Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Dengan Islam, Konten Tak Sekadar demi Eksistensi

TintaSiyasi.com -- Arus globalisasi yang deras tidak terelakkan dari kehidupan kita. Seperti kemajuan media yang kian hari kian canggih, yang akhirnya membawa ragam tujuan penggunaannya. Tujuan yang mulanya untuk membantu atau mempermudah urusan manusia, kini telah beralih bahkan pada taraf membahayakan nyawa diri.

Sebut saja kejadian yang teranyar menghebohkan publik. Seorang perempuan di Leuwiliang, Kabupaten Bogor ditemukan tewas dengan kondisi leher menggantung di sebuah tali. Korban berinisial W (21 tahun) tersebut tewas saat membuat konten candaan gantung diri di hadapan teman-temannya via video call (CNNIndonesia.com, 03/03/2023).

Kadang, tujuannya memang tidak sampai pada taraf membahayakan nyawa diri, seperti aktivitas flexing.  Flexing adalah istilah yang merujuk pada seseorang yang menyombongkan gaya hidupnya demi memberikan kesan mampu pada orang lain. Flexing yang hari ini menjamur tentu tak bisa dilepaskan dengan adanya kemajuan media.

Harusnya ketika tujuannya menjadi ragam, "untuk kebaikan" selalu jadi fondasinya. Alih-alih seperti itu, eksistensi diri justru menjadi hal yang diprioritaskan. Kemajuan media tadilah yang membuatnya semakin mudah. Ya, karena hanya dengan membuat konten, eksistensi diri akhirnya nampak. Entah dengan cara yang membahayakan jiwa atau berlagak kaya atau flexing tadi.

Perilaku memanfaatkan media hanya demi eksistensi diri sejatinya adalah perilaku rendah, wujud rendahnya taraf berpikir. Kehidupan dunia hanya dipandang sebagai tempat memperoleh kenikmatan dunia sebanyak mungkin, memupuk materi setinggi mungkin. Kehidupan dunia bahkan dipandang sebagai tujuan akhir penciptaan, bukan fana belaka.

Dengan demikian, menjadi wajar apabila aktivitas-aktivitas tersebut menjamur karena orang-orangnya pun bertindak karena latah bukan dilandasi kesadaran. Standar halal haram tak usah ditanyakan, tidak menjadi panduan dalam polahnya. Ini karena sudah menjadi kesalahan dari awal, yaitu mengambil sekularisme sebagai asas kehidupan.

Sekularisme adalah paham yang memisahkan agama dari kehidupan. Apapun yang dilakukan, yang landasannya sekularisme, tentunya tidak bervisi akhirat. Sehingga, ketika sang pegiat konten media menjadikan ini sebagai landasan, eksistensi menjadi tujuan, aktivitas berlagak kaya atau membahayakan nyawa lewat konten pasti dilakoni.

Oleh karena sudah menjamurnya aktivitas ini, perlu ada tindak tegas dari negara sebagai pelindung dan penjaga rakyatnya. Karena jika tidak, nyawa yang melayang akibat konten candaan kian hari kian bertambah. Pun pelaku flexing juga akan bertambah karena konten tersebut dianggap "cocok" untuk bertahan di era tingginya tuntutan gaya hidup.

Hal mendasar yang diubah adalah asas kehidupan yang diterapkan, yakni dari sekularisme ke Islam. Dari kehidupan yang menjadikan dunia sebagai tempat memupuk materi duniawi menjadi kehidupan yang bervisi akhirat. Dari menjadikan pandangan orang sebagai landas perbuatan menjadi rida Allah sebagai satu-satunya yang dituju dalam tiap aktivitas.

Sungguh ketika negara menjadikan Islam sebagai payung kehidupan, pemanfaatan konten untuk eksistensi diri akan bertransformasi menjadi pemanfaatan konten untuk bekal di kehidupan kekal.

Di sinilah pentingnya peran negara. ketika negara menerapkan Islam, masyarakat dari hulu ke hilir pun akan terjaga aqidah dan akhlaknya. Dari sini, akan lahir sosok individu berilmu tinggi, bertindak berstandar halal haram. Wallahu a'lam bishshawab.[]

Oleh: Khaulah
(Aktivis Dakwah)


Baca Juga

Post a Comment

0 Comments