TintaSiyasi.com -- Aktivitas mengkaji Islam kembali dipersoalkan. Kali ini, pernyataan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarno Putri menyita perhatian khalayak ramai. Pidato itu berbicara mengenai ibu-ibu di Indonesia yang "hobi" mengikuti pengajian, sehingga urusan pekerjaan rumah dan anaknya menjadi terabaikan.
Sontak video tersebut viral dan mengundang banyak tanggapan. Salah satunya datang dari Wakil Ketua Badan Pemenangan Pemilu (Bappilu) Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Demokrat Andi Nurpati. Mantan Komisioner Komisi Pemilihan Umum (KPU) itu mengatakan bahwa pengajian tidak dilakukan setiap hari. "Sangat tidak pantas menyoal ibu-ibu pengajian, kenapa enggak menyoal ibu-ibu yang dugem (dunia gemerlap, red) ke diskotik? Ibu-ibu yang bekerja full day?" ujarnya.
Baginya, lebih parah ibu-ibu yang bekerja di luar rumah setiap hari dari pagi hingga sore atau malam. "Kenapa Bu Mega enggak menyoal itu daripada menyoal ibu-ibu pengajian. Meski hak seorang ibu bekerja berkarier di luar rumah yang umumnya anaknya diserahkan kepada asisten rumah tangga yang notabene pengetahuan tentang gizi dan lain-lain tidak memadai," ucap Andi Nurpati kepada SINDOnews, Minggu (19/2/2023).
Diketahui, komentar negatif Megawati soal ibu-ibu pengajian itu disampaikan saat Kick Off Pancasila dalam Tindakan 'Gerakan Semesta Berencana Mencegah Stunting' yang digelar BKKBN beberapa waktu lalu.
Tingginya angka stunting merupakan bukti gagalnya riayah negara terhadap rakyat. PHK massal dimana-mana, sulitnya mendapat pekerjaan, angka pengangguran bertambah, sehingga kemiskinan terus meningkat. Itu berdampak pada ketidakmampuan seorang ibu memberikan pangan dengan gizi yang cukup untuk anak-anaknya. Jadi, tidak ada hubungannya ibu-ibu yang aktif pengajian dengan anak stunting, itu tuduhan tak berdasar. Ini adalah salah satu bentuk salah paham terhadap aktifitas menuntut ilmu agama yang hukumnya fardhu ‘ain bagi setiap muslim termasuk ibu-ibu Muslimah.
Menuntut Ilmu Adalah Kewajiban
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ
“Menuntut ilmu itu wajib atas setiap Muslim” (HR. Ibnu Majah).
Dengan tegas Rasulullah menyatakan bahwa menuntut ilmu itu hukumnya wajib atas setiap muslim, bukan bagi sebagian orang muslim saja. Sehingga berdosalah setiap orang yang meninggalkannya.
Lalu, ilmu apakah yang dimaksud dalam hadits tersebut? Penting untuk diketahui bahwa ketika Allah atau Rasul-Nya menyebutkan kata “ilmu” saja dalam Al-Qur’an atau As-Sunnah, maka ilmu yang dimaksud adalah ilmu syari (ilmu agama). Ilmu wajib yang justru tidak didapatkan di bangku sekolah yang memiliki kurikulum sekuler. Sejatinya seorang Muslim itu harus lebih peduli dan memprioritaskan belajar ilmu syari dari ilmu umum lainnya.
Bahkan dikatakan, tuntutlah ilmu sejak dari buaian hingga liang lahat. Itu menyatakan bahwa menuntut ilmu hendaklah dilakukan sepanjang hayat terutama ilmu agama. Jadi, bukan "pernah" ngaji, tapi memang harusnya rutin ngaji, mak! Karena mengkaji Islam dapat meningkatkan taraf berfikir umat.
Mengkaji Islam Membuka Pikiran
Selain wajib dan penting, mengkaji Islam dapat membuka pikiran dan menerangi jalan hidup. Dalam forum pengajian, akan membahas bagaimana Islam mampu mengatasi berbagai problematika umat masa kini. Mulai dari masalah akidah hingga syariat, ibadah hingga muamalah, bahkan ekonomi hingga politik. Perihal stunting yang kini menjadi masalah krusial di Indonesia pun tidak luput menjadi topik pembahasan di dalamnya. Itu karena problem stunting tidak terlepas dari kemiskinan struktural yang membelit Indonesia.
Fokus pemerintah pada pembangunan yang selama ini jor-joran dilakukan walau dengan cara utang, yang diharapkan dapat memicu pertumbuhan ekonomi namun nyatanya hanya memakmurkan segelintir kalangan saja. Sementara itu, mayoritas rakyat hidup dalam jeratan kemiskinan.
Dalam negara Islam, mengkaji Islam secara kaffah itu bagian dari program pembinaan kepribadian setiap individu, yang terintegrasi dalam kurikulum dan kebijakan negara lainnya. Sehingga mampu menghasilkan individu-individu yang beriman dan bertakwa; tinggi taraf berpikirnya, kuat kesadaran politiknya yang juga menjadi bekal bagi para ibu untuk mendidik anaknya menjadi Muslim Muslimah yang berkepribadian Islam calon pemimpin masa depan.
Sepaham dengan pernyataan Anies Baswedan ketika menghadiri acara tasyakuran Milad ke-42 tahun Badan Kontak Majelis Taklim (BKMT) di Istora Senayan beberapa waktu lalu. Anies memuji eksistensi ibu-ibu pengajian karena telah mewujudkan keberhasilan pendidikan di dalam keluarga.
"BKMT menjadi bukti bahwa pengajian menghasilkan ibu-ibu yang lebih berpengetahuan. Ibu-ibu yang punya bekal untuk mendidik anak-anaknya, membuat rumah yang mencerminkan nilai Islam dan akhlak yang baik," kata Anies dikutip dari unggahan akun media sosial Instagram miliknya (CNN Indonesia, 22/2/2023).
Mungkin Ibu Megawati belum mengetahui bahwa Islam itu agama yang komprehensif. Pengajian menjadi tempat alternatif untuk memahami berbagai hukum Allah secara kaffah yang dibutuhkan dalam mengarungi kehidupan. Mulai dari bangun tidur, bangun rumah tangga sampai bangun negara pun Islam punya aturannya, buk! Termasuk dalam mendidik anak agar selalu dalam keridhaan Allah SWT.
Jika tanpa bekal ilmu agama, lantas apa yang akan kita persiapkan untuk mendidik generasi masa depan? Sedangkan ibu adalah sebaik-baik madrasah pertama bagi anaknya. Terbukti sudah, Islamlah yang mampu membangun peradaban luhur nan mulia menguasai 2/3 dunia dan berjaya selama 13 abad lamanya.
Wallahu a'lam bishshawab. []
Oleh: Purnamasari
Aktivis Muslimah
0 Comments