Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Budaya Kekerasan pada Generasi Cermin Bobroknya Sistem Kehidupan

TintaSiyasi.com -- Sederet berita tindakan kriminal  yang dilakukan oleh generasi muda kembali viral di media. Diantaranya kasus penganiayaan anak pejabat pajak Mario Dandy Satriyo (20), terhadap putra petinggi GP Ansor Jonathan Latumahina, David (17).  Mario Dandy memukul, menendang, dan menginjak kepala David beberapa kali. Selain Mario Dandy, beberapa temannya yang masih berumur belasan tahun juga terseret kasus ini karena memprovokasi dan membiarkannya melakukan kekerasan terhadap David (CNN Indonesia, 25/02/2023).

Aparat kepolisian juga telah menetapkan satu tersangka terkait tewasnya seorang siswi SMP di Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan yang diduga tewas usai diperkosa beramai ramai. Polisi masih terus melakukan pendalaman guna mengungkap tersangka lain.  Seorang pelaku berinisial AM (15) ditetapkan sebagai tersangka atas kasus pemerkosaan yang mengakibatkan siswi SMP berinisial J (14) tewas. (Kompas.com, 24/02/2023)

Lima pelajar di Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat diamankan Polsek Pasawahan. Mereka diamankan pihak kepolisian atas dugaan kasus percobaan pencurian dengan kekerasan dan penganiayaan. Mereka mencoba merampas ponsel korban setelah sebelumnya membacok punggung korban dengan celurit. (Purwakarta Post, 22/02/2023)

Serangkaian kasus kekerasan di atas hanya secuil fakta yang diberitakan media dan viral. Sejatinya kasus kekerasan yang terjadi di masyarakat jauh lebih banyak, baik dari sisi pelaku maupun jenis kasusnya. Makin banyaknya tindak kekerasan yang dilakukan oleh pemuda, menggambarkan ada yang salah dalam sistem kehidupan saat ini.  Mulai dari gagalnya sistem pendidikan membentuk anak didik yang beriman bertakwa dan berakhlak mulia. Lemahnya peran keluarga dalam meletakkan dasar  perilaku terpuji  hingga rusaknya masyarakat.  Semua itu adalah buah dari kehidupan yang berdasarkan  sekulerisme. Sistem kehidupan yang menjadikan akal manusia sebagai penentu segala hal. 

Sekulerisme adalah paham yang memisahkan antara urusan agama dan kehidupan. Perkara agama hanya menjadi urusan pribadi. Sedangkan urusan kehidupan umum diatur berdasarkan aturan yang dibuat oleh akal manusia yang terbatas. Sehingga, aturan yang dibuat akan sarat kepentingan manusia.

Sistem pendidikan yang berbasis sekulerisme, menjadikan sekolah tidak lagi menjadi tempat untuk menimba ilmu. Namun menjadi sosok yang  siap terjun di dunia kerja. Maka tak heran anak-anak yang dihasilkan, jauh dari pemahaman agama. Sehingga bertindak amoral untuk menyelesaikan masalah.

Kesibukan orang tua bekerja, termasuk abainya negara dalam membekali pengasuhan anak, memperparah kenakalan remaja. Remaja yang jauh dari orang tua dan kehidupannya dimanja. Cenderung mengedepankan ego, sehingga bersikap sesuka hatinya untuk memuaskan rasa tersebut. Negara telah menindak pelaku kriminalitas, namun tanpa ada upaya pencegahan. Bahkan membiarkan paham serba boleh atau kebebasan menggerogoti jiwa pemuda. Maka tak heran kasus amoral remaja semakin marak.

Sangat berbeda dengan sistem Islam. Islam menjadikan akidah Islam sebagai asas seluruh aspek kehidupan. Sehingga manusia menyadari dunia adalah tempat menanam kebaikan untuk dipanen di akherat kelak.  Hal ini akan menjaga setiap individu untuk selalu menjaga perilaku selalu sesuai dengan aturan Allah.  

Menjaga kualitas generasi menjadi perkara penting. Semua elemen harus terlibat untuk membentuk generasi terbaik. Islam memerintahkan untuk mendidik anak-anak dengan baik. Islam juga menjadikan masyarakat dan negara sebagai pilar yang menjaga umat selalu dalam kebaikan. 

Dimulai dari keluarga, Islam memerintahkan untuk mendidik anak dengan akidah Islam. Menjadikan anak-anak yang berakhlak mulia. Sehingga dimanapun posisi mereka, baik anak pejabat atau bukan tidak ada yang merasa rendah diri atau tinggi hati. Karena keimananlah yang membedakan diantara keduanya. 

Dari sisi masyarakat, mereka adalah masyarakat yang memiliki budaya amar ma’ruf nahi munkar. Masyarakat yang demikian akan menjadi lingkungan yang baik bagi generasi. Sebab, mereka bisa melihat penerapkan aturan agama secara langsung.

Negara menjadi perisai bagi generasi, agar tidak salah tujuan hidup. Mekanismenya dengan cara menerapkan sistem Pendidikan Islam. Dengan kurikulum yang disusun dalam rangka membentuk kepribadian islam yang utuh. Baik dari sisi aqidah, tsaqofah, maupun penguasaan iptek.

Konsep ini akan membuat suasana keimanan generasi semakin kuat. Sehingga mereka akan menghindari perbuatan yang merusak, seperti penganiayaan, pelecehan dan sejenisnya. Negara juga mengatur sistem sosial, seperti interaksi antara laki-laki dan perempuan. Interaksi  yang terjalin adalah interakti yang dibenarkan oleh syariat.  Saling tolong menolong  dalam membangun masyarakt yang dilandasi keimanan kepada Allah.

Sehingga tidak akan terjalin hubungan yang dilarang Islam seperti pacaran, seks bebas dll. Selain itu, negara juga mengatur media. Karena media memiliki fungsi strategis sebagai sarana edukasi masyarakat. Agar masyarakat semakin paham dengan syariat. Jika terjadi pelanggaran hukum syariat, maka para pelaku akan dikenai sanksi Islam. 

Dalam Islam hukuman akan diterapkan kepada mereka yang telah mencapai usia baligh. Sehingga para pelaku yang telah disebutkan dalam kasus di atas, wajib diterapkan sanksi kepadanya. Sanksi yang diberikan mampu memberikan efek jera kepada pelaku. Menjadi pencegah bagi orang yang akan melakukan hal serupa. Dengan demikian, solusi Islam mengatasi maraknya kasus kekerasan yang dilakukan generasi. Wallahualam.

Oleh: Nor'alimah
Pendidik
Baca Juga

Post a Comment

0 Comments