan masih ada saja hal yang mengusik ibadah umat Muslim yaitu naiknya harga kebutuhan pokok. Padahal tak seharusnya kenaikan harga ini berulang. Apalagi di tengah rakyat yang terhimpit ekonominya dan kaum Muslim yang sedang menyambut bulan suci Ramadhan, keceriaan berubah duka. Kenaikan harga kebutuhan pokok membuat rakyat panik. Ironisnya kenaikan harga ini seolah sudah tradisi yang terus berulang setiap menjelang perayaan keagamaan. 

Kebutuhan pokok yang mengalami kenaikan harga seperti cabai, minyak goreng, gula pasir kualitas premium, dan daging ayam ras segar. Kenaikan tersebut terjadi 20 hari jelang bulan puasa atau Ramadan. Berdasarkan data Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional, rata-rata harga cabai merah besar secara nasional mencapai Rp 42.200 per kilogram, pada Jumat (3/2) yang sebelumnya Rp 36.250 per kg. Rata-rata harga cabai rawit hijau juga naik mencapai Rp 48.700 per kilogram yang sebelumnya Rp 42.600 per kilogram.  

Adapun cabai rawit merah mengalami kenaikan pada Jumat (3/2) mencapai Rp 65.950 per kilogram yang sebelumnya Rp 54.800 per kilogram. Harga Minyak Goreng bermerek mencapai Rp 21.750 per kilogram yang sebelumnya Rp 20.100 per kilogram. Gula pasir kualitas premium mencapai Rp 15.900 per kilogram yang sebelumnya Rp 15.850 per kilogram. Sementara harga daging ayam ras segar skala nasional mencapai Rp 33.800 per kilogram (katadata.co.id, 27/2/2023).


Kapitalisme Gagal Sejahterakan Rakyat

Kenaikan harga pada kebutuhan pokok menjelang ramadhan dan hari besar agama selalu naik, wajar membuat rakyat panik. Sayangnya kepanikan rakyat ini seperti sebuah tradisi yang berulang terjadi. Rakyat yang terhimpit masalah ekonomi akan semakin susah mendapatkan bahan kebutuhan pokok. Jika sudah begini, bagaimana nasib mereka yang sehari-hari menggantungkan dari hasil kerja yang minim pendapatannya sementara gaji pun tak mengalami kenaikan? Kebijakan seperti ini gagal membuat rakyat sejahtera sebaliknya membuat rakyat menderita. 

Beginilah nasib hidup yang serba diatur oleh sistem ekonomi kapitalis sekuler. Harga naik oleh karena adanya hukum permintaan yang tinggi. Alhasil yang lebih diuntungkan jelas para pemilik modal (kapital) sedangkan rakyat lebih banyak dirugikan dengan kenaikan harga pada bahan pokok yang utama. Kapitalisme hanya memikirkan keuntungan materi dan kepentingan atas dasar manfaat tanpa memperdulikan nasib rakyat. Pun adanya kelangkaan barang dan penimbunan kerapkali terjadi. Akhirnya rakyat susah mendapatkan bahan pokok ditambah kenaikan harga makin mempersulit hidup rakyat.

Alhasil hukum permintaan dan penawaran yang bersumber dari kapitalisme bukanlah solusi. Justru menambah beban hidup rakyat. Namun ironisnya dengan memanfaatkan momen tertentu, rakyat diklaim bisa menjadi sumber pemasok keuntungan terbesar. Seperti kondisi tabiat masyarakat yang konsumsif hari ini seolah tak sadar mana kebutuhan mendesak dan yang tidak. Budaya konsumsif seperti ini tidak memikirkan dampak buruknya bagi kehidupan semua dianggap fun. Padahal dampaknya sangat meluas bahkan efek buruk hingga ke tataran sosial akhlak menjadi tak terkendali. Pun kejahatan menjadi tak terbendung.
 
Sementara itu pemerintah abai dengan problem sosial akhlak ini. Rakyat dibiarkan dengan kondisi terjepit. Kapitalisme yang menjadikan peran negara hanya sebatas regulator. Negara tak memiliki peran sebagai pelayan rakyat yang harusnya mengedepankan dahulu kepentingan rakyat. Dengan berupaya melakukan antisipasi agar tidak mengalami gejolak harga serta memudahkan masyarakat mendapatkan kebutuhan pokok. Karenanya wajar tradisi ini terus berulang yang menunjukkan gagalnya negara menjaga ketahanan harga dan pangan yang dibutuhkan rakyat. Rakyatpun tak kunjung sejahtera. 


Kesejahteraan Hanya pada Islam

Demikianlah kapitalisme memandang setiap apapun di dunia ini sebagai materi, tidak ada kesadaran bahwa setiap yang dilakukan manusia akan dimintai pertanggugjawaban atas seluruh perbuatannya. Sebaliknya Islam memperhatikan setiap perbuatan manusia akan dihisab atau dipertanggungjawabkan di akhirat. Maka dalam hal ini seorang pemimpin harus paham betul apa yang harus dilakukan untuk rakyatnya termasuk bagaimana menyejahterakan rakyatnya agar rakyat tetap mendapatkan kebutuhannya tanpa harus mengemis. 

Dalam hadis yang diriwayatkan Ibnu Umar ra berkata: "Saya telah mendengar Rasulullah SAW bersabda: "Setiap orang adalah pemimpin dan akan diminta pertanggung jawaban atas kepemimpinannya. Seorang kepala negara akan diminta pertanggungjawaban perihal rakat yang dipimpinnya." (HR Bukhari dan Muslim).

Maka dalam hal kenaikan harga ini, Islam memiliki mekanisme yang ampuh dan mampu menjaga gejolak harga sehingga harga tetap stabil dan rakyat mampu mendapatkannya. Harus ada peran pemimpin sebagai pelayan rakyat, mengurusi kemaslahatan rakyat bukan sebagai regulator seperti dalam kapitalisme hari ini yang hanya memikirkan keuntungan ketimbang kemaslahatan dan kesejahteraan rakyat. Alih-alih memikirkan kesejahteraan, namun negara justru mengambil keuntungan dari rakyat. Wajar jika kesejahteraan tidak dirasakan rakyat namun oleh para Kapital. Maka sistem seperti ini tidak bisa diharapkan apalagi dipertahankan.

Masalah kebutuhan pokok merupakan hal yang vital yang tak boleh disepelekan. Sebab kebutuhan individu terus menerus dibutuhkan. Alhasil Islam sangat memperhatikan pasokan pangan di setiap penjuru terpenuhi bahkan waspada agar jangan sampai ada rakyat yang kelaparan. Negara benar-benar menjamin dan terus mencari cara agar tetap tersedianya pangan serta harga yang dapat dijangkau. Untuk itulah Islam melarang penimbunan dan kecurangan yang ada sebab hal itu berpengaruh pada harga di pasaran. Negara juga menindak tegas bagi mereka yang menimbun dan melakukan praktik curang. 

Untuk mengantisipasinya negara akan meningkatkan teknologi yang dapat mengelola pangan dengan memproduksinya secara mandiri tidak bergantung pada negara luar. Mengerahkan sumber daya alam yang dimiliki yang semuanya diperuntukkan demi kesejahteraan rakyat semata. Islam menjamin mekanisme pasar yang sehat agar tidak terjadi praktik-praktik yang menyalahi syariat. Memberikan informasi akurat terkait ketersediaan kebutuhan pangan dan menjaga dari informasi hoaks yang dapat menimbulkan perbedaan yang bisa saja dimanfaatkan untuk mengambil keuntungan sepihak.

Semua itu dapat diperoleh hanya dengan penerapan Islam secara sempurna sehingga kesejahteraan dapat dirasakan. Tidak seperti penerapan kapitalisme sekuler hari ini yang sudah terbukti tidak menyejahterakan bahkan memunculkan kezaliman berulang, terlebih negara tak mampu mengatasi hal ini. Saatnya negara berbenah, beralih pada sistem Islam yang mumpuni mampu atasi masalah pangan apalagi di saat ini masih banyak rakyat terhimpit ekonomi bahkan kelaparan masih terlihat dimana-mana. Rakyat menginginkan kesejahteraan yang bukan sekedar janji namun butuh solusi yang pasti yang bersumber dari aturan Yang Maha Adil yaitu Islam.

Wallahu a'lam bishshawab. []


Oleh: Punky Purboyowati
Komunitas Ngopi
Baca Juga

Post a Comment

0 Comments