Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Moral Generasi Muda Amburadul

TintaSiyasi.com -- "Membesarkan anak saat ini seperti membesarkan monster". Adalah Istilah baru yang dipakai dalam dunia parenting untuk menggambarkan kondisi anak jaman sekarang. Sikap dan perilaku generasi muda kian menggila. Mulai dari membangkang, tawuran, narkoba, seks bebas, aborsi, pemerkosaan hingga pemukulan dan pembunuhan. 

Baru-baru ini terjadi kasus penganiayaan yang berujung koma. dilakukan oleh anak pejabat pajak Mario Dandy terhadap David anak dari petinggi GP Ansor. Penganiayaan secara brutal oleh Mario dilakukan di sebuah perumahan di Pesanggrahan Jakarta Selatan, Senin (20/2) sekitar pukul 20.30 (CNNIndonesia.com, 25/02/2023).

Kasus terbaru lainnya adalah pemerkosaan yang berujung kematian. Dilansir dari media kompas.com (25/02/2023), J (14), siswi SMP di Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan meninggal usai menjadi korban pemerkosaan beberapa rekannya. Masih banyak kasus lainnya yang dilakukan oleh pemuda.

Banyaknya kasus tindak kekerasan ini menggambarkan ada yang salah dalam sistem kehidupan saat ini. Mulai dari gagalnya sistem pendidikan membentuk anak yang beriman, bertakwa dan berakhlak mulia. Lemahnya peran keluarga dalam meletakan dasar perilaku terpuji hingga rusaknya masyarakat. Semua ini adalah buah dari kehidupan yang berdasar sekularisme. Sekularisme menjadikan akal sebagai penentu segala sesuatu.

Pendidikan saat ini berbasis pada sekularisme. Menjauhkan agama, adab dan akhlak mulia serta keagungan ilmu sebagai sebuah pengetahuan. Pendidikan dikejar hanya demi  mendapatkan gelar dan pekerjaan semata. 

Walhasil adalah para pelajar kering dari nilai agama, kemanusiaan dan akhlak. Materialisme, hedonisme, individualisme adalah paham yang mereka miliki dan menempel pada diri mereka. Sehingga tak heran mereka tumbuh seperti monster, membahayakan dan merusak lingkungan. Bukan menjadi generasi hebat, kuat dan siap menjadi pemimpin.

Kondisi ini juga ditambah dengan rapuhnya bangunan dan fungsi keluarga. Banyak ibu yang tidak berperan sebagai ummu warobatul bait yaitu ibu dan pengatur rumah tangga. Banyak ibu yang kurang  pemahaman terhadap fungsinya dan disibukkan dengan peran sebagai pembantu ekonomi keluarga.

Begitu pula dengan para ayah. Jarang menyentuh dan berkomunikasi dengan anak. Hilangnya sosok ayah dalam diri anak ibarat anak yatim. Mereka sepi dari peluk, canda tawa dan ketegasan dari sang ayah.  Outputnya jiwa anak kering dan kosong, akhirnya mereka mencari pemenuhan di luar.

Padahal di luar pun telah rusak. Fungsi masyarakat sebagai pengontrol kini mulai berkurang bahkan tidak ada. Malah sebaliknya, kemaksiatan dan kejahatan seperti kekerasan, pornografi, sek bebas, narkoba dan miras bertebaran. Sudah menjadi barang yang sangat mudah dijangkau.

Berbeda dengan masyarakat Islam, dalam institusi Islam pendidikan yang dijalankan berasas pada akidah Islamiyyah. Pendidikan bertujuan untuk membentuk generasi yang memiliki kepribadian Islam. Yaitu memiliki pola pikir dan pola sikap Islami.

Menjadikan syariah Islam sebagai standar kehidupan. Halal dan haram menjadi pijakan. Dengan akhlak mulia anak dan juga orang tua atau guru akan memiliki porsi yang harmonis. Lebih jauh ilmu yang diberikan bertujuan untuk menjadikan generasi muda siap  melanjutkan estafet kepemimpinan. 

Pun dengan keluarga, fungsi dan perannya berjalan optimal. Para ibu dibekali dengan pemahaman dan ilmu mendidih anak dan mengurus keluarga. Peran ayah yang kerja mencari nafkah di luar tidak menghilangkan fungsinya sebagai kepala keluarga di rumah. keduanya tidak disibukkan dengan beban ekonomi yang sangat berat. Karena negara menjamin berbagai kebutuhan umum seperti pendidikan, kesehatan dan keamanan.

Begitu pula dengan masyarakat, Perannya sebagai pengontrol dan saling mengingatkan berjalan. Sebab dengan amar makruf nahi mungkar kemaksiatan dan kejahatan akan mudah diminimalisir bahkan hilang. Rasulullah SAW mengibaratkan masyarakat Islam seperti penumpang perahu yang jika salah satu melubangi kapal maka semua akan tenggelam. Maka satu orang yang berbuat salah harus segera diingatkan.

Begitupula dengan negaranya, akan menegakkan hukum dengan tegas. Siapa saja yang melanggar akan diberikan sanksi sesuai dengan perbuatannya. Melakukan pembunuhan akan diberlakukan hukum qishas. Bila melakukan kejahatan penganiayaan, perzinaan dan pencurian akan diberikan hukuman hudud dan bila melakukan pelanggaran lainnya akan dikenakan takzir yang ditetapkan oleh penguasa Islam.

Dengan hukuman yang tegas dan tidak pilih kasih ini akan membawa efek jera sekaligus penghapus dosa para pelaku. Juga akan memberikan pelajaran bagi yang lainnya sehingga memberikan efek pencegah bagi masyarakat. Penegakkan hukum ini menjadikan masyarakat tunduk dan patuh kepada hukum Islam.

Inilah sistem Islam yang akan mampu mencegah terjadinya perilaku brutal pada pemuda. Sekaligus menjadikan para pemuda siap menjadi pemimpin. Wallahu'alam bishshowab.[]

Oleh : Verawati S.Pd
(Pegiat Literasi)

Baca Juga

Post a Comment

0 Comments