Tintasiyasi.com -- Dunia maya membuat risau, terutama bagi orang tua yang memiliki anak remaja. Konten nirfaedah menjadi jalan menuju ketenaran instan, ditonton banyak mata dan ditiru banyak manusia. Tujuannya tidak lain, agar viral dan kejar cuan. Bahkan didukung oleh aplikasi yang fobia dengan syiar Islam dan sangat kontras memihak kaum yang menyerupai kaum Luth As dan mendukung konten yang merusak generasi bangsa.
Miris, demi meraih sesuatu yang belum tentu didapatkan dan masih belum tentu pasti, seorang gadis muda berinisial W (20th) meregang nyawa. Bermaksud ingin meraih ketenaran, membuat konten agar viral, untuk meraih pundi-pundi, agar bisa terkenal dan ingin dikenal walau berakibat kematian. Mati terlilit karena membuat konten bunuh diri, malang tak dapat ditolak, karena terpeleset dan akhirnya tergantung beneran (RadarBogor.com 02/03/2023).
Kejadian serupa juga pernah terjadi, seorang pemuda membuat konten berbahaya, yang pada akhirnya juga merenggut nyawa. Menghantar nyawa, tanpa takut ancaman bahaya. Pemuda menghadang mobil truk secara tiba-tiba. Lagi-lagi tak berpikir panjang, akhirnya nyawa jadi taruhannya (RadarBogor.com 15/1/2023)
Semata hanya demi konten, untuk sesuatu yang belum pasti, itulah yang banyak dilakukan oleh para generasi hari ini. Harusnya kejadian demi kejadian menjadi pelajaran, jangan ada pengulangan hal yang sama. Tetapi kenyataannya tidak demikian, di sistem hari ini, hal serupa seolah menjadi inspirasi. Apa yang sebenarnya terjadi?
Lagi-lagi, Toxic by System
Di sistem kapitalis sekuler hari ini, arah tujuan hidup seseorang menjadi salah arah. Standar kebahagiaan hanya sebatas dunia yang tak berujung hanya demi kepuasan batin dan nafsu belaka.
Masa muda yang hanya datang sekali seumur hidup, dimanfaatkan hanya untuk happy fun saja. Bebas dari berbuat dan berkehendak selagi hati senang. Agamapun dijauhkan dari kehidupan. Karena sekuler memisahkan antara agama dan kehidupan.
Aktivitas yang dilakukan jauh dari aturan Tuhan Yang Maha Menciptakan. Maka wajar, sebagian orang ingin mencari kebahagiaan dengan jalan pintas tanpa kerja keras.
Membuat konten nirfaedah salah satu jalan keluar untuk meraih cuan. Apalagi sampai viral, ingin menjadi terkenal meski diraih dengan instan. Selanjutnya pelaku konten akan berpikir keras, memikirkan untuk membuat konten sensasional untuk bisa viral.
Semua ini hanya sebatas dunia, kesenangan dan kepuasan yang tidak ada habisnya. Arah tujuan yang belum jelas dalam memaknai kebahagiaan. Hanya berstandar nafsu dan kepuasan diri saja.
Miris melihat generasi muda hari ini, jauh dari harapan sebagai penerus pemimpin negeri. Bersumbu pendek, tak mudah mengontrol emosi, jalan pintas dalam mencari solusi, dan meraih masa depan yang tak pasti. Berujung pada kematian, akibat kecerobohan demi tarif konten yang belum pasti didapatkan. Miris, berakhir pada hidup yang tragis.
Sistem kapitalis telah menjauhkan akal dan fitrah manusia dalam memaknai kehidupan. Konten nirfaedah di media sosial justru menarik hati para netizen dunia maya, sekedar hanya untuk menghibur orang yang melihatnya.
Walau tak masuk akal hanya mengharap cuan. Bahkan terkadang konten, juga tak sesuai fitrah manusia. Semua ini mendapat apresiasi atas nama kebebasan. Bebas bertindak melakukan apa saja, demi kebahagiaan yang sebenarnya hanyalah semu dan bersifat temporal.
Hal yang patut untuk disayangkan, justru inilah tontonan yang banyak disenangi oleh sebagian masyarakat negeri ini pada umumnya. Tontonan yang hanya sekedar menghibur, namun tak ada nilai kemaslahatan.
Kapitalis sekuler telah menjauhkan tujuan hidup manusia. Dalam menjalani aktivitas sehari-hari, di jalani boleh dengan aturan sekehendak hati. Tidak boleh ada aturan pencipta dalam kehidupan, karena aturan pencipta hanya mengatur perihal rohani dan di tempat ibadah saja.
Maka wajar hari ini generasi jauh dari aturan agama dalam aktivitasnya. Kebebasan yang mengantarkan pada hidup hedonis, menghantarkan para pemuda mencari kesenangan yang nisbi. Mau tidak mau, pada akhirnya sistem kapitalis-sekuler melahirkan generasi hedon, dijauhkan dari generasi negeri ini, sejauh-jauhnya.
Sudah seharusnya Negara menjadi pelindung dan memberikan pengarahan pada generasi untuk masa depan, memfilter konten-konten receh apalagi sampai harus bertaruh nyawa.
Generasi Hebat Hanya dengan Islam
Generasi muda Islam hanya taat pada aturan Islam. Sepanjang sejarahnya, kegemilangan Islam telah berhasil melahirkan pemuda peradaban yang hebat. Generasi muda yang berdiri di garda terdepan dalam mempertaruhkan jiwa dan raga perihal pengorbanan.
Aksi para generasi yang mampu merubah tatanan politik sosial dalam meraih kegemilangan. Tentu dengan semangat tinggi dan idealis sebagai pelaku perubahan peradaban. Pemuda intelektual, yang bermoral dan bertakwa itulah yang menjadi modal utamanya. Para generasi emas dan bukang pemalas.
Generasi gemilang dari tiga generasi yang lahir pada peranan Islam yakni generasi sahabat nabi Muhammad SAW, generasi Salahudin Al Ayubi dan Generasi Muhammad al fatih.
Usia muda benar-benar digunakan untuk kebaikan. Memanfaatkan waktu untuk meraih ridho dari Tuhan yang Menciptakan. Generasi yang telah menorehkan tinta emas peradaban, meski masih berusia muda tapi tak terlena pada sesuatu hal kesia-siaan.
Generasi Muhammad Al Fatih, di usia 22 tahun telah menaklukan kota konstantinopel. Generasi muda yang telah mampu tampuk di kursi kekuasaan. Keberhasilan dalam memimpin telah diakui dunia hingga hari ini. Didikan agama yang melekat dan diterapkan ketika menjalani kehidupan. Pendidikan yang diperoleh pun berhasil membentuk diri beradab dan tangguh. Inilah salah satu bukti generasi hebat yang lahir dari peradaban.
Ada juga Ibnu Sina, salah satu pemuda hebat lahir dari peradaban mulia. Semenjak umur 16 tahun sudah mendalami ilmu kedokteran. Di usia 21 banyak hasil karya tulisan dengan jumlah yang tak sedikit tapi ratusan yang berhasil dilahirkan. Generasi muda muslim yang luar biasa, sampai hari ini ilmunya masih dimanfaatkan di dunia kedokteran.
Tujuan hidup generasi muslim adalah kebahagiaan akhirat, selamat dunia dengan taat pada syariat. Halal haram menjadi standar dalam perbuatan. Pemuda muslim hebat hanya melakukan aktivitas yang mendatangkan kemaslahatan, karena yang diharapkan hanya keridhoan dari Tuhan Yang Maha Menciptakan. Tidak akan dihabiskan waktunya untuk hal yang penuh kesia-sian, apalagi sampai pada bertaruh nyawa dengan jalan syaitan. Allah Subhanahu wata'ala berfirman :
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تَأْكُلُوْٓا اَمْوَالَكُمْ بَيْنَكُمْ بِالْبَاطِلِ اِلَّآ اَنْ تَكُوْنَ تِجَارَةً عَنْ تَرَاضٍ مِّنْكُمْ ۗ وَلَا تَقْتُلُوْٓا اَنْفُسَكُمْ ۗ اِنَّ اللّٰهَ كَانَ بِكُمْ رَحِيْمًا
Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil (tidak benar), kecuali dalam perdagangan yang berlaku atas dasar suka sama suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sungguh, Allah Maha Penyayang kepadamu. (QS. An Nisa ayat 29).
Sungguh sangat berharganya nyawa bagi para pemuda hebat. Menghantar nyawa bukan untuk hal sia-sia, tapi meraih pahala surga demi meraih kemuliaan karena membela agama.
Kini, butuh ada kelompok atau komunitas yang mengajak pada kebaikan, agar manusia tak salah jalan. Saling nasehat dan menasehati adalah bukti tanda kasih sayang. Sebagaimana firman Allah Subhanahu wata'ala :
وَلْتَكُنْ مِّنْكُمْ اُمَّةٌ يَّدْعُوْنَ اِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُوْنَ بِالْمَعْرُوْفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ ۗ وَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَ
Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung (QS. Ali Imran 104).
Selagi masih diberi kesempatan umur dan waktu yang tersisa. Memanfaatkan waktu untuk hal yang berguna, menjalani kehidupan agar senantiasa taat pada aturan Tuhan Yang Maha. Agar tak salah jalan dan dapatg merubah arah tujuan hidup hanya untuk kebaikan. Mempersiapkan generasi tangguh yang hebat, seperti dahulu terbukti sejarah peradaban Islam pernah menorehkan.
Semoga Krisis generasi di masa yang akan datang tidak akan terjadi, jika hari ini kita peduli dan mencari solusi yang tepat.Wallahu a'lam bish-shawab.[]
Oleh: Oki Oktavia, A.Md
(Pegiat Literasi Islam, Siak Sri Indrapura, Riau)
0 Comments