Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Negara Tidak Mampu Stabilkan Harga Akibat Cengkeraman Kapitalisme

TintaSiyasi.com -- Ramadhan tiba.. ramadhan tiba..lirik syair lagu yang satu ini acapkali terdengar disetiap lintasan ramadhan, sayangnya momen besar ini disambut dengan sekelompok oknum dengan  kemanfaatan dan  keuntungan semata.

Kebanyakan kaum perempuan, khususnya emak-emak sudah putar otak merancang menu apa saja yang tepat dan 'ekonomis' menemani sahur dan berbuka puasa, apalagi masyarakat terbiasa 'tersuguhkan' harga kebutuhan pokok menjelang  yang ramadhan kian melonjak.

Dikutip dari Liputan6.com, (02/03/2023) disebutkan bahwa Wakil Presiden Ma'ruf Amin menginstruksikan agar mengantisipasi harga sembako yang terjadi agar tidak sampai membebani rakyat, beliaupun menegaskan akan memantau kebutuhan pokok jangan sampai ada kelangkaan. Amin pun mengatakan kenaikan harga biasa terjadi karena adanya inflasi dan kurangnya stok kebutuhan pokok.

Terpisah, dikutip Antara, sumut- seirama dengan Pemerintah Pusat Jakarta, Komisi III DPRD Medan Afif Abdilah, menghimbau Pemerintah Kota Medan untuk dapat menstabilitasi harga pasar, dibeberapa lonjakan harga pangan sudah tampak naik, contoh beras bulog yang berkisar Rp13.000 - 14.000 per kilogram yang seharusnya RP 9.900 per kilogram, untuk minyak goreng mengalami kenaikan dari Rp 13.000/liter menjadi Rp 15.000/liter. Medan (12/3/2023).

Jika kita cermati, lonjakan kenaikan harga hingga kelangkaan yang terjadi bukan tanpa sebab, oknum-oknum yang bermain curang demi keuntungan dan kepentingan sekelompok orang yang menjadi akar permasalahan.

Sistem Kapitalis liberalisme yang mengusung kepentingan dan keuntungan korporasi dan oligarki sudah menjadi 'rahasia umum' tabiat rakus dan serakah yang menjadi landasan.

Sistem ekonomi kapitalis yang menjadi corong kejayaan pasar bebas adalah salah satu kesemrawutan yang yang mengakibatkan krisis pangan hingga kelaparan didunia.

Negara yang harusnya memiliki peran dan andil justru sebaliknya menjadi regulator asing, alhasil kekuatan dan kekuasaan  lumpuh demi kesewenang-wenangan.

Semua ini membuktikan gagalnya kemampuan negara dalam menstabilitasi harga pasar dan keamanan kebutuhan sandang rakyat, hingga rakyat kesulitan dalam mencukupi kebutuhan kesehariannya.

Pemimpin yang minim akidah dan syariah Islam cenderung abai, tak heran rasa bersalah dan berdosa akan pertanggungjawaban kelak kepada Allah SWT nyaris pupus.

Itulah pentingnya memiliki seorang pemimpin yang beriman dan bertakwa, senantiasa terikat dengan akidah dan syariah Islam,  hingga mampu mewujudkan kesejahteraan dan ketentraman jiwa setiap rakyatnya.

"Sebaik-baiknya pemimpin kamu adalah mereka yang kamu cintai dan mereka pun mencintamu, kamu menghormati mereka dan merekapun menghormati kamu. Pun sejelek-jeleknya pemimpin kamu adalah mereka yang kamu benci dan mereka pun benci kepada kamu. Kamu melaknat mereka dan mereka pun melaknatmu”(HR Muslim).

Sebagaimana kepemimpinan dalam Islam,  pemimpin (khalifah) wajib mencintai rakyatnya, memperhatikan rakyatnya, hingga adil kepada rakyatnya. Figur pemimpin sholeh akan mampu mewujudkan ketakwaan bagi setiap jatidiri.

Al-Qur'an mengajarkan kepada umat Islam bahwa konsep kepemimpinan adalah kekuasaan dalam genggaman Allah Ta'ala, seperti tercantum dalam Q.S. Al Imran ayat 26.  “Allah SWT yang memberikan jabatan dan kedudukan kepada orang yang dikehendaki-Nya dan Allah SWT pula yang mencabutnya sesuai kehendak-Nya.

Oleh karenanya pemimpin yang sombong hanya akan mendatangkan kesengsaraan dan kehancuran, jabatan dan kekuasaan tidak mampu mewujudkan kemuliaan. 

Sebaliknya kemuliaan akan terwujud dengan keimanan dan ketakwaan, hingga  terlahir derajat kedudukan tertinggi hanya dihadapan Allah SWT. Wallahu'alam bishshowab.[]

Oleh: Maya Ernitasari
(Aktivis Muslimah Medan)
Baca Juga

Post a Comment

0 Comments