Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Mario dan Sistem Pendidikan Islam


Oleh: Oktavia 

NewsTintaSiyasi.com-- Dunia pendidikan menjadi salah satu yang harus diperhatikan secara serius, karena tidak dimungkiri anak-anak penerus bangsa akan dididik di dalamnya dengan segala aturan dan kurikulum yang berlaku. Maju dan berkembangnya suatu negara dilihat dari seberapa bagus kualitas dari sistem pendidikan. Indonesia menjadi salah satu negara yang mempunyai PR (Pekerjaan Rumah) di dalam dunia pendidikan, pasalnya tidak sedikit kita menemui kegagalan pembentukan karakter pada siswa atau siswi didikannya. Kasus kekerasan, pelecehan, perundungan, narkoba, seks bebas, bahkan sikap tidak hormat pada pengajar (guru) sering kita temui, mau di kota ataupun di desa. 

Kasus kekerasan yang dilakukan oleh seorang anak pejabat pajak Mario Dandy Satriyo terhadap putra petinggi salah satu ormas David menghebohkan Indonesia. Pasalnya, bukan kekerasan ringan yang dilakukan Mario terhadap David, tetapi luka yang dialami cukup serius. David dikabarkan koma akibat kekerasan yang dilakukan oleh Mario. Provokasi pacar membuat petaka bagi Mario, sehingga ia gelap mata dan menganiaya David hingga koma. Atas kejadian ini, polisi akhirnya menetapkan Mario sebagai tersangka dan ditahan. 

David, Mario, dan pacarnya adalah sedikit gambaran buruknya hasil pendidikan yang ada di Indonesia. Kalau kita perhatikan, sistem pendidikan di Tanah Air bukannya membaik secara kualitas dan kuantitas, tetapi sebaliknya, makin memburuk. Pembentukan karakter pada diri siswa tidak terlihat, justru sebaliknya, para siswa makin tidak memiliki karakter seorang pelajar. Ini hasil dari sistem pendidikan Indonesia yang menganut sistem pendidikan kapitalis-liberal-sekuler. Orientasi dari sistem pendidikan ini berbasis kebebasan yang kering dari nilai-nilai agama. Sekulerisme tampaknya sudah mendarah daging di sistem pendidikan kita.

Kurikulum pendidikan Indonesia saat ini tampaknya berusaha memisahkan nilai Islam dalam pendidikan yang diajarkan kepada siswa-siswi. Para pelajar Indonesia dijauhkan dari nilai-nilai Islami, hal ini merupakan  hasil dari  target serangan yang dilakukan Amerika Serikat dalam menolak Islamisasi dalam segala aspek.

Perang melawan terorisme-ekstrimisme yang dikepalai oleh Amerika Serikat dan diikuti oleh beberapa kepala negara di dunia mempunyai target besar yaitu menunda kejayaan Islam dan ingin mencengkramkan kuku-kuku dalam daerah kekuasaanya, salah satunya dengan mengotak-atik sistem pendidikan. Rand Corporation and The American Israel Public Affrairs Committee (AIPAC) menyajikan sebuah studi dan rekomendasi yang diangkat ke badan keamanan nasional AS. Pada beberapa laporannya menyatakan, “tujuan dari kampanye Amerika dalam melawan terorisme dapat menyebabkan control atas generasi yang akan datang untuk jangka waktu sepuluh tahun dan hal ini dapat menjadi obat penenang sementara. Namun mengubah kurikulum pendidikan mulai dari jenjang dasar adalah apa yang menjamin keberadaan generasi non-teroris. TintaMuslimah, (09/08/22) 

Perubahan kurikulum terus dilakukan oleh menteri pendidikan Indonesia, setidaknya ada 12 kali pergantian kurikulum. Kalau kita mau mencermati bersama, kurikulum di Indonesia adalah alat untuk melancarkan strategi Barat dalam menjaga eksistensinya dan mengendalikan negeri-negeri Muslim. Dengan tujuan tersebut maka kita bisa melihat output dari sistem pendidikan yang saat ini berhasil mencetak generasi yang rapuh dari segala sisi kehidupan, salah satu contohnya bobroknya aklaq dan nilai-nilai Islam lainnya.

Indonesia atau beberapa negeri-negeri Muslim akan tetap ada dalam kubangan permasalahan pendidikan, jika landasan atau asas dasarnya belum diubah dan masih tetap menggunakan sistem pendidikan yang lahir dari sistem kapitalis-sekuler-liberal. Permasalahan David dan David-David  yang lain akan kita temukan dengan mudah. Beralih kepada solusi yang hakiki adalah pilihan bijak yang harus diambil dan diterapkan oleh Indonesia dan dunia.

Islam, way of life

Islam bukan sekadar agama yang mengatur kehidupan manusia dengan Tuhannya belaka, tetapi lebih dari itu, Islam mengatur dalam skup yang lebih luas. Di dalam Islam ada tiga hubungan yang diatur secara komprehensif, yaitu Habluminallah (hubungan manusia dengan Tuhannya) seperti halnya salat dan ibadah lainnya, habluminafsih (hubungan manusia dengan dirinya sendiri) contohnya cara berpakaian, dan habluminannas (hubungan ia dengan manusia lain), contohnya adalah pada dunia pendidikan. Ketiga hubungan tersebut saling berkaitan, tidak ada sekulerisasi (pemisahan agama dalam kehidupan) dalam bidang apa pun. Termasuk dalam hal pendidikan, ada kaitanya dengan habluminalah dan Habluminafsih.

Islam mempunyai cara dalam mengelola pendidikan yang akan mencetak generasi ke depan dengan unggul, syaratnya dengan menerapkan Islam secara sempurna dalam semua aspek kehidupan. Satu dengan yang lain saling berkaitan, bekerjasama demi mencetak generasi unggul yang bersakhsiah Islamiah. Setidaknya ada tiga yang harus diperhatikan. 

Pertama, setiap individu ditanamkan kesadaran penuh kenapa ia harus berpendidikan, bukan materi yang menjadi dasar ia ingin berpendidikan, tetapi semata-mata untuk makin mendekatkan diri kepada Sang Pencipta. Peran keluarga sangatlah urgent (penting) dalam membentuk pribadi atau individu yang bertakwa. Sehingga ketahanan keluarga di dalam Islam sangat diperhatikan demi mencetak individu yang bertakwa.

Kedua, masyarakat  yang senantiasa menjadi agent control di tengah-tengah lingkungan mereka. Asas dalam mengontrol adalah amal mak’ruf nahi mungkar, mengajak kepada kebaikan dan mencegah dari kemungkaran, cara dalam menegur atau menyampaikan nasihat juga diperhatikan disini. 

Ketiga, negara. Negara mempunyai peran penting dalam mencetak generasi yang unggul. Maka, sistem pendidikan yang baik akan terwujud dari negara yang mempunyai pondasi yang baik pula. Negara menentukan arah pendidikan, memfasilitasi sarana dan prasarana yang baik juga murah, bahkan bisa gratis seratus persen. Negara sangat bisa memfasilitasi sarana dan prasarana secara gratis dengan mengelola SDA (Sumber Daya Alam) dengan baik dan optimal, hasilnya akan dikembalikan dalam bentuk fasilitas umum yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat, salah satunya di bidang pendidikan.

Jika ketiga hal ini dijalankan secara maksimal, bukan tidak mungkin kejayaan dalam bidang pendidikan seperti masa Bani Umayyah dan Bani Abbasiyah akan kembali. Di mulai tahun 661 M dan mencapai puncaknya saat periode kekhilafahan Abbasiah (Bani Abbasiah) segala bidang pendidikan formal ataupun nonformal berkembang pesat . Para filsuf, ilmuwan, dan insinyur berkontribusi aktif dalam bidang pendidikan dan mereka secara maksimal didukung oleh pemerintah dalam berbagai projek-projek mereka. Para ilmuan tersebut bahkan menjadi peletak dasar dari berbagai ilmu, contohnya: Jamsyid Giatsuddin Al Kasyi sebagai peletak dasar aritmatika, Al Khwarizmi berhasil memecahkan aljabar dan algoritma dengan mudah, Jabir Ibnu Hayyan melahirkan sebuah buku yang berjudul Al kimya yang digunakan menjadi rujukan dalam pengembangan bidang ekonomi, dan masih banyak lagi.

Sungguh indah memang jika kita sebagai makhluk yang mempunyai banyak kelemahan juga kecacatan mau mengadopsi Islam kaffah dalam kehidupan kita. Bukan lagi kebahagian dunia yang kita dapat, tetapi kebahagian akhirat dan rida Allah SWT. akan kita dapat. Sekarang bukan saatnya bertahan dalam sistem yang salah dan merusak. Kini, saatnya beralih kepada sistem Islam kaffah.

Wallahu a’lam.
Baca Juga

Post a Comment

0 Comments