TintaSiyasi.com -- Diabetes pada orang dewasa itu biasa. Diabetes pada anak? Mengenaskan!
Tapi itulah yang terjadi saat ini. Angka penderita diabetes pada anak meningkat 70 kali lipat pada Januari 2023 ini. Sungguh peningkatan yang sangat signifikan.
Diabetes selama ini biasa menyerang orang lanjut usia berumur 50 tahun ke atas. Seiring perkembangan waktu dan perubahan gaya hidup, diabetes akhirnya menyerang orang dewasa berumur 30 tahunan. Sekarang, diabetes malah menyerang anak- anak juga dan jumlahnya makin meningkat dari tahun ke tahun. Ini ada apa?
Diabetes pada anak ini terjadi karena pola makan mereka yang tidak sehat. Ini bisa jadi berawal dari rumah terkait pola makan keluarga. Kemiskinan membuat orang tua tidak bisa memberikan makanan yang sehat dan aman bagi anak- anaknya. Makanan murah dan cepat saji menjadi pilihan asal perut bisa terisi. Urusan gizi dan nutrisi tak dijadikan pertimbangan lagi. Bisa makan saja sudah bersyukur.
Selain itu pedagang kecil penjual jajanan anak- anak juga punya andil dalam masalah diabetes anak ini. Demi memenuhi kebutuhan hidup keluarga mereka, para penjual jajanan anak-anak menjajakan jajanan yang kurang sehat, entah dari bahan baku yang kurang memenuhi syarat, atau dari perasa yang melebihi batas: terlalu manis, asin, pedas, gurih dan juga dengan berbagai pewarna makanan yang mencolok mata. Hal ini bisa jadi karena keterbatasan pemahaman mereka tentang ilmu kesehatan makanan dan atau bisa jadi juga karena tuntutan ekonomi keluarga yang membuat mereka melalaikan keamanan jajanan yang mereka jual. Tidak peduli asal dompet mereka bisa terisi, demi anak istri yang harus dinafkahi.
Bukan hanya pedagang jajanan kecil yang perlu diperhatikan, peran pengusaha jajanan anak skala besar juga punya andil. Demi meraup keuntungan yang besar dari jajanan yang mereka produksi, keamanan pangan tidak lagi mereka perhatikan.
Negara juga terkesan abai menjaga keamanan pangan rakyat. Aturan yang dibuat hanya sebagai aksesori yang itu bisa diakomodasi ketika ada keuntungan yang didapat sebagai ganti rugi. Negara baru beraksi ketika ada kasus yang muncul dan membutuhkan interogasi.
Masalah diabetes anak dengan berbagai faktor penyebabnya ini tentu perlu peran negara untuk menanggulanginya. Anak-anak yang sehat tentu perlu diwujudkan karena mereka adalah mutiara- mutiara bangsa yang kelak akan meneruskan kepemimpinan negeri ini. Untuk itu perlu peran negara yang kuat untuk mewujudkannya: kuat ekonominya, kuat pembinaan dan pendidikannya, kuat penjagaannya kepada seluruh rakyat termasuk anak- anak.
Negara yang ekonominya kuat akan mampu memberikan lapangan pekerjaan yang luas kepada seluruh rakyatnya yang wajib bekerja sehingga mereka tidak kesulitan ketika harus menafkahi keluarganya. Sehingga terhindar dari mencari jalan pintas dengan memproduksi makanan yang membahayakan konsumen.
Kalau pun kemudian para pencari nafkah ini memilih berwirausaha dalam bidang pangan misalnya, entah dalam skala besar maupun kecil, maka negara yang kuat akan memberikan pembinaan dan pemahaman kepada mereka tentang syarat-syarat makanan yang bisa diproduksi untuk konsumsi, yaitu harus halal dan tayib.
Negara yang kuat juga akan melakukan pembinaan kontinyu dan berkelanjutan kepada seluruh rakyat, mulai dari keluarga dan masyarakat secara luas. Mereka dibina mulai dari akidah hingga syariat Islam termasuk dalam hal makanan. Negara akan menjaga agar tidak ada bahan makanan maupun makanan jadi yang haram dan tidak tayib dikonsumsi beredar di masyarakat. Negara akan menindak tegas jika ada pihak, individu maupun kelompok, yang melanggar aturan ini.
Demikianlah, perlu negara yang kuat secara kebijakan dan aturan demi mewujudkan anak- anak yang sehat. Tanpa negara yang berdaulat seperti ini, mustahil terwujud keamanan pangan bagi rakyatnya. Negara ini adalah negara yang menjadikan Islam sebagai landasannya, yang senantiasa meriayah dan melayani demi mewujudkan kesejahteraan umat. Bukan negara sekuler kapitalis seperti saat ini yang terbukti gagal menjaga keamanan pangan rakyatnya.
Wallahu a'lam bishshawab. []
Oleh: Salma Azizah
Aktivis Muslimah
0 Comments