Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Waspada Diabetes pada Anak, Sistem Pengawasan Pangan Tak Layak

TintaSiyasi.com -- Dilansir dari alodokter.com, diabetes adalah penyakit kronis yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah. Kadar gula (glukosa) dalam darah dikendalikan oleh hormon insulin yang diproduksi pankreas. Namun, pada penderita diabetes, pankreas tidak mampu memproduksi insulin sesuai kebutuhan tubuh. Tanpa insulin, sel-sel tubuh tidak dapat menyerap dan mengolah glukosa menjadi energi. 

Menurut Permenkes Nomor 30 Tahun 2013, anjuran konsumsi gula per orang per hari adalah 10% dari total energi (200 kkal). Konsumsi tersebut setara dengan 4 sendok makan per orang per hari atau 50 gram per orang per hari. Menurut data dari Institude for Health Metrics and Evaluation bahwa diabetes merupakan penyakit penyebab kematian tertinggi ke 3 di Indonesia tahun 2019 yaitu sekitar 57,42 kematian per 100.000 penduduk.  Sementara IDAI mencatat terdapat 1.645 anak di Indonesia menderita diabetes pada Januari 2023, dimana prevalensinya sebesar 2 kasus per 100.000 anak dan meningkat hingga 70 kali lipat sejak 2010 lalu. 

Diabetes merupakan tipe penyakit kronis dengan dampak yang sangat panjang, hal ini umumnya dikarenakan pola hidup dan pola konsumsi makanan yang tidak sehat. Pola hidup yang tidak sehat dikarenakan kurangnya gerak sehingga metabolisme tubuh melambat, hal ini membuat gula didalam darah tidak terserap sempurna menjadi energi seluruhnya. Sementara pola konsumsi makanan yang tidak sehat seperti makanan cepat saji dan makanan yang tinggi kadar gulanya, jika dikonsumsi terlalu sering dan dalam jumlah yang besar dapat menyebabkan penumpukan gula didalam darah yang memicu diabetes. 

Pada diabetes tipe 1, gangguan disebabkan karena sistem kekebalan tubuh yang biasanya menyerang virus atau bakteri berbahya lainnya malah menyerang dan menghancurkan sel penghasil insulin atau penyakit autoimun. Sedangkan pada diabetes tipe 2, tubuh bisa menghasilkan insulin secara normal, tetapi insulin tidak digunakan secara normal atau dikenal dengan resistensi insulin (halodoc.com).

Saat ini masyarakat kita lebih menggemari makanan dan minuman cepat saji yang memiliki kandungan gizi rendah. Hal ini karena kurangnya edukasi mengenai gizi seimbang yang harus dipenuhi per orang per harinya, terlebih masyarakat kita yang memiliki tingkat literasi yang rendah menyebabkan kebutuhan gizi harian tidak tercukupi dengan baik. Imbasnya muncul berbagai penyakit serius yang disebabkan oleh pola hidup yang tidak sehat. Salah satunya diabetes yang tidak hanya diidap oleh orang tua saja, akan tetapi anak-anakpun kini banyak yang terkena diabetes akibat megonsumsi makanan dan minuman manis. 

Tidak dapat dipungkiri bahwa kini telah menjamur produk-produk makanan dan minuman yang tidak memiliki standar penggunaan gula didalamnya. Masyarakat hanya melihat bahwa makanan ataupun minuman tersebut enak dikonsumsi. Sedangkan pemerintah tidak memiliki peraturan yang tegas mengenai kandungan zat dalam sebuah produk, terlebih untuk produsen pangan skala kecil luput dari perhatian dikarenakan jumlahnya sangat banyak dan tidak memiliki takaran pasti dalam mengolah produknya.

Terlebih jika anak-anak yang mengonsumsi makanan manis sembarangan dikarenakan anak-anak belum dapat memilih dan memilah makanan yang layak konsumsi. Mereka cenderung tidak berpikir panjang saat mengambil keputusan, asalkan suka tentu akan dikonsumsinya lagi. Apalagi gula menghasilkan hormon yang membuat bahagia, maka saat kadar gula menurun sistem didalam tubuh akan meminta gula kembali sehingga menyebabkan candu. 

Ketika sistem Islam diterapkan, masalah diabetes dan pola makan masyarakat yang tidak sehat akan terkendali. Terlebih peraturan yang menaungi konsumen sangat tegas sehingga produsen makanan dan minuman tidak akan serampangan dalam menakar produknya. Selain itu, pola makan masyarakat akan sehat karena makanan sehat akan tersedia berlimpah dipasaran dan harga kebutuhan pokok masyarakat akan stabil. Ditambah ketika terdapat masyarakat yang terkena diabetes maka negara akan menjamin terpenuhinya pengobatan yang layak dan gratis, sehingga masyarakat akan fokus untuk pemuliahan kesehatannya.


Oleh: Siti Chotimah S.E
Sahabat TintaSiyasi

Baca Juga

Post a Comment

0 Comments